Ceramah Master Cheng Yen: Membuat Dunia Penuh Cinta Kasih

“Kini, ada sebuah hal yang sangat penting. Di mana terjadi bencana banjir?” tanya Fan Rui-mei, relawan Tzu Chi. “Bencana terjadi di Mozambik, Zimbabwe, dan Malawi,” jawab Wu Bo-qian, relawan cilik. “Shitai sangat khawatir, benar tidak? Setiap hari kamu menonton Lentera Kehidupan, Shitai sering berkata bahwa ketika melihat orang lain menderita..,” ucap Fan Rui-mei menggantung kalimatnya. “Kita harus berempati,” lanjut Wu Bo-qian. “Ya. Saat kamu merasa tidak enak badan, Nenek ada memberi tahu kamu untuk mengingat apa?” tanya Fan Rui-mei lagi. “Tubuh kita tidak bersih; perasaan membawa derita; pikiran tidak kekal; semua fenomena adalah tanpa inti,” jawab Wu Bo-qian. “Jadi, lihatlah, jika kamu merasa sedih, orang lain juga akan merasa sedih, benar tidak? Sekarang, apakah kita harus menghimpun kekuatan untuk membantu Shitai? Sekarang apa yang harus kita lakukan?” Fan Rui-mei memancing jawaban Wu Bo-qian. “Kita harus menggalang hati dan cinta kasih agar Shitai dapat membeli batu bata untuk membantu warga di Zimbabwe, Malawi, dan Mozambik membangun rumah dan sekolah serta membeli makanan dan air minum untuk mereka,” tuturnya Wu Bo-qian. “Begitu, ya? Jadi, kamu ingin meminta semua orang untuk membangkitkan cinta kasih, ya?” Fan Rui-mei meyakinkan Wu Bo-qian “Ya,” kata Wu Bo-qian yakin. “Kamu tanya kepada Shitai, apakah sekarang kita boleh menggalang dana?” kata Fan Rui-mei. “Shitai, apakah sekarang kita boleh menggalang dana?” Wu Bo-qian bertanya pada Shitai.


Meski masih kanak-kanak, tetapi dia bisa begitu mantap dan tekadnya sangat teguh. Dia sangat mudah menerima Dharma. Lebih dari satu tahun lalu, ketika Ketua Yan datang memberi laporan, saya memberi tahu Ketua Yan dan Wakil Ketua bahwa dan Wakil Ketua bahwa mulai sekarang kita harus berfokus untuk menjalankan misi Tzu Chi di Afrika. Sebenarnya, selama 2 tahun itu, tidak ada bencana besar di Afrika. Namun, entah mengapa sejak pertama kali saya mengatakannya, setiap kali saat mengadakan rapat, saya tidak pernah melupakan kata-kata itu. Saya selalu berkata kepada mereka bahwa kita jangan melupakan Afrika. Kita harus berfokus menjalankan misi Tzu Chi di Afrika. Kini, Afrika dilanda bencana. Kali ini, kita semua harus berfokus pada Afrika.

Bumi mengalami kerusakan dan orang-orang menderita. Bencana ini telah merenggut banyak nyawa dan menghancurkan banyak keluarga. Saya terus mengimbau orang-orang untuk bersumbangsih sebisa mungkin. Ketika melihat orang-orang menderita, kita harus menyadari berkah. Berhubung menyadari berkah, kita harus menciptakan berkah karena mereka yang terkena dampak bencana sangat tidak berdaya.


Ketika datang ke dunia dan dilahirkan di suatu tempat, kita tidak memiliki pilihan kita tidak memiliki pilihan dan itu diluar kendali kita. Itu semua bergantung pada berkah yang kita tabur di kehidupan lalu. Bagaimana dengan kehidupan berikutnya? Itu bergantung pada karma dan jalinan jodoh yang kita ciptakan pada kehidupan ini. Jika kita menciptakan karma baik dan menjalin jodoh baik, maka kelak kita akan memiliki berkah dan jalinan jodoh baik.

Kita sangat beruntung mengetahui konsep ini walaupun kita berusia 80 tahun, 70 tahun, atau 90 tahun. Singkat kata, kita sudah membuka pintu kehidupan. Kita bisa membuka pintu dan melihat jalan karena kita memahami prinsip kebenaran. Jangan sampai saat membuka pintu itu, kita tidak melihat ada jalan di depan.

Kita benar-benar sudah memiliki jalan yang bisa ditapaki dan juga sudah dibentangkan dengan rata serta luas. Kita harus saling menyemangati untuk berjalan di jalan kebenaran ini.


Ajaran Buddha harus diterapkan di dunia; kita harus mengubah kesadaran menjadi kebijaksanaan. Dengan pengetahuan dan kesadaran, kita melakukan tindakan nyata. Kebijaksanaan memungkinkan kita untuk membedakan mana yang benar dan salah; serta arah mana kita harus berjalan.

Pada kehidupan ini, benih karma apa yang ingin kita tabur dan jalinan jodoh seperti apa yang ingin kita jalin untuk kehidupan berikutnya? Jadi, pada kehidupan ini, kita harus menabur benih karma baik dan menjalin jodoh baik dengan orang. Jalinan jodoh yang kita bentuk akan menentukan dengan siapa kita akan hidup bersama pada kehidupan berikutnya.

Saya sering berkata bahwa kita harus bersyukur pada diri sendiri atas banyaknya jalinan jodoh baik yang telah kita jalin pada kehidupan lalu. Hari itu, dalam ceramah pagi saya, apa yang saya imbau telah didengar oleh relawan Tzu Chi di puluhan negara dan mereka pun mulai melakukan tindakan nyata. Banyak orang yang telah merespons imbauan saya. Tindakan cinta kasih ini berasal dari hati yang tulus. Kita harus menjaga jalinan jodoh ini. Jalinan jodoh juga mengandung berkah.


Tadi, Bodhisatwa cilik bertanya, “Apakah saya boleh menggalang dana?” Saya menjawab, “Ya.” Tadi saya berkata bahwa kita harus menjaga jalinan jodoh. Kita harus membantunya menjaga jalinan jodoh baik dengan orang lain. Tidak masalah uang yang kita sumbangkan 1 dolar atau 50 sen dolar NT. Kita dapat menyemangati anak ini, menabur benih karma baik, membantu anak ini menjalin jodoh baik dengan orang yang terkena dampak bencana di Afrika, serta menjalin jodoh baik antara anak ini dengan kita. Ini juga berarti menjalin jodoh baik dengan orang-orang lewat perbuatan baik.

Kita juga menggalang dana dari orang yang tidak kita kenal. Kita bisa melihat insan Tzu Chi membawa kotak cinta kasih dan terjun ke jalan dengan rapi untuk menggalang dana. Semangat cinta kasih mereka sungguh besar. Melihat mereka seperti itu, saya sangat gembira. Inilah semangat cinta kasih. Kita benar-benar harus membuat semangat cinta kasih ini semakin besar. Inilah pandangan saya tentang bantuan bencana beberapa hari ini.

Para pengusaha harus memanfaatkan sumber daya mereka untuk membantu orang yang membutuhkan. Ajaran Buddha harus diterapkan di dunia; kita harus mengubah kesadaran menjadi kebijaksanaan. Mengubah kesadaran menjadi kebijaksanaan sangatlah penting.


Para pengusaha harus memanfaatkan sumber daya mereka untuk membantu orang yang membutuhkan. Mereka mengambil sumber daya dari masyarakat dan harus berkontribusi kembali kepada masyarakat. Sebagai pengusaha, kita harus tahu bahwa kita mengambil sumber daya dari masyarakat dan harus berkontribusi kembali kepada masyarakat. Saya sangat berterima kasih kepada pengusaha besar yang turut bersumbangsih. Orang tua kita memberi kita tubuh dan kehidupan, kita harus mengembangkan potensinya. Ini disebut membalas budi orang tua. Berhubung orang tua kitalah yang memberi kita tubuh dan kehidupan, yang memberi kita tubuh dan kehidupan, maka kita harus membalas budi orang tua.

Kita harus mempelajari kebenaran ajaran Buddha untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Saya mendengar bahwa beberapa orang harus mengatasi banyak kesulitan untuk mengikuti kamp kali ini di Griya Jing Si. Jarang-jarang kalian bisa kembali ke sini. Saya berharap kalian semua tidak melupakan hari ini. Kalian jangan melupakan hari atau tahun di mana kalian bergabung dengan Tzu Chi. Inilah nilai kehidupan.


Mengkhawatirkan bencana di Afrika

Menjaga jalinan jodoh dan menghimpun berkah

Jangan melupakan setiap langkah di jalan Tzu Chi

Mengubah kesadaran menjadi kebijaksanaan dan melakukan tindakan bersama

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 8 April 2019

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 10 April 2019

Editor: Metta Wulandari

Cara kita berterima kasih dan membalas budi baik bumi adalah dengan tetap bertekad melestarikan lingkungan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -