Ceramah Master Cheng Yen: Membuka Pintu Hati Semua Makhluk dengan Welas Asih dan Kebijaksanaan

Saya sering berkata bahwa ketidakselarasan pikiran manusia telah menimbulkan bencana akibat ulah manusia sehingga membuat banyak orang menderita. Para pengungsi terus menerjang bahaya, hujan deras, angin kencang, dan hujan salju demi menyelamatkan diri dan melanjutkan hidup mereka. Mereka tidak tahu bagaimana masa depan mereka, tetapi bisa menjangkau negara lain saja, mereka sudah merasa sangat beruntung dan gembira. Sungguh, keinginan mereka untuk bertahan hidup sangatlah kuat. Daya tahan mereka sungguh mengagumkan. Jadi, kita harus menghormati dan menghargai setiap kehidupan. Janganlah kita menyia-nyiakan waktu dalam hidup kita.

Di Kanada, insan Tzu Chi telah bekerja sama dengan Balai Keselamatan setempat selama 20 tahun. Selama 20 tahun ini, kita setiap bulan menyediakan masakan Tionghoa bagi para tunawisma. Pada bulan yang cuacanya sangat dingin ini, insan Tzu Chi juga membagikan pakaian yang tebal dan hadiah kepada mereka sehingga mereka dapat merasakan kehangatan pada musim dingin ini. Inilah kehangatan di dunia ini. Sesama manusia sudah seharusnya saling membantu dan berinteraksi dengan penuh cinta kasih. Inilah nilai kehidupan yang sesungguhnya.

Di Sarawak, Malaysia, banyak anak-anak yang hidupnya kekurangan. Insan Tzu Chi memberikan beasiswa kepada anak-anak sehingga mereka dapat bersekolah dengan tenang. Ini juga dapat menenangkan dan meringankan beban orang tua mereka. Guru-guru mereka juga sangat tersentuh.

Di Taiwan, banyak orang yang berkebutuhan khusus. Contohnya A-qing yang telah berusia 45 tahun. Dia menderita keterbelakangan mental. Demi melindunginya, orang tuanya mengajarinya untuk tidak sembarangan membukakan pintu karena ada banyak orang jahat di luar sana. Namun, setelah orang tuanya meninggal dunia, dia hidup sebatang kara di sebuah apartemen.

Sesungguhnya, kami bisa menerima kasus ini karena tetangganya melaporkannya kepada lurah mereka, lalu lurah mereka menghubungi kami. Kabarnya, masalah ini bermula setelah kakaknya menyimpan buku tabungannya. Dia merasa tidak aman dan terus menangis selama berhari-hari dari tengah malam hingga pagi hari. Tetangganya merasa kasihan padanya sehingga melaporkan hal ini. Lalu, kita mulai mencurahkan perhatian padanya,” kata Huang Xiu-yan, relawan Tzu Chi.

 

Kakaknya berniat membantu, tetapi hasilnya malah sebaliknya. Meski demikian, kakaknya juga mengatur agar ada orang yang mengantarkan makanan untuknya. Selama kakaknya membayarnya maka makanan akan diantarkan setiap hari.

“Sebelumnya, kakaknya pernah tidak pulang karena suatu alasan. Makanan yang diantarkan setiap hari itu harus dibayar. A-qing bukanlah warga berpendapatan rendah. Saat itu, dia berutang lebih dari 9.000 dolar NT (sekitar Rp. 3.600.000 -red) karena kakaknya tidak pulang untuk membayarnya. Lalu, pihak yang mengantarkan makanan itu memberitahunya bahwa jika utangnya tidak dilunasi, maka mereka akan berhenti mengantar makanan. Saat itu, saya sangat panik dan meminta mereka untuk tidak berhenti karena A-qing tidak bisa keluar rumah. Bagaimana dia bisa memperoleh makanan? Karena itu, kami terlebih dahulu membantunya melunasi utang lebih dari 9.000 dolar NT sehingga makanannya dapat terus diantarkan,” kata Jiang Mei-ying, relawan Tzu Chi lainnya.

Setelah insan Tzu Chi menerima kasus ini dan mulai mencurahkan perhatian padanya, terkadang dia tetap enggan membukakan pintu. Dengan sabar dan penuh cinta kasih, insan Tzu Chi terus berusaha menjalin hubungan baik dengannya sehingga dia dapat merasa aman. Adakalanya, dia bersedia membukakan pintu. Adakalanya, dia enggan membukakan pintu. Dia selalu berubah-ubah. Kali ini, relawan kita mengunjunginya karena tangki air dan klosetnya tersumbat.

 “A-qing, saya mengajak beberapa orang untuk membantumu membersihkan kamar kecil. Sekarang saya akan naik ke lantai atas untuk memperbaiki tangki air dulu. Tangki air harus diperbaiki dulu,” kata Huang Xiu-yan, relawan Tzu Chi.

Para relawan mendedikasikan hidup mereka untuk mengasihi dan melindungi kehidupan sesama. Inilah ajaran Mahayana. Inilah yang disebut terjun ke tengah masyarakat. Melihat begitu banyak penderitaan di dunia ini, kita harus berusaha mencari cara untuk menyelamatkan semua makhluk. Untuk mengatasi ketidakselarasan unsur alam, satu-satunya cara adalah dengan menyucikan hati manusia, membuka pintu hati orang lain dan diri sendiri, dan mengendalikan nafsu keinginan diri sendiri sehingga pikiran kita tidak terpengaruh oleh nafsu keinginan orang lain. Jika kita bisa terus mengikis lima nafsu keinginan kita maka lama-kelamaan kita bisa mencapai pencerahan. Jika bisa menyelami ajaran Buddha, kita akan memahami kebenaran di alam semesta dan makna kehidupan ini. Inilah ajaran Mahayana yang harus kita pelajari.

 Bodhisatwa sekalian, kita harus sangat bersungguh hati. Kehidupan manusia sangatlah singkat. Jadi, kita harus menggenggam waktu untuk menciptakan berkah dan menumbuhkan kebijaksanaan. Inilah yang harus kita pelajari.

Menolong orang yang menderita dengan cinta kasih dan membawa kehangatan bagi dunia
Membuka pintu hati dengan mengembangkan welas asih dan kebijaksanaan
Membersihkan rumah dan memberikan penghiburan
Mengendalikan lima nafsu keinginan dan menyadari ajaran kebenaran
Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 21 Desember 2015
Ditayangkan di DAAI TV tanggal 23 Desember 2015
Orang yang selalu bersumbangsih akan senantiasa diliputi sukacita. Orang yang selalu bersyukur akan senantiasa dilimpahi berkah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -