Ceramah Master Cheng Yen: Mempraktikkan Dharma dengan Hati Buddha dan Tekad Guru
“Tzu Chi di Kuching berawal dari beberapa relawan perempuan yang terus bersumbangsih hingga sekarang. Selama belasan hingga 20-an tahun ini, para Bodhisatwa ini selalu ada dan terus mengemban misi,” kata Zheng Yu-rong, relawan Tzu Chi.
“Setiap hari, saya mengikuti kebaktian dan pertemuan pagi relawan. Usai mengikuti kebaktian dan pertemuan pagi relawan, saya membantu di toko barang daur ulang kita. Setelah itu, saya pergi mengumpulkan donasi bulanan. Intinya, waktu saya di rumah sangatlah sedikit. Saya menghabiskan lebih banyak waktu di Tzu Chi,” kata Lin Yi-ling, relawan Tzu Chi.
“Saat ini, Bibi Yi-ling memiliki lebih dari seribu donatur. Ada beberapa orang yang berkendara untuk mengantarnya mengumpulkan donasi bulanan,” kata Zheng Yu-rong, relawan Tzu Chi.
“Selama 29 tahun ini, kami yang bergabung pada masa-masa awal masih terus bersumbangsih hingga sekarang. Saya ingin melaporkan kepada Master bahwa kini saya tidak sendirian. Ada insan Tzu Chi generasi ke-2 dan ke-3 di keluarga saya. Kali ini, putri saya juga datang. Putrinya adalah anggota Tzu Ching. Jadi, ada 3 generasi insan Tzu Chi dalam keluarga saya,” kata Wen Mei-li, relawan Tzu Chi.
“Satu Hati, Kasih Sayang Seumur Hidup’ adalah lagu yang diajarkan oleh Bibi Ci Lu secara langsung kepada relawan kita pada masa-masa awal. Lagu ini melambangkan pewarisan, juga melambangkan kasih sayang yang mendalam antara Master dan murid-muridnya dari kehidupan ke kehidupan,” kata Zheng Yu-rong.
Dengan hati yang tulus, kita menjalin kasih sayang dan melakukan pewarisan hingga puluhan ribu kehidupan. Pertahankanlah dari kehidupan ke kehidupan. Lagu ini sangat lembut dan merdu. Terima kasih.

Saya sering berpikir bahwa saya sangat tahu berpuas diri. Kita harus mengenal rasa puas. Dengan mengenal rasa puas, kita akan senantiasa merasa bahagia. Kita juga harus bersikap penuh pengertian dan berhati lapang. Hati yang lapang dan pikiran yang murni dapat merangkul seluruh alam semesta. Jadi, kita harus bersungguh hati. Inilah ajaran Tzu Chi.
Beberapa kalimat ini hendaknya senantiasa diingat di dalam hati. Saat ada kata-kata atau kesulitan yang menyiksa kita, kita hendaknya bersyukur. Tanpa kesulitan yang mengingatkan kita, kita mungkin akan tersesat di dunia ini. Inilah prinsip saya. Sepanjang perjalanan hidup saya, apakah segalanya lancar dari awal? Tentu tidak.
Meski setiap langkah terasa sangat berat, saya tidak pernah berkeluh kesah. Saya selalu mentransformasi rasa pahit menjadi rasa manis dan senantiasa bersyukur. Tanpa orang-orang yang selalu memberi kita pukulan, kita mungkin akan tersesat. Karena itulah, saya selalu berkata bahwa kita harus memotivasi satu sama lain. Dunia ini memang demikian. Namun, ini juga memberi kita kesempatan untuk menciptakan berkah.
“Pada hari pertama Tahun Baru Imlek, kita mendengar tentang banjir besar di Malaysia Timur. Relawan Tzu Chi Kuala Lumpur dan Selangor segera mengajak para relawan lain untuk melakukan pendataan dan memberi perhatian. Saya masih ingat selesai rapat sekitar pukul 3 sore, kami masih berpikir bagaimana menggerakkan relawan selama Tahun Baru Imlek,” kata Chen Shan-shan, relawan Tzu Chi.
“Yang sangat menyentuh ialah pada pukul 08.30 malam, hanya dalam satu malam, relawan yang mendaftar sudah melebihi 170 orang. Dalam waktu satu malam, Bodhisatwa bermunculan. Pada tanggal 23 Februari, kami merampungkan empat sesi pembagian dana solidaritas berskala besar,” pungkas Chen Shan-shan.
“Untuk penyaluran bantuan banjir kali ini, ada belasan relawan Tzu Chi senior dari Kuala Lumpur dan Selangor yang datang untuk berbagi pengalaman sehingga kami dapat menjalankan misi dengan lancar. Pendataan dan pembagian bantuan kali ini membawa manfaat bagi lebih dari 500 keluarga. Kami juga sangat bersyukur kepada tim Kakak Jian yang terus memberikan dukungan pada kami,” kata Shen Jin-lian, relawan Tzu Chi.
“Lebih dari 20 tahun lalu, setelah melihat foto Master, saya sangat ingin bergabung dengan Tzu Chi. Awalnya, hanya ada beberapa relawan. Kakak Jian Ci Lu terus membimbing kami, mengadakan seminar bagi kami, dan mengajak kami mengikuti berbagai aktivitas. Berkat keteguhan Kakak Jian, barulah kami dapat terus melangkah,” lanjut Shen Jin-lian.
“Para relawan di Miri akan terus bekerja keras untuk menggalang Bodhisatwa dunia, bekerja sama dengan harmonis, menjaga rumah bersama Tzu Chi dengan baik, dan mendampingi para Bodhisatwa yang baru bertekad,” pungkas Shen Jin-lian.

Beruntung, jalinan jodoh telah membawa Ci Lu dan Ji Yu ke Malaysia. Di Malaysia, mereka berdua bagaikan air hujan dan embun yang dapat senantiasa membasahi bumi sehingga setiap butir benih yang ditabur dapat bertumbuh di tanah yang subur dan dibasahi oleh air hujan dan embun.
Di era sekarang, kita dapat memahami Jalan Bodhisatwa dan memiliki mitra bajik dan mitra pelatihan diri yang mendampingi kita di Jalan Bodhisatwa. Seperti yang diajarkan dalam Sutra Bunga Teratai, kita harus melalui satu demi satu kota bayangan. Kalian semua telah mempelajari Dharma.
Dalam bab Kota Bayangan, kita belajar tentang satu demi satu kota bayangan. Meski sangat lelah, kita harus mengingatkan diri sendiri bahwa ini adalah proses yang harus kita lalui untuk menjangkau tempat tujuan. Untuk menjangkau tempat tujuan, makhluk awam yang penuh kesesatan harus melewati perjalanan ini. Di sepanjang perjalanan ini, terdapat satu demi satu kota bayangan.
Ketidakkekalan hidup selalu mengingatkan kita untuk tidak bersikap perhitungan. Tidak ada satu momen pun yang dapat dihentikan. Setiap momen terus berlalu. Baik momen penderitaan maupun kebahagiaan, semuanya tidak dapat dihentikan. Kita tidak bisa mempertahankan momen yang baik, juga tidak dapat menghindari momen yang buruk. Seiring berlalunya waktu, kita harus melatih batin kita agar tahu berpuas diri dan senantiasa berbahagia. Inilah yang disebut melatih diri.
Waktu terus bergulir. Tadi, saya mendengar kalian menyebarkan Dharma. Bagi saya, ucapan kalian adalah Dharma. Kalian telah menyaksikan penderitaan di dunia. Namun, saya juga mendapati bahwa dalam proses ini, kalian adalah orang yang penuh berkah. Jadi, saat menghadapi penderitaan, anggaplah itu sebagai proses melatih diri. Jika hidup kita penuh berkah, kita hendaknya bersyukur dan menjaganya. Inilah yang harus kita lakukan.
Hal yang baik mengingatkan kita untuk tekun dan bersemangat dalam setiap langkah, sedangkan hal yang buruk mengingatkan kita untuk melangkah maju dengan hati-hati. Inilah pelatihan diri. Berhubung waktu terus berlalu, kita harus melatih diri dengan tekun dan bersemangat.

Saya bersyukur kepada kalian yang telah jauh-jauh kembali dari Malaysia untuk melatih diri. Ada pula sekelompok pengusaha besar. Mereka memiliki jalinan jodoh baik. Kini, sebagian dari mereka menggantikan saya untuk bersumbangsih di Nepal. Ada pula yang telah menjangkau India. Mereka adalah orang kaya.
Orang-orang zaman dahulu berkata bahwa sulit bagi orang kaya untuk mempelajari jalan kebenaran. Namun, mereka tidak demikian. Orang kaya juga dapat mengembangkan kebijaksanaan. Dengan arah yang benar dan kekuatan mereka, mereka dapat menapaki Jalan Bodhisatwa. Dengan mengubah pola pikir, mereka dapat menapaki Jalan Bodhisatwa dengan mantap. Sungguh, saya sangat bersyukur dan tenang.
Saya juga berpesan pada mereka untuk melakukan ini dan itu demi membawa harapan ke Nepal dan India serta membawa manfaat bagi tanah kelahiran Buddha. Asalkan masih memiliki kekuatan, kita harus menciptakan berkah bagi dunia dan terus menapaki jalan yang ingin ditapaki Buddha. Jadi, kita harus senantiasa lebih bersungguh hati.
Berhati lapang, berpikiran murni, dan bersyukur
Mitra bajik senantiasa mendampingi dalam menjalankan praktik Bodhisatwa
Ajaran dalam bab Kota Bayangan menunjukkan kebenaran sejati
Mempraktikkan Dharma dengan hati Buddha dan tekad guru
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 28 April 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 30 April 2025