Ceramah Master Cheng Yen: Mempertahankan Kebajikan dan Cinta Kasih

”Pada musim panas tahun 1991, saya menerima telepon dari Bapak Wang. Dia memberi tahu saya bahwa Master Cheng Yen sangat mengkhawatirkan kondisi banjir di wilayah timur Tiongkok. Untuk menyalurkan bantuan ke sana, kami sangat berhati-hati dalam merencanakan setiap langkah,” kata salah seorang relawan Tzu Chi.

”Saat penggalangan dana di tahun itu, kami sangat bersusah payah karena banyak orang di jalan yang bertanya-tanya mengapa kita ingin membantu korban bencana di wilayah timur Tiongkok. Satu hal yang sangat berkesan bagi saya adalah Master mengatakan kepada kami untuk menghimpun cinta kasih guna membantu korban bencana banjir. Ini meninggalkan kesan mendalam bagi saya. Menurut saya, Master berharap kita dapat membangun sebuah jembatan yang penuh cinta kasih,” kata Hou Bo-wen, relawan Tzu Chi lainnya.

Teringat masa-masa itu, kita dapat melihat dedikasi semua orang. Saya sangat berterima kasih kepada setiap relawan Tzu Chi yang telah mempraktikkan Sutra dengan penuh keyakinan dan tekad.

Tzu Chi telah memasuki tahun ke-53. Saat itu Tzu Chi didirikan dengan sumber daya yang sangat terbatas. Kini relawan Tzu Chi di seluruh dunia selalu berbagi dengan orang-orang tentang bagaimana Tzu Chi berdiri dengan semangat celengan bambu.

Ya, Tzu Chi berdiri  dengan semangat celengan bambu, yakni menyisihkan 50 sen setiap hari. Kini Tzu Chi telah menyalurkan bantuan bencana ke-99 negara dan wilayah. Ini semua dapat terwujud seiring waktu berlalu, berkat kontribusi setiap orang, dan niat baik setiap orang. Semua ini tak bisa kurang satu pun.

Saya yakin setiap relawan Tzu Chi bersumbangsih bukan demi kepentingan sendiri. Saya sangat yakin terhadap setiap orang karena tiada orang yang  tidak saya percayai di dunia ini. Saya memegang teguh prinsip Tiga Tiada di Dunia. Yang pertama adalah  saya percaya pada semua orang. Bukan hanya saya. Tidak ada orang yang tidak saya kasihi di dunia ini.

 

Kita harus melapangkan hati untuk merangkul segala sesuatu di dunia. Setiap orang harus melapangkan hati untuk merangkul segala sesuatu di dunia ini. Segala sesuatu di dunia ini berhubungan dengan kita. Jika bumi ini tidak aman dan tenteram, seberapa banyak harta yang dimiliki juga tidak ada gunanya.

Contohnya Relawan Hou Bo-wen dan Po-ling. Mereka turut berpartisipasi dalam penyaluran bantuan di Kamboja. Pada saat penyaluran bantuan, terdengar pula suara ledakan di belakang. Mereka sungguh berani.

”Dana terdapat banyak jenis. Ada dana materi, dana Dharma, dan dana tenaga atau waktu. Contohnya, saat kita melihat ada satu orang yang jatuh ke dalam laut, meski tidak bisa berenang, welas asih kita juga terbangkitkan untuk terjun menolongnya. Meski situasi di Kamboja sangat berbahaya, tetapi setelah turut berpartisipasi  dalam penyaluran bantuan kali itu, saya belajar apa yang disebut dana,” kata Hou Bo-wen relawan Tzu Chi.

“Dana dengan uang saja tidak cukup. Kita juga harus berdana dengan tenaga. Saat dibutuhkan, kita juga harus berani mengambil tanggung jawab. Jangan takut ini dan takut itu. Lakukan saja,” tutupnya.

Para relawan Tzu Chi berbagi tentang banyak sejarah Tzu Chi. Kita sungguh beruntung karena di dalam hidup kita terkandung sejarah. Yang paling mengagumkan adalah kita mengukir sejarah lewat sumbangsih nyata.

Saya sangat berterima kasih atas ketulusan hati setiap relawan. Kita harus tulus, benar, yakin, dan sungguh-sungguh. Selain bersumbangsih tanpa pamrih, kita juga harus tulus, benar, yakin, dan sungguh-sungguh. Kita harus mempertahankan ketulusan hati ini. Setiap relawan Tzu Chi mempertahankan ketulusan dan bersumbangsih tanpa pamrih. Saya sangat berterima kasih. Ini semua dapat terwujud berkat himpunan cinta kasih masyarakat. Setiap orang menghimpun tetes demi tetes donasi untuk membantu orang yang membutuhkan.


