Ceramah Master Cheng Yen: Memiliki Cinta Kasih Berkesadaran dengan Hati yang Murni dan Sederhana


“Saya dilantik pada tahun 1998. Hari ini, saya merasa sangat bersyukur. Beberapa tahun ini, Master terus mengingatkan kita untuk menginventarisasi kehidupan dan tidak melupakan tahun itu. Saya ingat dengan salah satu relawan senior, Kakak Shao Hui-mei. Saat kita baru memiliki Kompleks Tzu Chi Guandu, beliau menjadi penanggung jawab bagian konsumsi,”
kata Wei Xing-juan, relawan Tzu Chi (Nomor komite 6932).

“Dalam pelayanannya di Tzu Chi, beliau sangat tekun dan bersemangat. Melihat kepergiannya, saya menyadari bahwa waktu tidak menunggu siapa pun. Hari ini, saya mengajak sekelompok Bodhisatwa yang mendedikasikan diri untuk bersumbangsih sejak awal berdirinya kompleks ini,” pungkas Wei Xing-juan.

“Pada waktu itu, di wilayah utara, hanya ada Kantor Cabang Tzu Chi Taipei dan Kompleks Tzu Chi Guandu ini. Jadi, ketika ada acara Pemberkahan Akhir Tahun atau kamp wilayah utara, semuanya diadakan di Kompleks Tzu Chi Guandu,” kata Shen Lü-juan, relawan Tzu Chi (Nomor komite 4159).

“Saya masih ingat jelas dengan satu kejadian. Saat itu, Mama Ji mengundang lebih dari 300 relawan dari wilayah tengah dan selatan Taiwan untuk melakukan kunjungan ke sini selama 2 hari. Namun, saat itu, jumlah selimut kita tidak cukup dan menyiapkan tempat tidur menjadi tantangan besar bagi kami. Lalu bagaimana? Kami pun memutuskan untuk memanfaatkan aula Buddha sebagai tempat tidur sementara dan meminta tim logistik untuk meminjam kantong tidur,” lanjut Shen Lü-juan.

“Tim pelayanan dan mobilisasi kemudian memasang tirai di tengah aula untuk memisahkan sisi pria dan wanita. Namun, ada yang berkata, ‘Kakak, tidur di kantong tidur ini tanpa bantal membuat kami sulit tidur.’ Bersyukur ada Mama Ji dan Kakak Xing-juan yang cepat tanggap. Mereka langsung berkata, ‘Tidak apa-apa, kita beli tisu saja untuk dijadikan bantal’," pungkas Shen Lü-juan.


“Sekarang, saya makin merasa bahwa bergabung di Tzu Chi sebenarnya sangat menyenangkan. Jika tidak ada dapur, kita tetap bisa masak di bawah pohon. Begitulah kami menjalani semuanya dan merasa sangat dipenuhi berkah karena dapat berkontribusi di Tzu Chi. Seperti kata orang, ‘Matahari terbenam sangat indah.’ Sesungguhnya, kehidupan kita pun sangat indah. Meski sudah mendekati usia senja, kita tidak perlu khawatir selama masih bisa bersumbangsih. Terima kasih, Master,”
kata Luo Mei-jin, relawan Tzu Chi (Nomor komite 5490).

“Kami memiliki banyak relawan lansia di sini. Orang-orang bukan menyebut mereka ‘membumi’, melainkan ‘tidak berkelas’. Padahal, setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan. Di Tzu Chi, kita tidak memandang penampilan luar. Master berkata bahwa meski kita memiliki perbedaan dalam tingkat pendidikan, kondisi ekonomi, dan lain-lain, tetapi di Tzu Chi, kita memiliki cinta kasih dan kebajikan yang sama. Di Tzu Chi, kita mempraktikkan cinta kasih dan kebajikan. Saya merasa sangat dipenuhi berkah karena dapat menjadi bagian dari komunitas ini dan menjalin jodoh baik secara mendalam dengan semuanya,” kata Ji Jing Yang, relawan Tzu Chi (Nomor komite 104).

Insan Tzu Chi memiliki hati yang sama, yaitu hati yang penuh cinta kasih agung tanpa pamrih. Terlebih lagi, semuanya sangat sederhana dan membumi dan itulah yang membuat hidup ini menarik. Dalam keluarga besar Tzu Chi, semua orang penuh semangat dan cinta kasih agung, berani memikul tanggung jawab, dan sangat ekspresif. Begitulah cara kita mengembangkan hakikat kebuddhaan dan kualitas Bodhisatwa di dunia.

Sesungguhnya, apa yang ajaran Buddha lakukan bagi dunia? Ketika ada keluarga yang kesulitan, Tzu Chi akan memberikan cinta kasih dan barang bantuan. Cinta kasih yang tulus ini bagaikan akar rumput yang melindungi bumi. Tanpa akar rumput, saat matahari menyengat, tanah akan retak dan kering. Oleh karena itu, meski kita ini ibarat akar rumput, kita tetap berkontribusi besar bagi bumi.


Saudara sekalian, saya sering merasa bahwa terlahir di dunia ini, saya bagaikan sebutir benih rumput. Satu benih bisa menghasilkan benih tak terhingga. Akar rumput dapat merambat dan menghasilkan benih-benih. Jadi, saya berharap insan Tzu Chi jangan merasa bahwa diri sendiri telah menjadi Bodhisatwa yang hebat. Kita adalah "Bodhisatwa akar rumput" yang membumi. Saat ini, bumi membutuhkan perlindungan. Selain melindungi bumi, kita juga bisa menginspirasi semua makhluk.

Ajaran Buddha telah ada lebih dari 2 ribu tahun. Ajaran-Nya benar-benar telah melindungi semua makhluk bagaikan akar rumput yang melindungi bumi. Insan Tzu Chi berasal dari berbagai kalangan. Namun, di Tzu Chi, semua orang setara. Inilah yang terindah. Buddha datang ke dunia untuk membimbing semua makhluk memiliki pandangan kesetaraan. Tidak ada perbedaan antara kapasitas besar, kapasitas menengah, dan kapasitas kecil.

Semua orang pada dasarnya memiliki hakikat kebuddhaan. Semua orang itu baik karena memiliki hakikat kebuddhaan. Buddha datang ke dunia untuk membimbing semua makhluk dan menyucikan dunia. Inilah misi kita. Apa pun keadaannya, kita harus bersumbangsih dengan sukacita. Saya sering berpikir, jika 50 hingga 60 tahun yang lalu saya tidak membangkitkan sebersit niat dan tidak menjalankan Tzu Chi, mungkin sekarang saya adalah seorang lansia sebatang kara.

Berhubung menjalankan Tzu Chi, saya memiliki sekelompok murid dan insan Tzu Chi di seluruh dunia. Semuanya berawal dari sebersit niat yang diwujudkan secara nyata. Jika tidak bergabung di Tzu Chi, mungkin kalian tidak akan saling mengenal. Berhubung bergabung di Tzu Chi, kalian bisa saling mengenal. Bukan hanya kenal, melainkan juga cocok satu sama lain dan saling peduli. Inilah yang disebut nilai dari kasih sayang. Inilah Bodhisatwa dengan cinta kasih berkesadaran. Bodhisatwa adalah makhluk dengan cinta kasih berkesadaran.


Relawan Tzu Chi sangatlah bijaksana. Apa pun yang ada dalam benak kalian, kalian bisa menggambar dan membuatnya. Ketika membuat suatu kerajinan tangan, kalian berkata, "Dengan membuat ini, kita bisa memberikannya kepada orang lain dan menjalin jodoh dengan mereka. Ini akan membawa kebahagiaan." Saya merasa bahwa mungkin kalian bisa membuat lebih banyak gambar dan mengajari orang-orang untuk membuatnya.

Kerajinan tangan yang dibuat bisa digunakan untuk menjalin jodoh dengan sesama. Jika kita menyisipkan Kata Renungan Jing Si di dalamnya, orang-orang akan merasa senang dan menghargainya. Jika kita menuliskannya di pembatas buku dan orang-orang menyelipkannya di dalam buku, ini akan terlihat sangat bermakna. Jadi,niat dan pikiran kitalah yang menentukan apa yang akan kita lakukan.

Jumlah insan Tzu Chi sangatlah banyak. Akar rumput dapat melindungi bumi dengan caranya sendiri, pohon besar juga dapat menaungi semua makhluk dengan caranya sendiri. Singkat kata, jangan meremehkan diri sendiri. Bergabung di Tzu Chi adalah hal yang benar. Hendaknya kita saling menyemangati dengan cinta kasih. Kita dapat berkata, "Anda sangat baik. Beruntung ada Anda. Jika tidak ada tim konsumsi, kami akan kelaparan." Satu kalimat sederhana saja bisa sangat bermakna.

Setiap hari, saya selalu makan semangkuk misoa yang diaduk dengan sedikit kecap asin dan minyak. Hanya begitu saja, saya merasa dipenuhi berkah. Begitulah kehidupan. Hidup ini sangat sederhana. Namun, kehidupan kita tetap sangat bernilai karena kita bisa menjadi penyelamat dalam hidup orang lain. Selama kita mau mendekati dan menghibur seseorang hingga hati dan pikirannya terbuka, kita sudah menjadi penyelamat dalam hidupnya.

Sudah berapa banyak hal yang dilakukan oleh insan Tzu Chi? Pada perjalanan kali ini, saya sering mengatakan tentang menginventarisasi nilai kehidupan karena kita harus menulis kitab sejarah Tzu Chi.

Mengemban tanggung jawab dengan giat, tanpa pamrih, dan berani
Bodhisatwa akar rumput memiliki hati yang lapang dan murni
Melindungi dunia dengan cinta kasih yang setara
Menginventarisasi nilai kehidupan dan menciptakan jalinan jodoh berkah

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 22 April 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 24 April 2025
Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -