Ceramah Master Cheng Yen: Memperingati Hari Waisak Dengan Hati yang Tertulus

Kita bisa melihat ketidakselarasan unsur api di Rusia dan Kanada. Hingga kemarin, kebakaran hutan di Kanada telah berlangsung selama 10 hari. Entah kapan kobaran api ini bisa dipadamkan. Pada saat seperti ini, yang terpenting adalah ketulusan hati setiap orang. Hanya doa tertuluslah yang bisa menjangkau para Buddha.

Salah satu contoh ketulusan ada pada tanggal 8 Mei di mana insan Tzu Chi di lebih dari 30 negara menggelar upacara Waisak secara bersamaan. Contohnya di belahan Bumi selatan, seperti Paraguay, Brasil, dan Argentina. Meski kondisi lingkungan mereka tidak baik, mereka tetap bisa mengatasinya. Mereka juga harus bekerja keras untuk mengatasi masalah kurangnya tenaga manusia dan mengajak warga untuk mengikuti upacara pemandian rupang Buddha. Mereka melakukannya dengan segenap hati dan tenaga.

Relawan di Afrika juga demikian. Demi membuat orang-orang memahami makna Hari Waisak, mereka sangat bersungguh hati. Saya sungguh sangat tersentuh. Kini, ketua pelaksana Tzu Chi Afrika Selatan yang baru adalah Mei-juan. Dia merupakan relawan yang sangat senior dan seorang wanita karier. Dia membuka pabrik di Lesotho. Beberapa tahun ini, demi mengemban misi Tzu Chi, dia perlahan-lahan menyerahkan pabriknya kepada orang lain. Dia menjangkau tujuh negara di Afrika. Dia berharap bisa mengubah gurun pasir menjadi oasis. Dia berharap di wilayah yang belum mengenal ajaran Buddha itu, ajaran Buddha yang dibawanya ke sana dapat berakar dan bertumbuh serta membuat kehidupan warga setempat menjadi lebih cemerlang.

Karena itu, dia terus bekerja keras. Relawan Pan berkata kepada saya, “Master tidak perlu khawatir. Saat Mei-juan menjalankan misi, saya akan mendukungnya.” Saya berkata, “Bukan hanya kamu, tetapi semua relawan yang mengemban misi Tzu Chi di Afrika harus memberikan dukungan padanya.”

Setiap orang membangun tekad dan ikrar. Saya bisa melihat harapan pada diri mereka. Benih-benih cinta kasih ini menyebarkan ajaran Jing Si dan mazhab Tzu Chi di Afrika hingga akarnya tertanam dalam. Ini sungguh menakjubkan dan menyentuh hati.

Kita juga melihat upacara pemandian rupang Buddha di Indonesia yang sangat agung dan dihadiri oleh banyak orang. Kita juga melihat kehadiran biarawati. Sekelompok biarawati mengikuti upacara Waisak dengan hati yang sangat tulus. Relawan kita juga berbagi dengan saya bahwa para biarawati sudah pernah mengunjungi Aula Jing Si Indonesia. Di dalam Aula Jing Si, mereka bisa melihat semangat Tzu Chi. Mereka membaca kisah di dinding Aula Jing Si dengan sepenuh hati. Pada kunjungan pertama, mereka sudah sangat tersentuh oleh Tzu Chi. Mereka bisa menerima Kata Renungan Jing Si, ajaran Jing Si, dan mazhab Tzu Chi setelah berinteraksi dengan insan Tzu Chi selama empat jam. Kemudian, mereka mengajak murid dan guru dari sekolah mereka untuk mengunjungi Aula Jing Si.

Setelah itu, mereka kembali berkunjung dengan mengajak sebuah organisasi. Mereka merasa bahwa apa yang dilakukan oleh Tzu Chi sejalan dengan ajaran mereka. Karena itu, mereka bisa menerima semangat dan filosofi Tzu Chi. Tahun ini, mereka juga mengikuti upacara Waisak. Inilah yang terjadi di Indonesia. Meski menganut agama yang berbeda-beda, semua orang bisa saling menghormati.

Peringatan Hari Waisak di Hong Kong juga sangat istimewa. Dengan lahan yang terbatas, Halaman Aula Jing Si di sana sangat kecil. Mereka harus menggunakan kebijaksanaan agar bisa memanfaatkan ruang yang sempit itu untuk melakukan ritual namaskara. Mereka melakukannya dengan hati yang tulus. Meski ruang yang mereka miliki terbatas, tetapi mereka bisa mengatasinya. Ritual namaskara berlangsung dengan khidmat.

Kita juga bisa melihat Tiongkok. Di berbagai wilayah di Tiongkok, relawan kita mengadakan kegiatan pada Hari Ibu agar anak-anak dapat mempersembahkan teh dan membasuh kaki orang tua. Pertunjukan relawan kita dengan tema berbakti kepada orang tua membuat para orang tua sangat tersentuh dan membuat anak-anak semakin memahami betapa besarnya budi orang tua.

Sungguh, budi orang tua sangatlah besar. Ini sungguh membuat orang tersentuh. Kita juga bisa melihat sejarah pada hari ini. Pada tanggal 12 Mei 2008, Wenchuan, Sichuan diguncang gempa bumi. Gempa bumi yang tiba-tiba terjadi mengakibatkan gunung longsor. Saat itu, wilayah yang terkena dampak bencana sangat luas. Saat itu, insan Tzu Chi segera memberikan bantuan. Saat itulah kita menjalin jodoh baik di sana. Insan Tzu Chi pergi ke berbagai lokasi bencana di Sichuan yang mengalami kerusakan parah untuk menyediakan makanan hangat, memberikan penghiburan, dan memberikan pelayanan kesehatan.

Berhubung korban bencana sangat banyak, kita pun bersumbangsih dalam jangka panjang. Di Sichuan, kita juga mendirikan 13 gedung sekolah. Kini, kita bisa melihat gedung-gedung sekolah yang kukuh dan anak-anak yang belajar di dalamnya. Yang membuat saya sangat tersentuh adalah SD Tzu Chi Luoshui. Kepala sekolah berkata bahwa setelah gedung sekolah dibangun, beliau pasti akan menerapkan semangat budaya humanis Tzu Chi di sekolah dan membimbing anak-anak melakukan daur ulang. Kini, mereka benar-benar melakukan daur ulang dengan sangat baik. Kita bisa melihat seluruh lingkungan sekolah sangat bersih. Anak-anak juga bisa melakukan daur ulang dan memilah barang daur ulang dengan sangat baik. Mereka juga membuat kerajinan tangan dari barang daur ulang. Setelah mempelajari konsep daur ulang, anak-anak juga bisa membawa semangat ini ke rumah masing-masing. Ini dapat membawa pengaruh besar bagi masyarakat.

Dengan pendidikan seperti ini, barulah kita bisa melindungi semangat kemanusiaan. Hari ini merupakan Hari Perawat Internasional. Kita bisa melihat upacara pemasangan topi perawat yang penuh dengan semangat budaya humanis. Orang yang memiliki tata krama merupakan orang yang memahami kebenaran. Singkat kata, tradisi kita adalah saling menghormati, saling bersyukur, dan saling mengasihi. Rasa syukur, hormat, dan cinta kasih telah diterapkan dalam misi pendidikan kita.  Saya yakin kelak, para calon perawat kita pasti akan memberikan pelayanan kesehatan dengan cinta kasih tanpa pamrih. Inilah makna Hari Perawat Internasional.

Memperdalam akar kebijaksanaan dan menyerap Dharma ke dalam hati

Melakukan ritual namaskara dengan sumber daya yang terbatas

Menggarap proyek harapan dan menerapkan semangat budaya humanis

Berharap calon perawat dapat melayani pasien dengan cinta kasih tanpa pamrih

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 12 Mei 2016 

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 14 Mei 2016

Jika selalu mempunyai keinginan untuk belajar, maka setiap waktu dan tempat adalah kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -