Ceramah Master Cheng Yen: Mempertahankan Ikrar di Jalan Bodhisatwa

Saya terus menghargai hubungan antarmanusia. Sejauh apa Puncak Burung Nasar tidak penting. Yang terpenting adalah batin kita sendiri. "Buddha di Puncak Burung Nasar tak perlu dicari jauh-jauh." "Puncak Burung Nasar ada di hati sendiri." Benar, setiap orang memiliki  "stupa Puncak Burung Nasar".

Jadi, berlatihlah di Puncak Burung Nasar dalam batin sendiri. Puncak Burung Nasar sungguh terasa dekat. Mengucapkannya tentu mudah, tidak sulit juga untuk mendengar dan memasukkannya ke dalam hati. Yang paling sulit adalah mempraktikkannya.

Sutra Bunga Teratai adalah resep mujarab untuk menolong dunia. Berbagai Sutra yang Buddha babarkan mengajarkan kepada kita untuk sungguh-sungguh melatih diri. Yang terpenting, pelatihan diri ini harus dijalankan oleh setiap orang dengan tekun tanpa henti. Buddha datang ke dunia dan selalu ingin berbagi tentang kebenaran yang telah Beliau temukan.


Setiap orang memiliki stupa Puncak Burung Nasar. Artinya, setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan. Kisah stupa permata dalam Sutra Bunga Teratai membuat saya merasa bahwa dalam batin kita semua terdapat stupa permata. Hati saya terus merasakan gelora ini. Saya terus merasa bahwa stupa permata ini harus kita bangun lewat pelatihan diri kita.

Hingga tahap apa kita berlatih? Kita harus terus berlatih karena dikatakan stupa itu sangat tinggi. Belakangan ini saya tengah membabarkan bab Berbagai Pahala dari Sutra Bunga Teratai. Pada bab ini juga dikatakan bahwa selain membangun stupa, vihara, pahala juga didapat lewat membaca, menyalin, memahami, menghafal, dan melantunkan Sutra. Namun, apakah semua ini cukup? (Tidak)

Tidak cukup. Semua itu hanyalah bentuk luar. Segala bentuk luar mengalami proses timbul dan tenggelam, mulai dari terbentuk, berlangsung, rusak, hingga hancur. Demikian pula manusia mengalami lahir, tua, sakit, dan mati. Begitu pula pikiran kita, mengalami fase timbul, berlangsung, berubah, dan lenyap. Semuanya tidaklah kekal.


Pikiran kita terus berubah. Tubuh kita juga terus bermetabolisme. Dalam setiap detik, sel tubuh kita mengalami pembentukan dan penghancuran. Belakangan ini, dalam hubungan antarmanusia dan makna kehidupan, saya menaruh banyak penekanan. Tzu Chi sudah berusia 52 tahun. Saat saya memulai Tzu Chi, banyak dari kalian yang belum lahir, sedangkan di antara sebagian Bodhisatwa cilik atau relawan muda saat ini, mungkin merupakan relawan Tzu Chi yang terlahir kembali. Jadi, segala hal tercapai seiring waktu.

Kehidupan memiliki siklus. Kita harus menggenggam waktu saat ini. Para relawan yang berusia 50 tahun ke atas dapat menyimpan usianya pada "bank usia". Dengan pemikiran ini, banyak relawan masih bagai berusia 4, 5, 10, 20, atau 30-an tahun.

Cai Kuan yang berusia 100 tahun dua kali menyimpan 50 tahun umurnya sehingga dia bagai belum menginjak 1 tahun. Tubuhnya masih tegak, mata dan telinganya masih tajam, tangan dan kakinya masih cekatan. Saya sangat mengaguminya. Dia telah menjalankan Tzu Chi selama dua hingga tiga puluhan tahun. Jiwa kebijaksanaannya terus bertumbuh. Dia memanfaatkan kehidupannya untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Jadi, waktu dan kehidupan ini harus sungguh-sungguh kita manfaatkan.


Kita harus menggenggam waktu saat ini untuk memanfaatkan kehidupan kita untuk menjadi Bodhisatwa dunia. Jika tidak, tanpa terasa kehidupan akan berlalu begitu saja. Waktu yang sudah berlalu selamanya tak akan kembali.

Lihatlah, banyak relawan Tzu Chi yang rambutnya semakin memutih. Tzu Chi pun terus berkembang dari tidak ada menjadi ada seperti saat ini. Kini Tzu Chi menginjak tahun ke-53. Jiwa kebijaksanaan kita harus terus kita kembangkan seiring waktu. Untuk menuju Puncak Burung Nasar, kita harus membentangkan jalan.

Sejujurnya, Puncak Burung Nasar tempat pembabaran Sutra Bunga Teratai secara fisik tidaklah luas. Namun, di dalam Sutra digambarkan bahwa jumlah makhluk yang hadir tidak terhitung. Ini menggambarkan dunia batin Buddha.


Saudara sekalian, kita juga dapat memperluas dunia batin kita. Kita harus menyadari berkah. Yang tidak cukup hanyalah waktu. Saya merasa tidak cukup waktu lagi. Namun, waktu selamanya tidak pernah cukup. Kini saya berkata tidak cukup waktu lagi. Meski memiliki waktu seratus tahun lagi, saya tetap merasa tidak cukup lagi.

Saudara sekalian, kita harus selalu menggenggam waktu saat ini dan mempertahankan tekad yang timbul seketika. Inilah cara menyebarkan ajaran Buddha di dunia. Kita melihat kebenaran, kebajikan, keindahan. Saudara sekalian, sebagai umat Buddha, berjuang demi ajaran Buddha,  demi semua makhluk, bukanlah misi satu orang, melainkan semua orang dari kita.

Semoga kita dapat terus menjaga Tzu Chi hingga 50 tahun kedua, ketiga, bahkan selamanya. Kini Tzu Chi telah berusia setengah abad. Setelah setengah abad berikutnya, berarti Tzu Chi akan berusia satu abad. Satu abad sama dengan seratus tahun. Tzu Chi telah berjalan selama lebih dari setengah abad. Perjalanan ini harus kita lanjutkan dari generasi ke generasi. Inilah harapan yang saya sampaikan pada kalian.

Buddha di Puncak Burung Nasar tak perlu dicari jauh-jauh

Puncak Burung Nasar ada di hati setiap orang

Memanfaatkan saat ini untuk mengembangkan berkah dan kebijaksanaan

Mempertahankan ikrar di Jalan Bodhisatwa

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 18 Mei 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Li Lie

Ditayangkan tanggal 20 Mei 2018

Orang bijak dapat menempatkan dirinya sesuai dengan kondisi yang diperlukan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -