Ceramah Master Cheng Yen: Membuka dan Membentangkan Jalan dengan Penuh Keyakinan

Dalam Sutra, kita sering melihat kata “memberi persembahan”. Sesungguhnya, memberi persembahan kepada Buddha, Dharma, dan Sangha bukan dengan mempersembahkan materi atau uang. Bukan demikian. Berdana, memberi persembahan, dan bersumbangsih. Ketiga kata ini berbeda, tetapi memiliki makna yang sama.

Zaman sekarang, kita menyebutnya bersumbangsih. Insan Tzu Chi bersumbangsih tanpa pamrih sekaligus apa? (Bersyukur) Benar, bersyukur. Dalam ajaran Buddha, ini berarti tidak melekat pada siapa yang memberi, siapa yang menerima, dan apa yang diberikan. Jika kita menganalisis kalimat ini, kebenaran yang terkandung di dalamnya sangat dalam. Namun, jika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, kebenaran ini sangat mudah dipahami.

Asalkan kita bersedia bersumbangsih tanpa pamrih, berarti kita sedang memberi persembahan dan berdana. Saat bersumbangsih, kita dipenuhi sukacita dalam Dharma. Semua relawan bekerja sama dengan harmonis, ini merupakan persembahan terbesar bagi saya.

Sesungguhnya, apakah saya memperoleh sesuatu? (Tidak) Meski demikian, saya sudah sangat berpuas diri. Yang saya peroleh adalah rasa puas dan bahagia. Inilah yang sesungguhnya saya rasakan. Saya sangat berpuas diri dan bahagia. Suatu kehormatan bagi saya bisa memiliki begitu banyak murid yang memiliki kesatuan tekad dengan saya dan bersedia menuruti perkataan saya. Kalian bersedia melakukan hal yang ingin saya lakukan dan mengasihi yang ingin saya kasihi.

Sehebat apa pun seseorang, dia hanya memiliki sepasang tangan. Tangan kita hanya bisa merangkul satu orang. Yang bisa dirangkul satu orang terbatas. Namun, saya merasakan bahwa kita bisa merangkul makhluk hidup yang tak terhingga. Dengan melapangkan hati kita bisa merangkul seluruh alam semesta. Lihatlah, saya memulai satu kalimat dan kalian bisa melengkapinya.

Bukankah kita memiliki kesatuan hati? Tentu saja, ini karena kalian mengikuti ceramah saya dan mengingat perkataan saya. Jadi, saat saya memulai satu kalimat, kalian bisa melengkapinya. Kita semua memiliki kesatuan hati dan menapaki jalan yang sama.

Ajaran Buddha menunjukkan arah bagi kita. Kita sebagai makhluk awam mudah kehilangan arah karena diselimuti kegelapan batin. Karena itu, Buddha menunjukkan arah yang benar pada kita. Untuk berjalan menuju arah yang benar, kita harus membuka jalan sendiri. Bagaikan di hutan belantara yang tiada jalan, kita memandang ke arah yang benar dan mulai membuka jalan. Kita berharap jalan ini bisa membimbing kita ke arah yang benar.

Setelah membuka jalan, kita bisa melihat arah jalan tersebut. Lalu, kita bisa membentangkan inci demi inci jalan dengan cinta kasih. Kita juga harus menyelamatkan semua makhluk. Untuk menyelamatkan semua makhluk, kita harus memahami kebenaran. Kita berikrar untuk menyelamatkan semua makhluk dengan ketulusan, lalu apa lagi?

Kita juga berikrar untuk memutus noda batin dengan kebenaran, mempelajari seluruh pintu Dharma dengan keyakinan, dan mencapai kebuddhaan dengan kesungguhan. Benar. Tulus, benar, yakin, dan sungguh-sungguh, inilah pelatihan ke dalam diri insan Tzu Chi. Ikrar agung Buddha adalah menyelamatkan semua makhluk yang tak terbatas, memutus noda batin yang tiada akhir, mempelajari pintu Dharma yang tak terhingga, dan mencapai kebuddhaan yang tertinggi.

Benar, inilah Empat Ikrar Agung. Kita harus senantiasa mengingat Empat Ikrar Agung dan menjalankannya dengan ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan. Inilah yang disebut menapaki Jalan Bodhisatwa dan mempraktikkan Enam Paramita. Tujuan kita adalah mencapai kebuddhaan.

Tentu, untuk mencapai tujuan ini, butuh waktu yang lama dan kesabaran. Butuh waktu yang lama karena kita sebagai manusia awam tidak memiliki keteguhan tekad. Jika kita bisa mempertahankan tekad awal, kita pasti bisa mencapai kebuddhaan. Jika kekuatan kita lebih kecil, maka lakukanlah hal yang mampu kita lakukan.

Jika kekuatan kita lebih besar, kita bisa melakukan lebih banyak hal. Inilah yang seharusnya kita lakukan. Kita tidak akan rugi. Semakin besar ikrar yang kita bangun dan semakin besar kekuatan yang kita kerahkan, maka semakin besar sukacita dalam Dharma yang kita peroleh. Rasa sukacita dalam Dharma sulit dideskripsikan dengan kata-kata.

Singkat kata, saya berharap setiap orang dapat memiliki pola pikir seperti ini. Dengan mengubah pola pikir, kita bisa melakukan apa saja. Ada tekad, ada berkah. Ada ikrar, ada kekuatan. Bukankah dahulu saya selalu berkata seperti ini? Asalkan bersedia membangun tekad, kita pasti bisa menciptakan berkah. Asalkan bersedia membangun ikrar, kita pasti akan memiliki kekuatan.

Bodhisatwa sekalian, hati Buddha dan semua makhluk pada hakikatnya tiada perbedaan. Jadi, semua orang bisa mencapai kebuddhaan. Sesungguhnya, yang ingin disampaikan Buddha sangatlah sederhana. Semua orang bisa mencapai kebuddhaan. Akan tetapi, berhubung manusia awam dipenuhi kegelapan dan noda batin, maka Buddha harus bersabar dan menggunakan metode praktis. Setelah menghabiskan waktu selama hampir 50 tahun, Buddha baru mengajarkan tentang Kendaraan Tunggal.

Bodhisatwa sekalian, Tzu Chi telah memasuki usia ke-52 tahun. Lima puluh dua tahun adalah setengah abad lebih dua tahun. Jadi, kita berada di awal setengah abad kedua. Setengah abad kedua dan setengah abad yang tak terhingga di masa mendatang bergantung pada kita untuk membuka dan membentangkan jalan saat ini. Setelah membuka jalan menuju arah yang benar dan membentangkan jalan yang mulus, kita bisa menapaki Jalan Bodhisatwa dari kehidupan ke kehidupan.

Saya berharap setelah pulang ke negara kalian, semua orang bisa menuju arah yang sama dan bersungguh hati menggarap ladang berkah. Dengan begitu, kita bisa menghimpun kekuatan cinta kasih dan membawa kehangatan bagi dunia ini. Saya bersyukur pada kalian. Semoga kalian bisa menjalankan ikrar dengan penuh keyakinan. Saya mendoakan kalian, terima kasih.

Memberi persembahan dengan bersumbangsih tanpa pamrih

Guru dan murid bersatu hati merangkul semua makhluk

Menjalankan Empat Ikrar Agung dengan ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan

Membuka dan membentangkan jalan untuk mewariskan Dharma

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 23 Juni 2017

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 25 Juni 2017

 

Benih yang kita tebar sendiri, hasilnya pasti akan kita tuai sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -