Ceramah Master Cheng Yen: Mempertahankan Kemurnian Hati dan Meneruskan Cinta Kasih

Kemarin, para Bodhisatwa cilik dari Jing Si Books & Café berkumpul bersama. Kita bisa melihat wajah-wajah menggemaskan Bodhisatwa cilik generasi pertama saat mereka masih duduk di bangku TK lewat foto mereka. Adakah yang bisa mengenali anak di dalam di antara mereka yang berdiri di depan? Mereka sudah duduk di bangku SMA.

Banyak Bodhisatwa cilik kita yang kini sudah duduk di bangku SD atau SMP. Mereka terus bertumbuh besar dan sangat menggemaskan. Dari yang paling besar hingga yang paling kecil, semuanya bersama-sama berkata kepada saya, “Kemurnian hati kami tidak berubah. Kami masih tetap berada di sini.”

Pada zaman sekarang, anak-anak di Taiwan sungguh beruntung. Mereka sungguh beruntung karena sejak usia dini, mereka sudah bisa mempelajari ajaran Buddha dan mempraktikkannya secara nyata. Yang lebih mengagumkan adalah mereka dapat bervegetaris. Mereka terus mempertahankan tekad dan cinta kasih mereka sehingga tidak tega untuk mengonsumsi daging. Meski masih kecil, mereka memiliki tekad besar dan tahu untuk melindungi bumi. Selama bertahun-tahun, mereka terus bervegetaris. Ini sungguh mengagumkan.

Anak sekecil ini saja dapat mempertahankan tekad dan mengikuti kebenaran. Yang sangat disayangkan adalah banyak orang dewasa yang kalah dari anak-anak ini. Kita harus meneladani anak-anak ini. Menjalani hidup dengan penuh cinta kasih merupakan tujuan hidup yang sesungguhnya dan makna kehidupan yang harus dikembangkan.

Saya masih ingat pada bulan Juli atau Agustus 1991, wilayah timur Tiongkok dilanda banjir besar. Bagaimana cara insan Tzu Chi dari Taiwan menuju daratan Tiongkok? Saat itu masih sangat sulit. Namun, karena ingin menyalurkan bantuan dan tidak tega melihat ratusan juta orang terkena dampak bencana, kita akhirnya dapat mengatasi semua rintangan.

Saat itu, tim tanggap darurat Tzu Chi gelombang pertama tiba di Tiongkok Daratan dan mulai mengemban misi kesehatan dan amal di sana. Saat itu, Kepala RS Tseng dari RS Tzu Chi Hualien, Wakil Ketua Wang, Lee Yi-hui, dan beberapa relawan lain juga bergabung dengan tim tersebut untuk menyurvei bencana di Tiongkok dan berkomunikasi dengan kepala daerah setempat. Kita menunjukkan bahwa kita berniat membantu mereka dengan tulus dan berharap mereka dapat memberikan kesempatan kepada kita. Ketulusan dapat menyentuh hati manusia. Karena itu, akhirnya para kepala daerah membukakan pintu bagi kita dan membimbing kita menuju tempat yang paling membutuhkan.

Mereka membimbing kita ke daerah yang paling kekurangan di Provinsi Anhui, yakni Kabupaten Quanjiao. Jadi, kita tahu arah yang harus dituju. Saat itu, menyalurkan bantuan bencana tidaklah mudah. Pertikaian antara Taiwan dan Tiongkok Daratan membuat setiap langkah kita terasa berat. Akan tetapi, kita tetap harus melangkah. Akhirnya, kita dapat mengatasi semua rintangan.

Saat itu, relawan kita berulang kali pulang pergi untuk melakukan survei, membeli barang bantuan, dan membagikan barang bantuan. Saat membagikan barang bantuan, kita mendapati bahwa kondisi bencana benar-benar sangat parah. Banyak orang yang kehilangan tempat tinggal. Para lansia, perempuan, dan anak-anak sangat menderita. Kita merasa tidak sampai hati melihatnya. Karena itu, begitu penyaluran bantuan darurat berakhir, kita segera bergerak untuk mendirikan rumah bagi mereka. Saat itu, saya berkata bahwa saya ingin mendirikan rumah yang bisa ditempati oleh para korban bencana dan generasi-generasi penerus mereka. Selain itu, saya juga berharap mereka dapat memiliki rumah dan tanah. Ini bukanlah hal yang mustahil jika kita dapat bekerja sama dengan pihak yang bersangkutan secara tulus. Jadi, kita mendirikan rumah di sana dengan luas sekitar 66 meter persegi yang terdiri atas dua lantai.

Kita mendirikan Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi di empat kabupaten di tiga provinsi. Di Kabupaten Quanjiao saja, kita mendirikan ratusan unit rumah. Peletakan batu pertama dilakukan pada bulan Oktober 1991. Agar para korban bencana dapat tinggal di rumah baru pada Tahun Baru Imlek, kita pun bekerja sama dengan kepala daerah setempat. Saat itu, pembangunan terus dijalankan siang dan malam, tidak peduli cuaca cerah ataupun hujan.

Saya sangat berterima kasih kepada kepala daerah setempat, seperti kepala desa, lurah, camat, dan bupati yang sangat bekerja sama. Saat itu, di Kabupaten Quanjiao saja, sekitar 5.000 hingga 6.000 orang bekerja keras hingga malam hari demi mendirikan rumah bagi lebih dari 900 keluarga. Karena itulah, pembangunan bisa dirampungkan dalam 60 hari. Pada hari ini 24 tahun yang lalu, tepatnya tanggal 4 Januari 1992, para korban bencana pindah ke rumah baru. Pada bulan Juni 1992, kita menyerahkan sertifikat kepada mereka karena kita telah mengajukan permintaan kepada pemerintah setempat untuk memberikan sertifikat rumah dan surat izin penggunaan lahan kepada mereka. Pada bulan Juni tahun itu, mereka benar-benar memperoleh sertifikat rumah dan surat izin penggunaan lahan.

Saya sangat berterima kasih kepada beberapa relawan Tzu Chi yang saat itu terus berada di sana dalam jangka panjang untuk berkomunikasi dengan pihak yang bersangkutan demi kelancaran pembangunan dan memantau proses pembangunan. Mereka juga bertugas membeli barang bantuan yang akan dibagikan di sana. Pada tahun yang sama, kita membagikan bantuan musim dingin kepada sekitar 64.000 orang. Ini merupakan sejarah Tzu Chi.

Singkat kata, selama 25 tahun ini, kita menyebarkan benih cinta kasih di sana setiap tahun. Ada banyak orang yang merasa sayang untuk menggunakan barang bantuan yang diterima. Jadi, saat kembali mengunjungi mereka, insan Tzu Chi akan mengeluarkan selimut mereka dan menasihati mereka untuk menggunakannya, jangan hanya disimpan. Pakaian juga jangan hanya disimpan, harus dipakai.

Intinya, inilah cinta kasih yang tak terbatas dan jalinan kasih sayang yang tak berujung. Kisah seperti ini sangatlah banyak. Tahun ini, kita juga bisa melihat relawan lokal di Tiongkok melakukan kunjungan kasih. Saat melihat seorang lansia belum makan, relawan kita pun mengukus bakpao untuknya. Ini sungguh kisah yang penuh kehangatan. Jadi, jangan membatasi cinta kasih pada hubungan darah. Di dunia ini, jika setiap orang dapat membangkitkan cinta kasih, maka orang yang menderita akan tertolong.

Memiliki tekad yang tidak tergoyahkan meski waktu terus berlalu

Melakukan yang sulit dilakukan demi menolong orang yang menderita

Mendirikan Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi yang dapat ditempati dari generasi ke generasi

Meneruskan cinta kasih selama puluhan tahun

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 4 Januari 2016

Ditayangkan di DAAI TV Indonesia tanggal 6 Januari 2016
Hanya orang yang menghargai dirinya sendiri, yang mempunyai keberanian untuk bersikap rendah hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -