Ceramah Master Cheng Yen: Membimbing Semua Makhluk dengan Cinta Kasih


“Gereja Martha Lucy adalah gereja warga suku asli yang didirikan pada tahun 2002 oleh Pendeta Gao Qiu-mei. Gereja ini merawat banyak anak yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga, berasal dari keluarga dengan orang tua tunggal, kecanduan narkoba, ataupun mengalami pelecehan seksual. Di gereja ini, mereka dapat terhibur dan mendapatkan kehangatan keluarga. Berhubung adanya keterbatasan tempat, Pdt. Gao memutuskan untuk membangun fasilitas baru,”
kata dr. Lin Rong-wei anggota TIMA.

“Pada tahun 2016, Pdt. Gao dan murid-muridnya meminta bantuan kepada saya. Gereja mereka mengalami kesulitan dan telah menerima surat konfirmasi hukum. Dana yang mereka butuhkan cukup besar. Kemudian, saya teringat kata-kata Master bahwa yakin semua orang punya cinta kasih dan yakin diri sendiri tanpa pamrih. Berbuat baik jangan ditunda-tunda. Jika masalah dana tidak segera diatasi, bangunan yang sedang dibangun akan menjadi reruntuhan,” lanjutnya.

“Kita bisa membayangkan betapa banyaknya anak menderita yang dapat ditolong oleh gereja tersebut. Saya berbagi hal ini dengan istri saya dan dia setuju untuk membantu. Kami membantu Pdt. Gao mengatasi masalah dana sehingga pembangunan dapat dilanjutkan,” pungkasnya.

“Dua atau tiga tahun yang lalu, saya juga bertemu dengan Master di tempat ini. Sejak saat itu, saya terus mengingat kata-kata Master. Master berpesan kepada saya, ‘Anda harus menjaga diri sendiri terlebih dahulu, barulah bisa menjaga anak-anak itu.’ Kata-kata Master telah menyemangati saya. Tanpa tubuh yang sehat, saya tidak mungkin dapat terus memperhatikan orang-orang yang membutuhkan. Karena itu, saya bersyukur kepada Master. Saya juga berterima kasih kepada seluruh relawan Tzu Chi atas bantuan kalian semua. Semoga Bodhisattva selalu berada di tengah-tengah kalian dan melakukan hal-hal yang menakjubkan,” kata Pdt. Gao Qiu-Mei.

Benar. Cinta kasih tidak memandang perbedaan agama. Ketika ada yang membutuhkan, kita harus bersumbangsih dengan cinta kasih yang tulus. Meski berbeda keyakinan, Pdt. Gao memiliki cinta kasih yang sama seperti kita. Saya sangat mengaguminya.


Saya bersyukur kepada semua insan Tzu Chi yang telah menolong sesama dengan kelapangan hati dan cinta kasih agung. Asalkan sesuatu itu benar, maka lakukan saja. Inilah yang sering saya katakan.

Pdt. Gao telah mengerahkan kekuatan cinta kasihnya selama 19 tahun ini. Benar. Misionaris dari Barat, baik pendeta maupun pastor, semuanya datang ke Taiwan demi menyebarkan cinta kasih. Mereka semua sangat luar biasa. Kita harus menghormati mereka. Belakangan ini, kita juga mendengar tentang masyarakat lansia.

“Ini adalah ayah saya. Beliau sudah berusia 94 tahun. Meskipun menderita demensia berat, beliau tidak terlihat mengalami penurunan. Kami hanya ingin mendampinginya agar beliau dapat melewati setiap momen dengan bermartabat dan gembira. Dengan merawat kaum lansia yang menderita demensia, sesungguhnya kita juga melakukan persiapan untuk masa tua kita. Saya beserta para relawan di Hemei membuka kelas demensia di komunitas sebanyak enam kali dalam seminggu dan setiap kalinya hanya setengah hari,” kata dr. Lin Rong-wei anggota TIMA.

“Ada banyak kasus yang menyentuh hati. Kakek di sebelah kanan ini meninggal dunia sekitar bulan Juni atau Juli lalu. Sebelum meninggal dunia, beliau pernah diopname di RS Kristen Changhua. Namun, beliau terus berharap dapat kembali bergabung dengan kelas demensia kita. Kita tahu bahwa sebelum mengembuskan napas terakhir, beliau sangat bahagia bisa bergabung di kelas demensia kita. Banyak pasien demensia yang hanya dapat mengingat apa yang terjadi saat ini. Jadi, genggamlah setiap waktu untuk mendatangkan kebahagiaan bagi mereka,” lanjutnya.

“Kehidupan itu tidak kekal. Selama masih ada waktu, kita harus bersungguh-sungguh untuk mendampingi kaum lansia agar mereka dapat hidup dengan bermartabat dan tenang sampai akhir hayat. Demikianlah ikrar kita pada masa-masa awal mengadakan kelas demensia ini. Saya sangat bersyukur atas bantuan Master. Selama enam tahun terakhir ini, kita telah merawat lebih dari 70 keluarga dan mengantar kepergian 11 pasien demensia. Setiap orang memiliki kisah hidup yang inspiratif,” pungkasnya.


Mari kita memperlakukan kaum lansia dengan hati penuh rasa syukur. Lihatlah perkembangan perekonomian yang pesat di tengah masyarakat saat ini. Bukankah semua itu merupakan fondasi yang dibangun oleh generasi tua? Mereka juga telah membina banyak insan berbakat.

Adakah orang yang berhasil tanpa orang tua yang bersusah payah untuk membesarkan dan membina mereka? Karena itu, kita harus memperlakukan kaum lansia dengan penuh rasa hormat, rasa syukur yang tulus, dan cinta kasih. Kita harus menganggap seluruh kaum lansia sebagai orang tua kita sendiri.

Setiap kali melihat relawan kita mengasihi dan menghormati kaum lansia seperti orang tua mereka sendiri, saya sungguh sangat terharu. Di setiap tempat yang saya kunjungi, saya pun melihat semua insan Tzu Chi melakukan hal yang sama, yaitu bersumbangsih dan memperhatikan semua orang di dunia seperti keluarga mereka sendiri.

Semua agama memiliki tujuan yang sama. Untuk menyelami ajaran Buddha, kita harus tersadarkan terlebih dahulu. Tersadarkan berarti membangkitkan cinta kasih agung tanpa syarat dan welas asih agung yang merasa sepenanggungan. Buddha membimbing kita untuk melapangkan hati, tidak memandang perbedaan agama, dan menghormati kehidupan. Jadi, hendaklah kita sungguh-sungguh menghormati kehidupan.

Sesama umat beragama hendaklah menghormati dan mengasihi satu sama lain. Kita juga harus menghormati kehidupan. Saya sering mengulas tentang rasa syukur, rasa hormat, dan cinta kasih. Semua orang hendaklah hidup berdampingan dengan rasa syukur.

Sektor perdagangan hendaknya bersyukur pada sektor pertanian dan sektor industri. Begitu pula sebaliknya. Intinya, orang-orang dari berbagai sektor telah menyediakan apa yang kita butuhkan. Jadi, apa pun agama kita, hendaklah kita menumbuhkan cinta kasih agung tanpa pamrih. Inilah arah yang benar bagi kita semua.


Ketika arah sudah benar, kita harus berjalan maju selangkah demi selangkah. Jika bisa terus melangkah di jalan yang benar, kita pasti akan mengalami kemajuan. Kita harus yakin pada diri sendiri dan yakin dalam menapaki jalan ini. Asalkan memiliki keyakinan benar berlandaskan cinta kasih dan kebijaksanaan, maka kita harus terus melangkah maju.

Menyebarkan ajaran yang baik sangatlah penting. Kami menyebutnya menyebarkan Dharma, sedangkan kalian menyebutnya menyebarkan Injil. Bukankah saya sedang menyebarkan Dharma lewat ceramah saya sekarang?

Berkat kemajuan teknologi, orang-orang di seluruh dunia dapat mendengarkan ceramah saya secara serentak dengan perangkat elektronik mereka. Saya sering mengingatkan bahwa kita harus selalu bertutur kata baik dan membimbing semua orang agar memiliki keyakinan dan arah yang benar. Kebiasaan ini harus kita tanamkan.

Sesungguhnya, kebiasaan ini merupakan hakikat sejati setiap orang. Namun, karena ketidaktahuan dan noda batin kita, kita telah menyimpang dari hakikat sejati kita sehingga kita bertutur kata buruk dan membentuk tabiat buruk. Namun, tentu masih ada orang yang memiliki kebiasaan baik. Ini disebut melatih diri dalam agama Buddha.

Semoga kita semua bisa melatih diri dan membentuk kebiasaan baik agar setiap kali kita berbicara akan seperti seorang pendeta yang menyebarkan Injil dan seperti saya yang membabarkan Dharma. Demikianlah kita memupuk kebiasaan baik. Pdt. Gao, apakah Anda setuju dengan apa yang saya katakan? Bagus sekali. Sesungguhnya, kita memiliki tujuan dan arah yang sama, yaitu cinta kasih.

Berbagai sektor bekerja sama untuk menstabilkan masyarakat
Menjaga dan menghormati kaum lansia seperti keluarga sendiri
Semua agama mengajarkan cinta kasih yang sama
Memurnikan kegelapan batin dengan bertutur kata baik

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 11 Januari 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 13 Januari 2022
Meski sebutir tetesan air nampak tidak berarti, lambat laun akan memenuhi tempat penampungan besar.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -