Ceramah Master Cheng Yen: Memperluas Cinta Kasih dan Menghimpun Kekuatan
Buddha Sakyamuni meninggalkan kehidupan penuh kenikmatan untuk menjadi teladan. Beliau melihat begitu banyak orang hidup dalam penderitaan dan berpikir, "Mereka sanggup bertahan, mengapa Aku tidak?" Oleh karena itu, merasakan penderitaan orang yang menderita disebut dengan kesabaran. Inilah semangat praktisi pelatihan diri.
Saya sering berkata bahwa jika dibandingkan dengan Buddha, saya adalah makhluk awam. Setiap hari, saya bersujud kepada Buddha dan merasa seperti sebutir pasir yang dibandingkan dengan Gunung Sumeru. Saya bagaikan seekor semut yang terus berusaha mendaki hingga ke puncak Gunung Sumeru. Walau sangat kecil bagaikan sebutir pasir, semut itu tidak menyerah dan tetap berjuang mendaki Gunung Sumeru. Saya pun teringat pada diri saya.
Waktu terus berlalu. Di dunia yang luas dan waktu yang sangat panjang ini, kehidupan saya pun bisa dibilang hampir selesai. Namun, saya masih memiliki kekhawatiran karena dunia saat ini dipenuhi dengan penderitaan yang lebih parah dari masa lalu. Dunia pun sedang tidak damai dan ini membuat saya lebih khawatir lagi. Terlebih lagi, empat unsur alam, yaitu tanah, air, api, dan angin sangat tidak selaras.


Hendaknya kita terus berusaha dengan tulus. Ketulusan membutuhkan nilai-nilai agama. Tidak peduli agama apa pun, yang terpenting ajarannya benar dan mengandung cinta kasih. Cinta kasih agung yang luas ini harus kita hormati karena kebenaran di dunia tidak terlepas dari cinta kasih dan rasa hormat yang tulus. Inilah makna cinta kasih agung dalam agama.
Tidak peduli agama apa pun, selama mengajarkan kebenaran dan penuh cinta kasih, pasti bisa menyucikan hati manusia. Jadi, hendaknya kita semua berusaha untuk terus menginspirasi orang lain mengerahkan cinta kasih dan kekuatan. Kita bukan mengharapkan uang mereka, melainkan hati mereka. Kita harus mengetuk hati orang lain.
Saya juga selalu menyerukan tentang pelestarian lingkungan. Melestarikan lingkungan bisa membantu menstabilkan iklim. Untuk itu, kita harus mengurangi penebangan pohon dan melindungi Bumi. Kita harus melindungi Bumi. Janganlah kita merusak "kulit" Bumi. Tubuh kita memiliki kulit, begitu pula dengan Bumi yang harus kita jaga. Jika kulit kita terluka, akan rentan terhadap infeksi. Inilah kehidupan. Jika ada luka kecil yang tidak segera diobati, akan terus memburuk. Demikian pula dengan dunia ini.
Masyarakat yang tidak harmonis akan menimbulkan masalah antarsesama. Siang dan malam pun tidak akan tenang. Agama hadir untuk mengharmoniskan keadaan ini. Oleh karena itu, hendaknya kita menghormati agama. Saya sangat berterima kasih kepada semuanya karena telah menenun kehidupan yang indah dengan cinta kasih. Saya merasa sangat bersyukur.


Di dunia ini, Bodhisatwa dunia memiliki satu hati yang sama. Semuanya harus menyucikan hati sendiri terlebih dahulu dan jangan terus berkata, "Saya ingin ini, saya ingin itu." Makin banyak keinginan, makin berat pula kehidupan. Jangan ada beban di dalam hati kita. Namun, ingatlah bahwa kita tetap harus berbuat baik. Meski hanya menyumbang 50 sen atau 1 dolar NT, itu tidak masalah.
Tetes demi tetes kebajikan ini bagaikan embun yang dapat menyuburkan bumi. Walau tak terlihat, sesungguhnya saat ini ada tetesan embun yang terus menutrisi bumi. Selama kita mengakumulasi cinta kasih di dalam hati, kita dapat melakukan apa pun. Hendaknya cinta kasih memenuhi hati dan pikiran kita. Saat melihat sesuatu, cintailah.
Seperti apa yang ada di depan saya ini, semuanya sangat berguna. Seperti ini, saya sangat menghargainya karena saya sering menggunakannya. Hendaknya kita menghargai hal sekecil apa pun. Begitu juga dengan pulpen ini yang sering saya gunakan untuk menulis. Kita harus menghargai semua barang yang berguna dengan rasa hormat dan syukur. Saat barang-barang itu tidak ada, fungsinya tidak bisa dijalankan. Saat barang-barang itu ada, jangan disalahgunakan. Hargailah setiap barang.
Saya selalu mengingatkan semua orang untuk senantiasa bersyukur. Rasa syukur adalah hal terbaik dan cara terbaik untuk menyelaraskan diri sendiri. Dengan rasa syukur, kita dapat bersumbangsih tanpa pamrih dan bisa merasa puas. Jika merasa cukup setiap hari, kita akan dipenuhi berkah. Jika sudah memiliki satu tetapi masih mengharapkan sembilan, kita akan sangat menderita.

Saya sering berkata, "Punya satu, merasa kurang sembilan." Jika sudah punya 90 dolar NT, Anda pasti berpikir untuk mengingini 1 dolar NT agar uang itu menjadi 100 dolar NT. Jika sudah punya 100 dolar NT, Anda pasti ingin 900 dolar NT lagi agar uangnya menjadi 1.000 dolar NT, lalu ingin 9.000 dolar NT lagi agar menjadi 10.000 dolar NT. Makin kita menuntut, makin tak ada habisnya. Jadi, janganlah menuntut terlalu banyak. Kita harus mengenal rasa puas.
Setiap hari, saya selalu merasa puas. Oleh karena itu, ada banyak orang yang terus menghimpun tetes demi tetes cinta kasih. Janganlah kita menuntut orang lain untuk berdonasi 100 dolar NT setiap bulan. Donasi 1 dolar NT pun membuat saya sangat berterima kasih. Tanpa adanya 1 dolar, dari mana datangnya 1.000 dolar? Hendaknya kita menghargai jumlah yang kecil dan bersyukur untuk jumlah yang besar. Jadi, hendaknya semua dapat mengenal rasa puas dan senantiasa bersyukur. Hal yang terpenting ialah semuanya harus saling mengasihi.
Dua tangan harus bersatu untuk menciptakan kekuatan. Satu orang memiliki dua tangan. Jika hanya menggerakkan satu tangan, kekuatan seseorang tidak akan cukup, apalagi dalam hubungan antarmanusia. Kekuatan akan muncul ketika semua orang bersatu.
Membina kesabaran dengan tekad yang teguh
Bencana alam dan penderitaan menimbulkan kekhawatiran
Memperluas cinta kasih demi menyucikan dunia
Mengenal rasa puas, bersyukur, dan menghimpun kekuatan
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 16 Mei 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 18 Mei 2025