Ceramah Master Cheng Yen: Mempertahankan Tekad Awal dan Mewarisi Tekad Guru

Di dunia ini, tidak ada yang lebih berharga dari waktu. Ini karena akumulasi waktu dapat mendukung pencapaian kita. Semakin banyak waktu yang kita miliki, semakin banyak kebaikan yang bisa kita lakukan. Sebersit niat buruk saja bisa membuat kita tersesat. Menyimpang sedikit saja, kita bisa jauh tersesat. Jadi, dalam mempelajari Dharma, kita harus senantiasa mengingatkan diri sendiri agar tidak menyimpang.

Sebelum mengenal Dharma, kita mungkin memiliki ketamakan, kebencian, dan kebodohan. Saat timbul kemarahan di dalam hati, kita akan menjalin jodoh buruk dengan orang lain. Wajah kita akan terlihat tidak bersahabat dan menjalin jodoh buruk dengan orang lain. Namun, diri sendiri tidak menyadarinya, bahkan menularkan tabiat buruk ini pada orang lain. Dalam jalan kehidupan ini, jika menyimpang sedikit saja, kita akan jauh tersesat. Singkat kata, pikiran bisa menyimpang dalam sekejap.

Belakangan ini, saya terus berkata bahwa jangan melupakan tahun itu dan tekad pada saat itu. Sesungguhnya, kapan kita membangkitkan sebersit niat buruk hingga langkah-langkah kita menyimpang dari arah yang benar?

Di Tzu Chi, ada banyak kisah relawan yang bisa dijadikan sebagai cermin bagi kita untuk berintrospeksi diri. Lihatlah, relawan yang pernah berbuat salah kini telah memperbaiki diri dan memiliki kehidupan yang indah. Mereka merupakan cermin bagi kita. Mari kita bercermin. Kita harus mempertahankan diri kita yang semula atau mengubah diri sendiri dari ekspresi wajah yang marah menjadi ekspresi wajah yang tersenyum? Apakah ini sulit bagi kita? Ini sama sekali tidak sulit.

 

Ambillah sebuah cermin dan lihat bayangan kita di dalam cermin. Tampilkanlah satu ekspresi marah dan satu ekspresi tersenyum. Di antara kedua ekspresi itu, mana yang akan kamu pilih?

“Tadinya, saya dan istri saya sering bertengkar. Saat terjadi perselisihan, kami berbicara dengan nada yang tinggi. Setelah itu, selama sekitar seminggu, kami mengabaikan satu sama lain. Namun, setelah istri saya mengenal Tzu Chi, saat saya berbicara dengan nada tinggi, dia akan berbicara dengan lembut. Saya merasa bahwa dia jauh lebih lembut dari sebelumnya. Jadi, bergabung dengan keluarga besar ini membawa perubahan besar bagi keluarga saya. Terlebih, lewat kegiatan survei kasus, saya bisa merasakan yang selalu Master Cheng Yen katakan, yaitu menyadari berkah setelah terjun ke tengah masyarakat dan melihat penderitaan,” kata Cai Qi-zong relawan Tzu Chi.

Para insan Tzu Chi selalu berbagi dengan saya tentang kesalahan mereka di masa lalu. Kini mereka telah berubah menjadi Bodhisattva yang menggemaskan yang mengatasi berbagai kesulitan dengan cinta kasih agung tanpa memandang jalinan jodoh. Cinta kasih dan welas asih agung bukanlah sekadar slogan, tetapi bisa dipraktikkan.


Saat kita mampu menolong sesama, kita tentu merasa bahagia. Kebahagiaan ini diperoleh saat kita bersumbangsih. Kita harus merangkul seluruh dunia, jangan hanya sebagian. Contohnya Bodhisattva sekalian, selain mengurus keluarga sendiri, kalian juga menjalankan misi Tzu Chi. Setiap keluarga memiliki kerabat dan teman. Satu orang bisa menginspirasi orang yang tak terhingga, bagai sebatang pohon yang ranting dan daunnya terus bertumbuh.

Saya sering berkata bahwa sebutir benih bisa bertumbuh menjadi tak terhingga. Dengan memilih sebuah lahan, kita bisa menabur benih kebajikan. Setelah memilih sebuah lahan, kita dapat menanam benih tersebut. Benih ini bisa bertumbuh menjadi semai, pohon kecil, hingga pohon besar. Sejauh mana rantingnya menjulur, sejauh itu pulalah akarnya bertumbuh. Jadi, setiap orang hendaknya membangun tekad dan ikrar untuk bertumbuh menjadi pohon besar dan menghasilkan benih yang tak terhingga. Pohon besar akan berbunga dan menghasilkan benih setiap tahun. Benih-benih itu akan tersebar di seluruh dunia.

Pelantikan tahun ini telah dimulai. Saya selalu menggenggam kesempatan untuk melantik para relawan kita karena itu memberi saya kekuatan. Semakin banyak relawan yang saya lantik, semakin banyak orang yang membantu saya memikul bakul beras bagi dunia.

Dunia ini membutuhkan himpunan kekuatan cinta kasih banyak orang agar terbentuk kekuatan besar. Kita menggalang donasi bukan hanya demi uang. Tentu saja, tanpa uang, bagaimana kita memberikan bantuan? Namun, yang terpenting ialah menyucikan hati manusia. Jika hati manusia tidak tersucikan, masyarakat tidak akan harmonis. Jika masyarakat tidak harmonis, dunia juga tidak akan damai. Karena itulah, saya sering berkata bahwa kita harus bermawas diri dan berhati tulus.


Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus menjaga pikiran dan membina tabiat baik. Jika sebelumnya pernah menyimpang, kita harus segera kembali ke jalan yang benar. Makhluk awam berubah menjadi Bodhisatwa, ini bukanlah hal yang mustahil. Terima kasih.

Janganlah kalian melupakan hari ini serta tekad dan ikrar yang kalian bangkitkan sekarang. Ingatlah tekad kalian saat ini hingga selamanya. Inilah harapan terbesar saya.

Saya mendoakan kalian. Saya berharap setiap orang dapat menjadi mata, telinga, tangan, dan kaki saya. Bisakah kalian melakukannya? (Bisa)

Baik. Saya dengan tulus mendoakan kalian semoga di Jalan Bodhisatwa, kalian bisa tekun melatih diri serta mengembangkan berkah sekaligus kebijaksanaan. Terima kasih.

Satu pilihan yang salah bisa membuat kita jauh tersesat
Bertobat dan memperbaiki diri dengan menghapus kegelapan batin
Mempertahankan tekad awal dan mewarisi tekad guru
Menjalankan ikrar dengan tulus untuk menyucikan hati manusia

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 26 Oktober 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 28 Oktober 2019

Hanya orang yang menghargai dirinya sendiri, yang mempunyai keberanian untuk bersikap rendah hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -