Ceramah Master Cheng Yen: Memikul Bakul Beras bagi Semua Makhluk


“Kami mengemban tanggung jawab di sentra vaksinasi sejak tanggal 28 Mei. Sesungguhnya, saat itu pemerintah kota memberlakukan batas usia ketika mengundang kita mengikuti kegiatan tersebut. Mereka berharap kita dapat mengerahkan para relawan berusia 55 tahun ke bawah. Namun, seperti yang Master ketahui, sekitar 90 persen dari relawan kita berusia 55 tahun ke atas. Kami pun berusaha untuk mengajak sekelompok relawan lansia ini. Beberapa relawan lansia ini berusia 78 atau 80 tahun,”
kata Huang Wen-ya relawan Tzu Chi.

“Sesungguhnya, tugas penting di sentra vaksinasi ialah kegiatan sterilisasi ruangan. Tidaklah mudah bagi orang pada umumnya untuk melakukan kegiatan sterilisasi selama tiga jam sembari membungkuk membersihkan kursi-kursi, apalagi bagi relawan kita yang berusia 70 atau 80 tahun. Jadi, di sentra vaksinasi, kami mengemban tanggung jawab sesuai dengan kemampuan masing-masing,” lanjutnya.

“Relawan lansia kita bertugas di area pembagian cendera mata. Di sana, mereka dapat membagikan Kata Renungan Jing Si kepada orang-orang sekaligus mendoakan mereka. Lewat tangan-tangan relawan lansia kita, warga yang datang ke sentra vaksinasi kita dapat menerima doa dari Master, para bhiksuni dari Griya Jing Si, dan insan Tzu Chi di seluruh dunia,” pungkasnya.

“Akibat pandemi, kita seakan-akan merasa asing satu sama lain. Beruntung, kali ini kami dapat memiliki kesempatan untuk melayani. Karena itu, saya sangat senang. Meskipun sudah tua, tetapi berkat kegiatan vaksinasi, saya dapat menjalin jodoh baik dengan banyak warga. Saya sungguh sangat bersyukur,” kata Xu Zheng-zi relawan Tzu Chi.

“Ada pula relawan lansia dari Xinpu. Mereka harus berkendara selama 50 menit dari Xinpu ke Aula Jing Si kita di sini. Relawan kita yang ini sudah berusia 80 tahun,” kata Huang Wen-ya relawan Tzu Chi.

“Terima kasih, Master. Saya sudah lama tidak menjadi relawan. Bisa mendapatkan kesempatan untuk melayani dalam kegiatan vaksinasi, saya sangat senang dan bersukacita dalam Dharma,” kata Chen Yin-ying relawan Tzu Chi.

Mendengar kesaksian para relawan kita, saya sangat tersentuh. Merekalah saksi sejarah zaman sekarang yang menggugah dan menyentuh hati setiap orang. Aula Jing Si kita sangat bermanfaat bagi masyarakat. Kapan pun masyarakat membutuhkan, kita dapat menyediakan Aula Jing Si kita. Namun, kita tetap harus menggunakan kebijaksanaan kita dalam hal ini.


Selama kebersihan bisa terjaga dan tidak bentrok dengan jadwal kegiatan lainnya, Aula Jing Si kita dapat digunakan oleh komunitas ataupun masyarakat umum. Selama kegiatan itu bermakna tanpa melibatkan kegiatan politik serta bermanfaat bagi masyarakat, Aula Jing Si kita boleh digunakan oleh mereka.

Kini, saya juga merasa sangat tenang saat melihat sejumlah relawan muda dan setengah baya yang turut bersumbangsih. Mereka semua bersedia memikul bakul beras bagi dunia. Mari kita bersungguh-sungguh untuk membina dan mendampingi kaum muda. Tzu Chi harus tetap seperti sekarang ini dengan insan-insan mulia yang dipenuhi cinta kasih agung tanpa mementingkan diri sendiri. Kita semua meneladan Buddha.

Saya sering berkata bahwa untuk memiliki cinta kasih berkesadaran, kita harus meneladan Buddha. Buddha adalah Yang Mahasadar Di Alam Semesta. Mari kita meneladan Buddha serta menjadikan hati Buddha sebagai hati kita dan belajar dari kebijaksanaan-Nya.

Buddha datang ke dunia untuk sebuah tujuan utama bagi semua makhluk. Meskipun sudah lebih dari 2.500 tahun sejak zaman Buddha, ajaran-Nya masih dapat kita praktikkan di ruang dan waktu zaman sekarang dengan penuh kesungguhan hati dan cinta kasih. Kalian semua sangat bersungguh hati dalam mencurahkan cinta kasih dan mendampingi anak-anak ataupun mahasiswa dalam studi mereka. Kalian selalu menemukan cara untuk melakukannya.

Lihatlah, Gunung Wufeng sangat tinggi, lebih dari 1.000 meter tingginya. Namun, kalian tidak mengenal lelah untuk naik gunung agar anak-anak dapat melanjutkan studi mereka. Saya sungguh sangat tersentuh. Selain itu, kita juga memberi bantuan kepada keluarga kurang mampu yang terdampak memburuknya sektor industri dan perdagangan.

“Permisi, apakah Anda tahu alamat rumah nomor 402 dan 408?” tanya Xu Shao-lian relawan Tzu Chi.
“Permisi, apakah ada orang di rumah?” tanya Xu Shao-lian relawan Tzu Chi.
“Yang manakah rumah Bapak Shi? Apakah yang pertama?” tanya Xu Shao-lian relawan Tzu Chi.
“Benar, yang di seberang itu.”

“Kebetulan ada permukiman suku asli dan toko-toko di daerah ini. Jadi, saya bisa bertanya kepada mereka. Masih banyak rumah yang harus saya datangi satu per satu dengan luas area sekitar beberapa kilometer dan semuanya adalah satu alamat tanpa nomor rumah,” kata Xu Shao-lian relawan Tzu Chi.


Saya sungguh sangat bersyukur. Paket bantuan yang kalian siapkan telah diisi dengan begitu banyak barang, seperti beras dan barang kebutuhan lainnya yang begitu berat. Meskipun jalan pegunungan sulit untuk ditempuh, kalian tetap bertekad untuk mengantarkan barang bantuan. Itulah yang membuat saya sangat bersyukur.

Terkadang, saya merasa tidak sampai hati terhadap relawan kita yang sudah lanjut usia. Mereka semua berebut untuk mendapatkan kesempatan bersumbangsih. Mereka khawatir kehilangan kesempatan itu ataupun tertinggal dari barisan. Namun, perebutan semacam itu hanyalah wujud ketulusan mereka yang tidak takut bersusah payah. Demikianlah dedikasi kalian yang saya saksikan hingga sekarang. Kalian juga dapat turut merasakan apa yang saya katakan. Bukankah kalian yang hadir di sini juga seperti itu?

Pandemi Covid-19 kali ini telah memberi kita inspirasi besar. Karena itulah, saya terus mengulas tentang pelajaran besar. Pandemi ini sungguh telah memberi kita pelajaran besar. Kita harus tetap meningkatkan kewaspadaan dalam upaya pencegahan penularan virus.

Kegiatan Tzu Chi tetap berjalan seperti sediakala. Kalian juga tetap menggenggam waktu kalian seperti biasanya untuk mencurahkan perhatian dan membagikan bantuan kepada yang membutuhkan bagaikan Bodhisatwa yang muncul karena adanya makhluk yang menderita dan tidak sampai hati melihat semua makhluk menderita. Jadi, kalian telah memupuk kasih sayang Bodhisatwa dan tidak sampai hati melihat semua makhluk menderita.


“Terakhir kali datang ke sini untuk membantu mereka memasang komputer, kami menemukan bahwa keluarga ini memiliki delapan orang anak, tetapi mereka tidak memiliki meja belajar,”
kata Liu Qian-de relawan Tzu Chi.

“Saya mengucapkan terima kasih atas curahan perhatian kalian dan kepala sekolah,” penerima bantuan Tzu Chi.

Tidak peduli anak-anak kurang mampu dari daerah pegunungan ataupun pedesaan, selama relawan kita mendapatkan informasi tentang mereka dan dapat menjangkau mereka, relawan kita selalu siap membantu mereka. Anak-anak itu sungguh dipenuhi berkah. Jadi, semua itu juga merupakan hasil dari curahan cinta kasih kalian.

Atas nama keluarga yang telah tertolong, saya mengucapkan terima kasih kepada kalian semua. Tanpa kalian, mereka akan kesulitan melewati pandemi kali ini. Saya berterima kasih atas bantuan dari misi amal dan juga misi pendidikan kita yang terus mendampingi para murid. Jadi, pendampingan belajar untuk murid-murid SD ataupun mahasiswa, kita telah mewujudkannya. Saya bersyukur. Teruskanlah perjuangan dan usaha keras kalian.

Waktu terus bergulir. Sekali lagi, saya mengucapkan terima kasih kepada kalian semua. Kepada mereka yang tidak dapat saya jangkau, tolong sampaikan rasa terima kasih saya kepada mereka.  

Memikul bakul beras bagi semua makhluk
Berlomba demi kebajikan tanpa keluar dari barisan
Para relawan mendampingi murid-murid belajar di tengah pandemi ini
Meringankan penderitaan semua makhkluk dengan kasih sayang Bodhisatwa

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 13 Mei 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 15 Mei 2022
Sikap mulia yang paling sulit ditemukan pada seseorang adalah kesediaan memikul semua tanggung jawab dengan kekuatan yang ada.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -