Ceramah Master Cheng Yen: Membina Berkah dan Kebijaksanaan di Ladang Pelatihan yang Murni
“Pada pukul 6 setiap harinya, saya dan para relawan lain bersama-sama memindahkan dan membersihkan konblok. Pertama kali saya pergi, konblok-konblok itu terlihat seperti gunung. Setiap hari, para relawan kita berdiri di atasnya dan memindahkannya satu per satu dengan meneruskannya dari tangan ke tangan. Adakalanya, jika tidak dipegang dengan baik, konblok-konblok itu akan tergelincir dari tangan kami dan mendarat di atas kaki hingga kaki kami memar dan harus dikompres,” kata Hong Huang Jin-zhi, relawan Tzu Chi.
“Kita bersyukur memiliki sekelompok besar Bodhisatwa. Para relawan di Sanchong sangat berdedikasi. Dari usia 4 hingga 90-an tahun, setiap orang memainkan peran yang berbeda-beda. Semua orang bersatu hati, harmonis, saling mengasihi, dan bergotong royong dalam mengemban tanggung jawab. Saya sungguh merasa bahwa diri sendiri dipenuhi berkah. Kami semua berikrar untuk mengikuti langkah Master dari kehidupan ke kehidupan,” kata Chen Luo Mei-zhu, relawan Tzu Chi.
Saya sangat bersyukur kalian dapat menyatukan misi Tzu Chi dan kekuatan ikrar kalian. Ladang pelatihan kita sungguh tidak terbayangkan. Lokasi berdirinya Aula Jing Si Sanchong sekarang semula berada di luar jangkauan kita. Namun, kita dipenuhi berkah dari banyaknya orang yang berhimpun. Berkat perpaduan berbagai sebab dan kondisi, kini kita dapat memanfaatkan lahan tersebut. Kini, semua relawan yang hadir di sini berasal dari Sanchong. Berkat jalinan jodoh pada 20-an tahun yang lalu, kini kita dapat melatih diri dengan tenang di sana.
Hendaklah kita menghargai jalinan jodoh ini. Terlebih, kini kita harus menciptakan tanah suci di dunia untuk masa mendatang, sebuah ladang pelatihan Bodhisatwa. Dengan adanya tekad dan ikrar, baru ada berkah. Berkah mendatangkan kekuatan. Inilah jalinan jodoh berkah dan keluhuran. Kita semua memupuk berkah dan keluhuran. Dengan keluhuran, kita memperoleh pencapaian. Dengan berkah yang dimiliki setiap orang, kita mengakumulasi praktik luhur. Karena itulah, kita bisa melatih diri di atas lahan itu. Kita harus sangat menghargainya.

Penduduk Sanchong sangat banyak. Yang belum mengenal Tzu Chi juga sangat banyak, bahkan lebih banyak lagi yang belum pernah mendengar tentang Tzu Chi. Banyak pula yang pernah mendengar, tetapi tidak mengerti apa yang kita lakukan. Singkat kata, memiliki lahan yang penuh berkah ini, bagaimana kita memanfaatkannya agar orang-orang dapat menanam dan menciptakan berkah di sini? Bagaimana cara membimbing orang menanam berkah? Dengan membagikan semangat Tzu Chi kepada semua orang.
Ladang pelatihan kita telah berdiri dengan stabil di sana. Mari kita mengelolanya dengan sepenuh hati. Kita hendaknya senantiasa bersumbangsih tanpa pamrih dan berusaha membimbing orang-orang. Makin banyak orang, makin banyak niat baik. Semua orang memiliki hati dan pikiran yang sama, yaitu hati dan pikiran yang murni. Orang-orang berhimpun di sana. Di atas lahan yang murni itu, semua orang hidup aman dan tenteram.
Saya sangat mengkhawatirkan kondisi dunia sekarang. Tzu Chi terus diam-diam bersumbangsih di tengah masyarakat. Kita telah terjun ke tengah masyarakat secara mendalam. Di tengah masyarakat, meski ada orang yang mengkritik bahwa kita hanya menyalurkan bantuan ke luar negeri, tetapi itu menunjukkan bahwa bantuan internasional kita bisa dilihat oleh semua orang. Di Taiwan, kita tetap bersumbangsih diam-diam.
Belakangan ini, saya sering berkata, "Orang yang menolong dipenuhi berkah, orang yang ditolong dilanda bencana." Lebih baik kita menjadi orang yang menolong ataukah orang yang ditolong? Saya berharap warga Taiwan dapat selamanya sehat, tenteram, harmonis, bahagia, dan makmur.
Mari kita bertekad dan berikrar untuk menjangkau setiap daerah yang membutuhkan. Ikrar ini harus dipertahankan hingga selamanya. Selama puluhan tahun ini, saya selalu menggunakan ikrar ini dalam membimbing orang-orang. Saat terjadi sesuatu, Bodhisatwa selalu bermunculan.


“Di daerah bencana, saya bertemu dengan teman kuliah saya yang sudah tiga tahun tidak bertemu setelah lulus. Dia berkata pada saya, ‘Saya tahu bahwa saat kuliah, kamu sangat giat menjalankan Tzu Chi dan berbuat baik. Karena itu, sebelum datang ke Guangfu, saya tahu bahwa kamu pasti akan datang ke sini.’ Saat mendengarnya, saya sangat tersentuh,” kata Lin Ya-qing, relawan Tzu Chi.
“Saya juga menyadari bahwa membimbing kaum muda bukan hanya mengajak mereka berbuat baik bersama. Kita juga harus menjadi orang yang pertama muncul dalam benak mereka saat mereka ingin berbuat baik bersama,” lanjut Lin Ya-qing.
“Terakhir, saya ingin berkata kepada Master bahwa sejak kecil hingga dewasa, hati saya tidak pernah berubah. Saya telah menapaki Jalan Tzu Chi dengan mantap dan teguh. Kelak, saya akan terus menggunakan pengaruh saya untuk menginspirasi lebih banyak orang berbuat baik bersama,” pungkas Lin Ya-qing.
Kali ini, ada banyak kaum muda yang menjangkau Guangfu, Hualien. Semua orang sangat patuh dan tertib. Saya juga sangat bersyukur kepada orang-orang yang menyediakan makanan dan minuman. Warga Hualien sangat bersatu hati. Semua orang bekerja sama untuk menyiapkan makanan dan minuman. Baik nasi, bubur, mi, maupun yang lainnya, semuanya sangat lezat. Karena itu, kali ini, saya merasa bahwa saya telah melihat keindahan Taiwan.
Menggenggam kesempatan ini, pekerja sosial kita juga harus melakukan survei secara luas. Para relawan kita harus memahami kondisi warga satu per satu. Kita harus mendata kondisi warga lansia, warga yang mengalami keterbatasan fisik, dan keluarga yang mengalami kesulitan. Pascabencana kali ini, penerima bantuan jangka panjang di Hualien mungkin akan meningkat drastis. Kini, kita harus kembali melakukan penyesuaian. Saya sangat bersyukur atas kekuatan cinta kasih orang-orang. Semua orang sangat bersedia mendedikasikan diri dan memperhatikan para korban bencana. Saya sangat bersyukur.


Dalam momen ini, saya ingin memberi tahu kalian bahwa di Sanchong, kalian harus berbagi dengan orang-orang bahwa saya sering mengulas tentang ketidakkekalan hidup. Dahulu, saya sering berkata bahwa kehidupan bisa berakhir dalam satu embusan napas. Sesungguhnya, bukan dalam satu embusan napas. Ini seharusnya disebut dalam seketika. Dalam waktu yang sangat singkat, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi.
Dalam keseharian, kita harus membentangkan jalan yang kokoh bagi diri sendiri. Untuk membentangkan jalan bagi diri sendiri, kita harus menciptakan berkah. Setiap orang memiliki berkah masing-masing. Anda menciptakan berkah Anda, saya menciptakan berkah saya. Lalu, kita menyatukan berkah kita. Karena itulah, saya terus mengucap syukur pada kalian. Kita hendaknya bersyukur satu sama lain. Para anggota Tzu Cheng harus lebih bersungguh hati.
Belakangan ini, saya sering melihat keluarga yang seluruh anggotanya merupakan insan Tzu Chi. Anggota komite menginspirasi keluarga mereka untuk menjadi anggota Tzu Cheng. Anggota Tzu Cheng menginspirasi keluarga mereka untuk menjadi anggota komite Tzu Chi. Anak dan cucu kalian juga bergabung di Tzu Chi. Inilah keluarga penuh berkah dan kebijaksanaan di Jalan Bodhisatwa.
Menjaga ladang pelatihan dengan kesatuan tekad dan kekuatan ikrar
Membina keluhuran dan menghimpun jalinan jodoh baik
Mewujudkan ketenteraman dan keharmonisan di atas lahan yang murni
Menyempurnakan berkah dan kebijaksanaan untuk membawa manfaat bagi semua makhluk
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 10 November 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 12 November 2025







Sitemap