Ceramah Master Cheng Yen: Mempertahankan Niat Baik dan Giat Bersumbangsih

Saya sungguh sangat tersentuh dan bersyukur. Yang membuat saya tersentuh adalah kalian menerapkan ajaran Buddha dalam kehidupan sehari-hari dan bersumbangsih sebagai Bodhisatwa di tengah masyarakat. Apakah kalian percaya bahwa setiap orang adalah Bodhisatwa? (Percaya) Ya. Karena itulah, saya mengucap syukur kepada setiap orang dan mengimbau setiap orang untuk saling menghormati.

Dari lubuk hati saya, saya bersyukur kepada setiap orang. Kalian semua sangat bersungguh-sungguh dan tulus. Di dunia ini, tidak ada orang yang tidak saya percayai. Jadi, saya percaya bahwa kalian semua bersumbangsih dengan tulus. Untuk itu, saya sangat bersyukur. Selain bersyukur, saya juga sangat yakin pada ajaran Buddha. Buddha mengajari kita bahwa setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan dan setiap orang bisa mencapai kebuddhaan.


Saya juga yakin pada Sutra Bunga Teratai. Ada sepenggal Sutra yang mengulas tentang Bodhisatwa Sadaparibhuta yang memuji dan bersyukur kepada setiap orang yang ditemuinya. Meski ada yang memukul, memarahi, atau meremehkannya, dia tetap bersyukur pada mereka karena dia percaya bahwa setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan. Saya juga percaya bahwa setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan. Tekad saya adalah mengemban misi demi ajaran Buddha dan semua makhluk.

“Kita harus menebalkan muka. Jika kita tidak bertanya, bagaimana kita tahu orang lain akan berdonasi atau tidak? Kita harus memberi orang lain kesempatan, baru kita berkesempatan menolong sesama. Dengan pikiran seperti inilah saya menggalang donasi,” kata Zhang Qun-ying, Relawan Tzu Chi.


“Kami mengajak orang-orang berdonasi. Jika mereka ingin berdonasi, kami akan menerimanya. Jika tidak, kami tidak akan memaksa. Ini adalah tanda terima donasi,” tutur Cai Feng-tian, Relawan Tzu Chi.

“Saya ingin berbuat amal dan menolong orang-orang yang menderita. Ini hanya bantuan kecil,” kata Hu Yan-hua, seorang donatur.

“Kami berbagi dengan orang-orang tentang apa yang dilakukan oleh Empat Misi Tzu Chi. Itulah yang kami lakukan. Kami tidak melalaikan tugas-tugas ini karena ini merupakan kewajiban kami,” jelas Zhang Qun-ying, Relawan Tzu Chi.

“Lewat berita internasional, saya melihat bahwa yang pertama Tzu Chi lakukan adalah memberi bantuan. Jadi, saat dia bertanya, saya langsung setuju menjadi donatur,” cerita Hou Xi-jie, seorang donatur.


Saya berharap setiap orang bisa mengenal dan menyerap Dharma. Bukan hanya mengenal dan menyerap Dharma, kita juga harus membabarkan dan mempraktikkan Dharma dalam kehidupan sehari-hari. Jika seseorang memiliki Dharma di dalam hati dan bisa mempraktikkannya dalam keseharian, maka dia disebut Bodhisatwa dunia. Dengan mempraktikkan Dharma dalam kehidupan sehari-hari, kita akan mengasihi sesama manusia, menghargai sumber daya, dan menghormati kehidupan semua makhluk. Inilah Bodhisatwa yang sesungguhnya.

Saat ada makhluk dilanda penderitaan, Bodhisatwa merasa tidak tega. Bodhisatwa merasa tidak tega. Bodhisatwa memiliki perasaan senasib dan sepenanggungan. Saat orang lain terluka, kita turut merasakan rasa sakit mereka. Saat orang lain menderita, kita turut merasa sedih. Demikianlah Bodhisatwa. Dengan senantiasa mengingat bahwa hidup ini penuh penderitaan, maka secara alami, setiap orang bisa membangkitkan potensi terpendam untuk bersumbangsih sebagai Bodhisatwa.


Tzu Chi terjun ke tengah masyarakat dan mulai menjalankan misi bantuan internasional pada 1991. Hingga kini, saat ada negara yang dilanda bencana besar, seperti gempa bumi, topan, banjir, perang, dan lain-lain, relawan kita akan pergi untuk membantu. Di berbagai negara, kita melihat warga dengan warna kulit, suku, budaya, dan pola hidup yang berbeda-beda.

Awalnya, Tzu Chi tidak memiliki apa-apa. Kini, kita telah memiliki kantor di lebih dari 50 negara dan wilayah. Demikianlah perkembangan kita. Saya sangat bersyukur kepada semua insan Tzu Chi yang mempraktikkan Dharma dan bersumbangsih sebagai Bodhisatwa dunia. Kalian semua telah mengubah hati makhluk awam yang penuh perhitungan menjadi hati Bodhisatwa yang penuh pengertian, saling mengasihi, saling membantu, dan saling mendukung.


Inilah yang dibutuhkan oleh masyarakat kita dan dunia ini. Saat masyarakat harmonis, barulah dunia bisa terbebas dari bencana. Saya sering berkata bahwa kita harus menjaga pikiran dengan baik. Membangkitkan sebersit niat mungkin hanya butuh waktu satu detik. Namun, sebersit niat yang timbul dalam sedetik, bahkan dalam waktu yang lebih singkat, dapat menentukan arah hidup kita. Tzu Chi bisa berkembang seperti sekarang juga berawal dari sebersit niat yang timbul pada saat itu. Saya terus mempertahankan niat itu hingga sekarang.

“Ada seorang relawan lansia bertanya kepada Master, “Apakah saya sudah tua?”

“Tahun ini saya berusia 80 tahun.” Master berkata padanya, “Anda tidak tua. Anda masih bisa bersumbangsih,” ujar Lin Hui-zhu, seorang relawan.

“Saya tidak punya cukup waktu. Dengan melakukan daur ulang, saya bisa menolong sesama manusia dan menyelamatkan Bumi. Jadi, saya harus lebih sering melakukannya,” kata lansia itu.


Jadi, kita harus menggenggam saat ini dan mempertahankan niat baik yang timbul. Setelah membangkitkan sebersit niat baik, janganlah kita membiarkannya berlalu seperti waktu. Saya tidak membiarkan niat baik saya berlalu seiring berlalunya waktu. Niat yang benar harus kita pertahankan dari kehidupan ke kehidupan. Sebersit niat yang timbul dalam sedetik dapat menentukan arah hidup kita. Begitu pula dengan saya. Sebersit niat pada puluhan tahun lalu telah menentukan arah hidup saya. Setelah timbul niat untuk meninggalkan keduniawian, saya menjalankannya dengan meninggalkan rumah dan mulai mencari jalan sendiri.

Saya merasa bahwa saya telah membangkitkan niat yang benar. Asalkan sesuatu itu benar, maka lakukan saja. Inilah yang sering saya katakana dan bisa diterima oleh insan Tzu Chi dengan mudah. Asalkan sesuatu itu benar, maka lakukan saja. Tentu, kita harus bisa membedakan benar dan salah.

Janganlah kita mengucapkan atau melakukan sesuatu yang salah. Kita harus bersiteguh dalam hal ini. Karena itulah, Tzu Chi bisa mempertahankan arah yang benar selama puluhan tahun. Jadi, kita harus mempertahankan tekad awal dan memiliki tekad pelatihan yang teguh. Demikianlah hendaknya kita menjalani hidup.

Mempraktikkan Dharma dalam kehidupan sehari-hari

Saling mengasihi dengan perasaan senasib dan sepenanggungan

Bisa membedakan benar dan salah serta melakukan hal yang benar

Memiliki tekad pelatihan yang teguh dan selamanya tidak akan mundur

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 24 Mei 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Li Lie

Ditayangkan tanggal 26 Mei 2018

Tanamkan rasa syukur pada anak-anak sejak kecil, setelah dewasa ia akan tahu bersumbangsih bagi masyarakat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -