Ceramah Master Cheng Yen: Membimbing Semua Makhluk Demi Mencapai Pencerahan

Saya sering berkata bahwa waktu sudah tidak cukup lagi. Sungguh, makna “waktu sudah tidak cukup lagi” sangatlah luas. Pertama, ini mencerminkan kekhawatiran saya. Saya khawatir karena merasa bahwa kini Lima Kekeruhan di dunia ini semakin lama semakin kuat. Seiring semakin kuatnya Lima Kekeruhan, pikiran manusia juga semakin mudah bergejolak. Inilah yang paling saya khawatirkan. Bagaimana cara menyucikan hati manusia? Waktu yang saya miliki tidaklah banyak. Karena itulah, saya merasa bahwa waktu sudah tidak cukup lagi.

Tzu Chi sudah berdiri selama 50 tahun. Lima puluh tahun yang lalu, kita tidak memiliki apa-apa. Berkat berbagai jalinan jodoh, saya mulai menyosialisasikan semangat celengan bambu hingga akhirnya terbentuklah Perkumpulan Amal Tzu Chi. Perkumpulan Amal Tzu Chi berawal dari 30 orang donatur yang menyisihkan 50 sen ke dalam celengan bambu setiap hari. Kini Tzu Chi telah berdiri selama 50 tahun, yakni setengah abad. Perjalanan kita selama 50 tahun ini sangat panjang dan penuh dengan rintangan. Meski setiap langkah penuh rintangan, tetapi kita telah membentangkan setiap inci jalan yang kita lalui dengan cinta kasih. Inilah perjalanan kita selama 50 tahun ini.

Kini Tzu Chi telah menjangkau lebih dari 50 negara. Setiap insan Tzu Chi mengembangkan cinta kasih mereka. Setiap benih Tzu Chi di lebih dari 50 negara dan wilayah ini juga menyebarkan benih yang tak terhingga ke berbagai tempat. Jadi, mereka juga bisa menjangkau negara-negara tetangga. Insan Tzu Chi merupakan Bodhisatwa dunia yang tidak tega melihat semua makhluk menderita. Saat pergi ke negara lain, mereka juga menyebarkan kekuatan cinta kasih serta berbagi pengetahuan dan pandangan benar. Saya sungguh sangat tersentuh. “Demi ajaran Buddha, demi semua makhluk” merupakan harapan guru saya terhadap saya. Beliau berharap ajaran Buddha dapat menyebar ke seluruh dunia. Kini pikiran manusia terus bergejolak dan dunia penuh kegelapan batin dan kekeruhan. Kita harus menyucikan dunia ini dengan ajaran Buddha.

Bodhisatwa sekalian, dalam mempelajari ajaran Buddha, kita harus menyerap inti sarinya. Intisari ajaran Buddha terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, kita harus terjun ke tengah masyarakat untuk menyaksikan dan melenyapkan penderitaan orang-orang. Mempraktikkan Mazhab Tzu Chi bukan dengan memberikan persembahan dan berdoa demi memohon ketenteraman diri sendiri. Tzu Chi tidak membahas hal-hal mistis. Tzu Chi bertujuan untuk membimbing setiap orang kembali pada hakikat kebuddhaan. Kita harus memiliki kebijaksanaan untuk membedakan yang benar dan salah. Namun, bagaimana cara membina kebijaksanaan? Kebijaksanaan harus dibina di tengah masyarakat. Ini karena di tengah masyarakat terdapat noda batin yang tak terhingga. Jadi, jika terdapat 84.000 noda batin, maka harus ada 84.000 metode ajaran untuk membimbing orang-orang menuju kesadaran. Bagaimana cara membimbing mereka? Setiap masalah dapat menumbuhkan kebijaksanaan. Setelah menyaksikan dan memahami noda batin banyak orang, barulah kita bisa menyadari kebenaran.

Jadi, kita harus berada di tengah masyarakat dalam jangka panjang untuk memahami dari mana noda batin berasal dan bagaimana kegelapan batin bangkit sehingga membuat orang-orang menderita. Kita harus terjun ke tengah masyarakat untuk membina kebijaksanaan kita. Saat kita menghadapi masalah akibat kegelapan batin, kita harus menenangkan pikiran dan merenungkan sumber dari kegelapan batin tersebut. Jika kita bisa memahaminya, berarti jiwa kebijaksanaan kita telah bertumbuh dan kesadaran kita telah meningkat. Bertumbuhnya kebijaksanaan juga berarti meningkatnya kesadaran. Jika tidak, tanpa kita sadari, kehidupan kita akan berlalu begitu saja. Di bawah pengaruh hukum karma dan kekuatan kegelapan batin, kita akan menciptakan banyak kerisauan tanpa bisa mengendalikan diri. Kini kita memiliki jalinan jodoh untuk mengenal dan mempelajari ajaran Buddha. 

Mendengar bahwa insan Tzu Chi luar negeri juga mempelajari Dharma, saya sungguh sangat terhibur. Berkat kecanggihan teknologi, ajaran Buddha dapat disebarkan ke seluruh dunia sehingga orang-orang dapat mempelajarinya. Karena itu, mereka bisa memahami ajaran Buddha dengan sangat jelas. Jadi, saat terjun ke tengah masyarakat, mereka dapat membangkitkan semangat Bodhisatwa dunia dan bersumbangsih tanpa pamrih. Apa yang harus kita lakukan di dalam Mazhab Tzu Chi? Yang harus kita lakukan adalah bersumbangsih tanpa pamrih. Saat ada yang membutuhkan, kita menjangkau dan menolong mereka. Melihat mereka terbebas dari penderitaan dan dapat hidup aman dan tenteram, kita merasa gembira dan tenang. Inilah Bodhisatwa dunia.

Bodhisatwa sekalian, yang harus kita lakukan adalah meneladani hati Buddha yang tidak tega melihat semua makhluk menderita. Kita mendengar Dharma untuk memahami kebenaran dan bagaimana cara terjun ke tengah masyarakat tanpa terpengaruh oleh delusi dan kegelapan batin. Ini bagaikan teratai yang tidak ternodai meski tumbuh di tengah kolam berlumpur. Dengan membimbing semua makhluk, barulah kita bisa benar-benar melenyapkan kegelapan batin, memperoleh ketenangan, dan mencapai pencerahan. Jadi, yang harus kita teladani adalah hati Buddha yang penuh welas asih dan kesadaran agung. Inilah yang harus kita teladani.

Menyucikan dunia yang penuh Lima Kekeruhan dengan ajaran Buddha

Bodhisatwa dunia terjun ke tengah masyarakat

Melihat pintu Dharma yang tak terhingga di tengah masyarakat

Membina kebijaksanaan agung dan melenyapkan kegelapan batin

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 20 Desember 2015

Ditayangkan di DAAI TV tanggal 22 Desember 2015

Genggamlah kesempatan untuk berbuat kebajikan. Jangan menunggu sehingga terlambat untuk melakukannya!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -