Ceramah Master Cheng Yen: Membimbing Semua Makhluk dengan Welas Asih dan Kebijaksanaan


“Saya adalah seorang dokter patologi dan juga profesor di bidang patologi. Di dalam laboratorium, kami secara khusus mempelajari tentang berbagai penyakit di dalam tubuh manusia, seperti kanker ovarium, endometriosis, dan lain-lain, serta mencari penyebab dari penyakit tersebut. Kami menganalisis jaringan tubuh manusia, fisiologi manusia, dan penyakit dalam tubuh manusia, sedangkan Buddha menganalisis tingkat ketidakpuasan dalam hati manusia serta penyebab dari penderitaan dan noda batin,”
kata Profesor Shi Yi-min dari Universitas Johns Hopkins, AS.

“Jadi, setelah mencapai kebuddhaan, Beliau memahami tentang patogenesis dari penderitaan dan noda batin. Beliau pun menemukan resep bagi seluruh umat manusia untuk mengobati penyakit seperti ini, yaitu dengan menjelaskan penyebab dari munculnya kegelapan dan noda batin serta penderitaan. Jadi, saya merasa bahwa Buddha memiliki pemikiran yang sama seperti para dokter zaman sekarang, yakni mencari penyebab dari penderitan dan mencari solusi untuk melenyapkan penderitaan,” pungkas Profesor Shi Yi-min.

Beberapa tahun yang lalu, Profesor Shi pernah mengatakan bahwa ada satu bagian di dalam otak kita yang mengatur tentang welas asih demi kebaikan orang lain. Ini terus tersimpan di dalam benak dan ingatan saya. Saya merasa penemuan ilmiah ini sangat selaras dengan ajaran Buddha.

Lebih dari 2.500 tahun yang lalu, Buddha membabarkan Dharma dan menjelaskan bahwa mengenai pikiran, tubuh, dan materi, terdapat eksistensi ajaib di balik kekosongan sejati dan kekosongan sejati di balik eksistensi ajaib. Ambil mikrofon ini sebagai contoh. Hanya dengan menekan tombol, suara saya dapat terdengar hingga ke seluruh dunia. Namun, jika tombol ini tidak ditekan, hanya orang-orang di ruangan ini yang dapat mendengar suara saya. Jadi, ilmu pengetahuan zaman sekarang sungguh sangat luar biasa.


Manusia hendaknya terus menggunakan energi dan otak untuk berpikir. Saya benar-benar berharap orang-orang yang berpengetahuan dalam teknologi dapat mempelajari ajaran Buddha. Jika mereka memahami ajaran Buddha, makin banyak orang yang akan mendapat manfaat. Sekarang, para cendekiawan tengah mendalami hal ini. Sesungguhnya, saya berharap seluruh umat manusia dapat mempelajari Dharma. Untuk menyelamatkan dunia, orang-orang harus memahami dari mana manusia berasal dan memahami kebenaran. Jadi, mempelajari ajaran Buddha berarti mempelajari sifat hakiki manusia.

Hati, Buddha, dan semua makhluk pada hakikatnya tiada perbedaan. Buddha berkata kepada semua orang, "Tidak ada perbedaan antara Aku dan kalian." Inilah yang dikatakan oleh Buddha. Tiada perbedaan antara makhluk lain dan kita. Itu semua bergantung pada pikiran. Pandangan dan pemikiran manusialah yang membeda-bedakan. Jadi, bagaimana Dharma bisa menjangkau dan diterima oleh orang-orang?

Ada satu yang istimewa dalam ajaran Buddha, yaitu hukum sebab akibat yang berkaitan dengan eksistensi ajaib dan kekosongan sejati. Ini dapat dianalisis. Para cendekiawan yang mempelajarinya juga dapat menerimanya. Orang yang tidak berpengetahuan tinggi sekalipun, jika dia mendapatkan penjelasan yang baik, dia juga akan memahaminya. Jadi, ini perlu dijelaskan. Inilah yang disebut berbagi Dharma sesuai kapasitas.

Untuk menyebarkan kebenaran sejati, dibutuhkan metode praktis. Buddha datang ke dunia untuk mengajarkan satu metode praktis. Beliau mengatakan bahwa Beliau datang ke dunia dengan satu tujuan mulia. Ketika berhadapan dengan banyak orang, Beliau perlu menemukan cara untuk melenyapkan noda dan kegelapan batin serta tekanan orang-orang. Intinya, ajaran Buddha dapat dimanfaatkan untuk mengedukasi orang-orang.

Contohnya, saya yang telah berikrar untuk mengubah kehidupan orang-orang di Nepal atau tanah kelahiran Buddha. Sesungguhnya, setelah mengatakan hal ini, saya sendiri dipenuhi pergumulan. Saya tidak bisa pergi ke sana, lalu bagaimana saya bisa memperbaiki kehidupan orang-orang di tanah kelahiran Buddha?


Banyak orang di sana yang dilanda kemiskinan sehingga kehidupan mereka dipenuhi penderitaan. Para relawan kita di Singapura dan Malaysia mendengar ikrar saya dan mulai bergerak. Mereka mewakili saya pergi ke sana untuk melihat bagaimana kondisi tanah kelahiran Buddha. Mereka bertekad untuk membantu orang-orang di sana. Setelah kembali, mereka berbagi dengan kita apa yang mereka lihat. Setelah mendengar laporan dari mereka, saya merasa bahwa kita benar-benar perlu membantu orang-orang di sana.

Saya telah berikrar dan mereka mewakili saya untuk melihat kondisi di sana. Setelah mereka kembali, kita memutuskan ikrar ini harus dijalankan. Inilah yang disebut jalinan jodoh. Kini, kita masih menjalin jodoh di sana. Setelah kita meningkatkan pendidikan dan menenteramkan kehidupan mereka, berarti usaha kita telah berbuah.

Namun, sekarang kita masih dalam proses menjalin jodoh. Semoga ke depannya, buah dari usaha kita mencakup kekuatan saya, Anda, dan semua orang. Mempelajari ajaran Buddha bisa dikatakan tidak mudah, tetapi Dharma terdapat dalam kehidupan sehari-hari kita. Setiap detik kehidupan kita tak luput dari Dharma.

Dalam proses evolusi manusia, orang-orang sering kali mengutamakan kepentingan kelompok mereka. Namun, setelah orang-orang berinteraksi hingga mencapai titik tertentu, mereka menyadari bahwa tidak boleh seperti ini karena dapat menghambat perkembangan manusia dan tidak akan membawa keharmonisan bagi peradaban manusia. Jadi, di saat seperti ini, di dalam otak kita seperti ada dua kekuatan yang tarik-menarik, yakni mengutamakan kepentingan diri sendiri atau mengutamakan kepentingan orang lain. Sesungguhnya, ini hanyalah sebuah teori,” kata Shi Yi-min Profesor Universitas Johns Hopkins, AS.

“Saya merasa di dalam jaringan saraf otak kita, terdapat dua hal yang sama sekali berbeda ini. Dalam situasi tertentu, keduanya berada dalam kondisi selaras. Namun, setelah mempelajari Dharma, bagian yang berkaitan dengan kepentingan orang lain akan lebih aktif, sedangkan bagian yang berkaitan dengan kepentingan diri sendiri akan lebih pasif. Ketika ini terjadi, kita akan dapat bersumbangsih dengan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Namun, jika kita tidak membina semangat welas asih demi kebaikan orang lain, jaringan saraf yang berkaitan dengan kepentingan diri sendiri akan menjadi lebih aktif,” pungkas Shi Yi-min.


Demikianlah ada kebaikan dan keburukan di dunia ini. Kita selalu merasa khawatir dan takut akan keburukan yang terjadi di dunia ini karena kita adalah orang yang berhati baik. Orang-orang sering merasa bahwa dirinya adalah orang baik. Namun, ketika sesuatu tiba-tiba terjadi, pemikiran mereka bisa berubah.

Ada pula segelintir orang yang membangkitkan ketamakan. Mereka bukan membawa manfaat bagi dunia, melainkan berfokus pada keuntungan pribadi. Ini berawal dari sebersit pikiran buruk. Jadi, alangkah baiknya sebagai praktisi Buddhis, kita dapat lebih banyak bertutur kata baik, mendorong orang-orang menapaki jalan kebaikan, dan berusaha untuk selalu berpikir positif. Jadi, kita harus terus menyebarkan Dharma dan membawa manfaat bagi semua makhluk. Kita menyebarkan Dharma sehingga dapat menenangkan hati orang-orang.

Mari kita berusaha menggunakan berbagai cara untuk menenangkan pikiran dan hati orang-orang. Orang-orang merasa cemas, tetapi apa yang dapat mereka lakukan? Kita hanya berharap para tokoh kunci dapat mendengarkan Dharma, mengubah pikiran mereka, dan mengurangi perbuatan yang merugikan sehingga dunia kita menjadi lebih damai dan tenteram. Ini membutuhkan Dharma. Intinya, orang-orang perlu membangkitkan pikiran baik.    

Mempelajari ajaran Buddha untuk menyelamatkan dunia
Menyebarkan kebenaran sejati dengan metode praktis
Memperluas jalinan jodoh baik dan mengubah pola pikir
Membawa manfaat bagi sesama dengan mempraktikkan Dharma

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 24 April 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet
Ditayangkan Tanggal 26 April 2024
Keteguhan hati dan keuletan bagaikan tetesan air yang menembus batu karang. Kesulitan dan rintangan sebesar apapun bisa ditembus.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -