Ceramah Master Cheng Yen: Mempraktikkan Enam Paramita dengan Keyakinan Benar dan Ketulusan

Kita sudah sangat familier mendengar Pulau Lombok, Indonesia. Pada tanggal 17 Maret, terjadi gempa dangkal lagi. Gempa tahun lalu di Palu telah membawa kerusakan yang serius karena memicu terjadinya tsunami. Insan Tzu Chi Indonesia juga segera pergi melakukan survei pascabencana. Pascabencana, mereka tetap aktif memberikan bantuan bencana.

Pada awal tahun, relawan Tzu Chi telah mengadakan penggalangan dana untuk pembangunan rumah permanen bagi korban bencana. Insan Tzu Chi dan para pengusaha sudah menandatangani nota kesepahaman untuk memikul tanggung jawab atas pembangunan 3.000 unit rumah permanen. Mereka telah menandatangani nota kesepahaman dengan Pemerintah atas nama Tzu Chi. Para pengusaha yang juga merupakan relawan Tzu Chi membangun rumah bagi mereka yang terkena dampak bencana atas nama Tzu Chi. Inilah cinta kasih tanpa pamrih dan sumbangsih demi kebaikan yang lebih besar.

 

“Tzu Chi terus berharap dengan bekerja sama dengan Pemerintah, dapat segera mendapatkan lahan yang cocok guna membangun Perumahan Cinta Kasih untuk tempat tinggal warga. Namun, pencarian lahan telah menghabiskan banyak waktu. Jadi, kami berharap dalam beberapa bulan ini pembangunannya dapat segera rampung agar warga dapat tinggal di sana. Dengan demikian, barulah bisa menenteramkan jiwa dan raga warga yang terkena dampak bencana,” ujar Liu Su-mei, Ketua Tzu Chi Indonesia.

Berbagai hal di dunia ini membutuhkan kekuatan banyak orang untuk memikul tanggung jawab dan bersumbangsih untuk menyelesaikannya. Saya sangat berterima kasih. Lihatlah, baru diadakan peletakan batu pertama pembangunan Perumahan Cinta Kasih di Indonesia, tetapi kini gempa kembali terjadi. Sungguh, kehidupan tidaklah kekal. Kita harus sadar akan hal ini.

 

Bencana alam telah membawa banyak penderitaan di dunia. Kita tidak hanya membicarakan saja hal yang kita khawatirkan, tetapi kita benar-benar bertindak untuk memberikan bantuan. Sebanyak apa pun relawan kita, orang-orang yang bisa kita jangkau terbatas. Tempat yang bisa kita datangi, lihat, dan jangkau untuk diberi bantuan, jumlahnya terbatas. Masih ada orang yang tak terhitung jumlahnya sedang menderita.

Meski kita ingin membantu mereka, tetapi tidak bisa melakukannya. Kita sangat tidak berdaya. Kita hanya bisa melakukan sebisa mungkin dan hanya bisa berpikir seperti ini saja. Kita tak berdaya untuk melakukan hal lain. Jadi, kita harus berdoa dengan hati yang tulus semoga perubahan iklim dapat diredam dan bencana di dunia bisa berkurang. Jangan sampai ada lagi begitu banyak bencana di dunia.

Semua orang dapat berusaha dengan segenap hati dan tenaga. Yang terpenting ialah dalam keseharian, semua orang dapat mengendalikan nafsu makan dengan tekad yang teguh serta bersama-sama berdoa dengan tulus agar terdengar oleh para Buddha dan para dewa. Kita harus berusaha mengikis karma kolektif semua makhluk.

 

Kehidupan kita terbatas. Janganlah menyia-nyiakan waktu. Kita bisa melihat insan Tzu Chi ada di mana-mana. Ada beberapa relawan yang menghabiskan waktu beberapa hari dengan naik pesawat dan sarana transportasi lainnya untuk tiba di tujuan. Apakah mereka pergi berwisata? Bukan. Mereka pergi bersumbangsih.

Ada yang harus naik kapal dan mengalami muntah karena mabuk laut dalam perjalanan pulang pergi. Apakah lain kali mereka berani pergi lagi? Berani. Mengapa? Karena dengan menahan penderitaan sesaat yang dialami diri sendiri, mereka dapat membantu banyak orang. Contohnya, relawan kita sering pergi ke Penghu dan Kinmen untuk mengadakan baksos kesehatan, dll.

“Sebagian besar warga tinggal seorang diri dan tidak memperhatikan kondisi kesehatan. Terkadang, mereka merasa bahwa yang penting sudah minum obat. Obat tekanan darah tinggi ada banyak jenis. Setelah obat diminum, untuk mengetahui efektif atau tidak dan apakah perlu dilakukan penyesuaian obat, sebenarnya kita harus terus melakukan pengukuran tensi dalam jangka panjang,” kata Zeng Dong-xian, Ahli laboratorium medis RS Penghu.

 

“Populasi lansia semakin lama semakin banyak. Dalam hal transportasi, bagi mereka juga belum tentu praktis karena tidak ada kaum muda yang mendampingi mereka. Desa ini tidak memiliki klinik dan apotek. Diadakannya baksos kesehatan dapat memudahkan para lansia. Ketika mendengar ada orang yang membutuhkan, kami tentu akan datang membantu,” terang Zhuang Hui-ling, Relawan Tzu Chi.

“Kami juga sangat berterima kasih kepada keluarga kami yang mendukung kami ketika kami bersumbangsih. Tentu saja, kami juga sangat berterima kasih kepada kakak-kakak yang bersumbangsih bersama. Sebenarnya, ini adalah hal yang sangat menyenangkan,” ujar Yang Rui-fa, Apoteker TIMA.

Untuk pergi ke sana, mereka harus naik kapal dan sangat melelahkan. Meski sangat lelah, mereka tetap ingin pergi lagi karena mereka telah membangun ikrar untuk berjalan di Jalan Bodhisatwa. Untuk mempraktikkan Enam Paramita, kita harus mengatasi banyak kesulitan. Tzu Chi telah menjalankan misi amal di seluruh dunia.

Setiap hari, kita bisa melihat banyak hal yang terjadi di dunia. Hal yang harus kita ketahui dan jalankan sungguh sangat banyak. Di dunia ini, kita harus berjalan di jalan yang benar. Meski sama-sama sibuk, tetapi ada orang yang sibuk dengan hobi mereka dan ada yang sibuk untuk bersumbangsih bagi semua makhluk yang menderita di dunia.

 

Bagaimana insan Tzu Chi membantu orang yang membutuhkan, benar-benar seperti yang dijelaskan dalam perumpamaan Kota Gaib. Tidak peduli dalam perjalanan ini ada berapa banyak kesulitan ataupun bahaya, kita tetap harus berjalan maju ke depan. Berhubung harta karun sudah sangat dekat dengan kita, kita harus terus berjalan maju ke depan. Bukankah inilah yang dibabarkan Buddha dalam Sutra Bunga Teratai? Beliau mendorong kita untuk menggenggam waktu guna berjalan maju ke depan. Tidak peduli betapa lelahnya kita, setelah melewati dan melakukannya, kita akan merasa tenang dan damai.

Pada era saat ini, banyak hal yang harus kita lakukan. Yang terpenting ialah kehidupan orang-orang harus lebih sederhana. Saya mengimbau kepada semua orang untuk membimbing semua makhluk

dengan hati yang tulus. Kita harus menggenggam waktu dan jangan menyia-nyiakannya. Kita harus memperkenalkan Tzu Chi kepada orang yang kita temui agar mereka memahami Tzu Chi dan dapat mengurangi konsumsi daging dan lebih sering bervegetaris. Kita harus lebih banyak mempromosikan pola makan vegetaris.

Bodhisatwa sekalian, dengan memiliki keyakinan benar, kita dapat mengubah pengetahuan kita menjadi kebijaksanaan. Dengan kebijaksanaan, kita dapat melihat dunia dengan lebih saksama dan tepat. Kita harus melakukan hal yang harus kita lakukan dan jangan berjalan menyimpang. Tzu Chi benar-benar merangkul dunia dengan cinta kasih. Asalkan ada tekad, maka ada kekuatan.

Saya berharap semua orang lebih bersungguh hati.

 

Memberi bantuan bencana dengan cinta kasih tanpa pamrih

Menyadari ketidakkekalan hidup

Mengubah pengetahuan menjadi kebijaksanaan dengan keyakinan benar

Mengatasi kesulitan untuk mempraktikkan Enam Paramita

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 20 Maret 2019

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 22 Maret 2019

Berbicaralah secukupnya sesuai dengan apa yang perlu disampaikan. Bila ditambah atau dikurangi, semuanya tidak bermanfaat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -