Ceramah Master Cheng Yen: Mempertahankan Welas Asih dan Kekuatan Ikrar hingga Selamanya
“Yang nomor induk karyawannya satu ialah Kakak Xiu-zhen. Saya masih ingat 25 tahun yang lalu, saat bergabung menjadi anggota Tzu Ching, saya memanggilnya Bibi Xiu-zhen. Beliau menangani urusan umum di kantor kita. Karena itu, setiap kali Tzu Ching mengadakan kegiatan, kami selalu menghubungi Bibi Xiu-zhen untuk menyiapkan barang yang dibutuhkan. Bibi Xiu-zhen selalu penuh kesabaran dan terus mendampingi para anggota Tzu Ching dari rambutnya masih hitam hingga kini sudah beruban. Hingga kini, beliau masih mendedikasikan diri,” kata Liu Lun-qiao, Wakil ketua Tzu Chi Singapura.
“Saat ini, beliau adalah kepala bagian urusan umum kita. Dalam acara syukuran staf tahun lalu, saat kami membagikan penghargaan pelayanan selama 25 tahun kepada Bibi Xiu-zhen, hampir semua staf yang hadir berdiri untuk bertepuk tangan baginya. Inilah Bibi Xiu-zhen dengan nomor induk karyawan 001 yang telah memberi keteladanan. Beliau menjadikan diri sendiri sebagai teladan,” pungkas Liu Lun-qiao.
Sekitar 20 hingga 30 tahun yang lalu, Tzu Chi mulai berkembang di Singapura. Orang-orang yang bergabung dengan kita menggunakan keyakinan dan kekuatan ikrar untuk menjalankan Tzu Chi di Singapura. Saat itu, Jing Lian pindah ke Singapura dan membawa semangat Tzu Chi ke sana. Selain itu, juga ada Ji Yu dan Ci Lu yang penuh dengan jalinan jodoh di sana. Intinya, jalinan jodoh yang tidak terbayangkan telah membuat mereka membangkitkan tekad. Tekad merekalah yang membangkitkan kekuatan ikrar. Saya sangat berharap sejarah Tzu Chi di era sekarang dapat disusun dengan baik.

Buddha datang ke dunia demi satu tujuan utama. Beliau datang bukan demi mencapai kebuddhaan, melainkan demi dunia ini. Apakah yang ingin Beliau lakukan bagi dunia ini? Dunia ini penuh dengan karma buruk dan kegelapan batin. Setelah tercerahkan, Buddha tahu bahwa dunia ini penuh dengan karma buruk yang menimbulkan pergolakan di mana-mana. Orang-orang merusak bumi dan mencemari seluruh alam semesta karena pandangan dan pemikiran yang menyimpang. Demi menyucikan dunia dan membawa keharmonisan bagi masyarakat, Beliau terjun ke tengah masyarakat.
Sejak masih muda, saya membaca Sutra, yaitu Dharma, dan ingin menapaki jalan pelatihan diri. Inilah yang menjadi jalinan jodoh saya. Saya terus berpikir, "Bagaimana saya bersumbangsih bagi dunia?" Saya lalu bertekad untuk meninggalkan keduniawian. Saya bukan berfokus pada keluarga kecil saya, melainkan memperhatikan keluarga besar di seluruh dunia. Inilah yang saya lakukan dahulu.
Kini, saat memikirkan hal ini, saya sering bersyukur kepada diri sendiri atas niat yang saya bangkitkan dahulu dan terus saya pertahankan hingga kini. Tentu saja, terdapat banyak jalinan jodoh di dalamnya. Tanpa sebersit niat saat itu, kita tidak akan ada di sini sekarang. Jadi, kita harus menggenggam jalinan jodoh. Selain itu, juga dibutuhkan banyak orang dan kekuatan besar untuk bersumbangsih. Ada waktu, ruang, dan hubungan antarmanusia. Saya sering berkata bahwa kita harus menggenggam waktu, ruang, dan hubungan antarmanusia untuk menyebarkan ajaran Buddha di dunia.

Saat mempelajari Sutra Pertobatan Kaisar Liang, saya merasa bahwa kunci untuk membersihkan terletak pada "pertobatan". Bertobat berarti membasuh. Bagaimana cara membasuh batin untuk melenyapkan noda batin? Seluruh teks Sutra itu mengajarkan untuk membangkitkan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Jika masih memiliki noda batin, bagaimana bisa kita mengembangkan cinta kasih agung tanpa syarat dan welas asih agung yang merasa sepenanggungan? Mengasihi tanpa syarat berarti mengasihi tanpa memandang jalinan jodoh. Singkat kata, semua ini demi dunia ini. Dengan demikian, barulah dunia ini bisa benar-benar tersucikan.
Saya selalu merasa dan memberi tahu kalian bahwa kita memiliki jalinan jodoh. Kehidupan kita terus berproses. Di kehidupan lampau, kita pasti juga memiliki jalinan jodoh. Saya telah bertemu dengan banyak orang. Dibandingkan dengan populasi dunia, jumlah insan Tzu Chi sangatlah sedikit. Namun, dengan adanya jalinan jodoh, orang-orang di tempat yang jauh pun dapat mengenal Tzu Chi. Di negara yang jauh dari kita, juga ada orang yang menaburkan benih demi benih sehingga Tzu Chi dapat tersebar ke seluruh dunia. Di mana pun berada, insan Tzu Chi selalu bersumbangsih dengan segenap hati dan tenaga. Kita harus menghargai jalinan jodoh satu sama lain.
Sungguh, mengenang masa lalu, saya sering teringat akan Xi-zhou. Dia adalah salah satu dari beberapa relawan yang bergabung sejak awal. Kini, mustahil bagi kita untuk melihatnya lagi. Namun, saat teringat akan dirinya, saya akan berpikir bahwa dia telah pergi untuk membentangkan jalan Tzu Chi. Dia telah teguh untuk membentangkan jalan Tzu Chi. Di masa mendatang, dialah yang akan membimbing saya. Kini, saya telah lanjut usia. Sejak meninggal dunia hingga sekarang, dia pasti telah terlahir di suatu tempat dengan membawa cinta kasih Tzu Chi dan kembali membimbing orang-orang. Singkat kata, banyak peristiwa yang perlu kita kenang. Ini disebut mengenang sejarah Tzu Chi.

Ada sebagian orang yang telah pergi dengan membawa sejarah Tzu Chi. Kita hendaknya mengingat mereka dan menanti mereka kembali ke dunia ini. Intinya, cinta kasih Bodhisatwa dunia yang murni tanpa noda hendaknya kita wariskan dari generasi ke generasi. Saya sangat bersyukur Tzu Chi Singapura begitu bersungguh hati membina kaum muda. Kita bisa melihat kaum muda yang terinspirasi di sana. Mereka juga merupakan kekuatan kita. Hendaklah kita menghargai mereka.
Saya juga berharap generasi muda Tzu Chi dapat membangkitkan semangat misi. Mungkin kalian adalah para Bodhisatwa lansia kita yang telah pergi dan kembali. Para Bodhisatwa lansia yang telah pergi mungkin sudah kembali dan menjadi relawan muda atau relawan paruh baya sekarang. Para relawan lansia, relawan paruh baya, dan relawan muda hendaknya terus menjalankan Tzu Chi. Inilah harapan saya terhadap kalian. Mari kita mempertahankan cinta kasih Bodhisatwa dari kehidupan ke kehidupan.
Menggenggam jalinan jodoh untuk menapaki jalan agung
Mempertahankan welas asih dan kekuatan ikrar hingga selamanya
Dharma bagaikan air yang membasuh batin semua makhluk
Mengemban misi dan mewariskannya dari generasi ke generasi
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 23 September 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 25 September 2025