Selama lebih dari 50 tahun ini, kita menggunakan setiap sen donasi dengan sangat bijak dan efektif. Inilah yang terus saya katakan kepada kalian.

Berhubung sudah berusia lanjut, di dalam setiap sesi ceramah, saya ingin mengatakannya dengan jelas. Saya tidak ada penyesalan dalam hidup ini karena saya tidak melakukan satu hal pun yang mengabaikan hati nurani. Dalam melakukan segala sesuatu, saya bukan demi kepentingan sendiri. Setiap sen donasi yang diterima juga kita gunakan untuk membantu orang yang membutuhkan. Kita menggunakan setiap sen donasi hanya pada saat dibutuhkan. Setiap relawan Tzu Chi juga bersumbangsih tanpa memiliki pamrih dan memanfaatkan setiap donasi dengan bijak. Saya tidak ada penyesalan, begitu pula dengan kalian.

Setiap sen dana hasil penggalangan kalian digunakan dengan sangat baik. Kalian bahkan harus  membayar uang transportasi sendiri dan membeli hadiah untuk donatur kalian. Kalian mengeluarkan uang pribadi, tetapi semua hasil penggalangan dana kalian serahkan kepada Tzu Chi.

Karena itu, saya berkata bahwa saya tidak ada penyesalan di kehidupan ini. Relawan Tzu Chi semestinya juga tidak ada penyesalan di kehidupan ini. Sungguh, rasa syukur saya tidak habis diungkapkan dengan kata-kata.

Relawan Tzu Chi harus selalu mempertahankan ketulusan dan bersumbangsih sebagai Bodhisatwa. Seiring berlalunya setiap detik, usia kehidupan kita juga terus berkurang. Karena itu, kita harus menggenggam waktu dan memanfaatkan kehidupan ini dengan baik.  Dengan kondisi kesehatan yang kurang baik, saya mengemban misi Tzu Chi. Sejak muda hingga sekarang, saya mengemban misi Tzu Chi dengan kondisi kesehatan yang kurang baik.

Ada orang yang berkata kepada saya, “Master, kontribusi saya tidak sedikit. Master berkati saya agar selalu sehat.”


Saya selalu menjawab, “Kontribusi saya juga tidak sedikit,tetapi saya juga tidak selalu sehat.” Benih apa yang ditanam dahulu, demikianlah buah yang kita tuai sekarang.

Selain bersumbangsih tanpa pamrih, kita juga harus bersyukur setiap saat. Kita harus terus menghimpun berkah. Buddha mengajarkan kepada kita bahwa kehidupan ini penuh dengan penderitaan.  Dengan melihat penderitaan, barulah kita bisa menyadari berkah dan tahu berpuas diri. Setelah tahu berpuas diri, kita harus bersumbangsih.

Yang paling sulit dilakukan adalah seiring berlalunya waktu, kita tetap mempertahankan sebersit niat baik ini. Setelah sebersit niat baik terbangkitkan, kita harus terus mempertahankannya hingga selamanya. Lewat sebersit niat baik ini,  kalian dapat mengingat kembali kapan kalian mulai bergabung dengan Tzu Chi. Kapan kalian mulai tersentuh, hal apa yang membuat kalian tersentuh,  dan siapa yang membuat kalian tersentuh. Kita dapat mengenangnya kembali. Janganlah kita melupakan tahun itu dan sekelompok relawan itu. Lewat kerja sama yang harmonis, kita bersama-sama mewujudkan kekuatan cinta kasih.

Sebersit niat yang penuh cinta kasih ini dapat terdengar oleh para Buddha dan Bodhisatwa. Untuk menyentuh hati para Buddha dan Bodhisatwa, kita harus membangkitkan sifat hakiki yang bajik dan terjun ke tengah masyarakat untuk membimbing sesama. Kekuatan satu orang saja tidaklah cukup.

Sebagai relawan Tzu Chi, kita harus mempertahankan sebersit niat baik yang dimiliki agar dapat menginspirasi banyak orang. Jika satu orang  dapat menginspirasi satu orang, maka hati manusia akan dapat tersucikan. Tak peduli di tahun mana kalian bergabung dengan Tzu Chi, janganlah kalian melupakan tahun itu karena dimulai dari saat bergabung dengan Tzu Chi, kita mulai membangkitkan jiwa kebijaksanaan.

Yakin terhadap diri sendiri dan melapangkan hati untuk merangkul sesama
Mempertahankan ketulusan  dan bersumbangsih tanpa memiliki pamrih
Tetes demi tetes donasi membentuk kekuatan cinta kasih
Menjalani hidup tanpa ada penyesalan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 26 Juli 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 28 Juli 2019

Sikap mulia yang paling sulit ditemukan pada seseorang adalah kesediaan memikul semua tanggung jawab dengan kekuatan yang ada.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -