Ceramah Master Cheng Yen: Mempraktikkan Jalan Agung dan Melihat Hakikat Sejati


Insan Tzu Chi adalah Bodhisatwa dunia. Dahulu, Buddha datang ke dunia demi satu tujuan utama, yaitu membimbing orang-orang untuk belajar menjadi Bodhisatwa. Saat orang-orang membutuhkan, kita bersumbangsih sebagai Bodhisatwa hidup yang penuh cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin.

Pada saat darurat, kita harus bersungguh hati bersumbangsih, bahkan harus tepat waktu. Ada yang bisa ditunda, ada juga yang harus segera dilakukan. Mari kita mengerahkan lebih banyak kekuatan cinta kasih. Mengantarkan makanan hangat sangatlah penting.

“Kami telah memakan makanan dari Tzu Chi. Semua orang merasa penuh kehangatan. Kami telah memakan makanan dari kalian. Terima kasih,” kata Zhuang Xiu-ping, Warga.

“Master sangat mengkhawatirkan warga di sini,” kata salah seorang relawan Tzu Chi.

“Terima kasih,” ucap Zhuang Xiu-ping.

“Kami menyediakan dana bantuan darurat agar kalian dapat melewati masa-masa sulit ini,” kata relawan Tzu Chi.

“Terima kasih,” pungkas Zhuang Xiu-ping.

Kita dapat segera bersumbangsih jika memiliki sumber daya manusia yang memadai. Jika sumber daya manusia kita kurang memadai, kita juga bisa meminta bantuan orang lain. Mintalah bantuan dari komunitas masing-masing. Dengan demikian, warga komunitas akan tahu apa yang tengah dilakukan oleh Tzu Chi dan mungkin akan bergabung menjadi donatur Tzu Chi. Singkat kata, kita harus sungguh-sungguh dan tulus.

Dengan hati yang tulus, dalam kondisi darurat, kita akan segera bersumbangsih tanpa memandang kaya ataupun miskin. Kalian harus tahu bahwa saat kekurangan tenaga, kita dapat meminta warga komunitas untuk turut membantu. Ini bisa kita lakukan untuk memberikan bantuan tepat waktu. Jadi, semoga semua orang dapat membina ketulusan.

“Nama saya Chen Si-yu. Saya berasal dari Hualien. Semuanya, kami datang. Bersemangatlah, bersemangatlah, bersemangatlah,” kata Chen Si-yu, relawan Tzu Chi.

“Nama saya Guo Pin-jun. Saya berasal dari Pingtung. Tzu Chi, saya datang. Go, go, go,” kata Guo Pin-jun, sukarelawan.

“Saya berasal dari Changhua. Tzu Chi, kami dating,” kata Lin Wei-chen, relawan Tzu Chi.

“Melihat para paman dan bibi Tzu Chi yang telah menabung 50 tahun di bank usia, tetapi masih begitu bekerja keras, kami yang masih muda tentu juga harus bergerak. Kami harus mengerahkan semangat dan kekuatan kaum muda untuk membantu orang yang benar-benar membutuhkan,” kata Chen Si-yu, relawan Tzu Chi.

“Berhubung anak saya ingin datang untuk membantu, kami pun menghubungi beberapa temannya dari kelas budi pekerti dan mendapat persetujuan dari orang tua mereka untuk mengajak mereka membantu pembersihan di sini,” kata Lin Wei-chen, relawan Tzu Chi.

“Saya mengajar di sekolah dan anak saya bersekolah di dekat sekolah saya. Apa pun yang kami lakukan, kami selalu keluar dan pulang bersama,” kata kata Guo Pin-jun, sukarelawan.

“Baik tua maupun muda, laki-laki maupun perempuan, semuanya datang untuk membantu. Saya sangat terharu. Saya berterima kasih kepada kalian yang bersedia menjangkau pedesaan untuk memberikan bantuan,” kata Huang Jin-zhu, pengusaha yang terdampak.


Setelah menyalurkan bantuan, kita hendaknya mengadakan acara doa bersama. Dengan demikian, kita juga bisa berbagi tentang Tzu Chi. Jadi, manusialah yang dapat menyebarkan Dharma, bukan sebaliknya.

Setelah mengenal Dharma yang menakjubkan, janganlah kita berdiam menunggu Dharma tersebar sendiri. Dharma tidak akan tersebar sendiri. Untuk menyebarkan Dharma, kita harus bersumbangsih dengan tulus agar orang-orang dapat melihat dan mendengarnya. Tentu saja, kita bukan bersumbangsih demi dilihat dan didengar, melainkan demi menyebarkan Dharma. Jika kita tidak berbuat baik, dari mana datangnya kebaikan?

Kebaikan harus dipraktikkan secara nyata. Kebaikan dilakukan oleh orang baik. Orang baik yang bersumbangsih tanpa pamrih juga disebut Bodhisatwa. Kita bersumbangsih bukan demi pamer. Namun, saat kita bersumbangsih, orang lain tentu akan melihatnya. Orang-orang yang melihat ini mungkin adalah orang-orang yang harus kita bimbing dengan Dharma.

“Terima kasih,” ucap relawan Tzu Chi.

“Kalian adalah Bodhisatwa dunia. Saya kagum pada kalian,” kata Bapak Wang, pemilik toko kelontong keliling.

“Mengapa?” tanya relawan Tzu Chi.

“Cuaca begitu panas,” kata Bapak Wang.

“Kami semua mengambil cuti untuk bersumbangsih sebagai relawan,” kata relawan Tzu Chi.

“Kalian telah bersusah payah,” ucap Bapak Wang.

“Saya beli lima sapu ini,” kata relawan Tzu Chi.

“Tidak perlu, tidak perlu. Saya tidak bisa membantu dalam hal lain,” kata Bapak Wang.

“Terima kasih banyak,” ucap relawan Tzu Chi.


Saya sering berkata bahwa kita harus menggalang lebih banyak Bodhisatwa dunia. Kita selalu bersumbangsih dengan hati yang tulus. Setelah kita bersumbangsih, orang lain juga akan terinspirasi untuk bersumbangsih. Dengan demikian, kehidupan akan bernilai.

Banyak warga yang tidak berdaya. Jika kita tidak terjun untuk membantu, warga sungguh tidak memiliki kekuatan untuk melakukan pembersihan. Singkat kata, kita bersumbangsih tanpa pamrih. Kalian telah melakukannya dengan baik dan benar. Kalian juga tahu untuk menjaga keselamatan diri sehingga saya merasa tenang.

Jika suatu tempat belum aman untuk dijangkau, berhentilah sejenak. Utamakan keselamatan diri sendiri. Dengan demikian, saya akan merasa lebih tenang. Jika menghadapi rintangan dalam bersumbangsih, kita hendaknya bisa menyelaraskan pikiran kita. Intinya, sebagai Bodhisatwa dunia, kita harus bisa menyesuaikan diri dengan era dan kondisi kehidupan sekarang.

Berusahalah semaksimal mungkin untuk melakukan yang harus dilakukan. Jika sesuatu itu tidak seharusnya dilakukan, kita hendaknya berhenti, mendengar, dan melihat. Ini bagaikan saat hendak menyeberang jalan, kita juga harus memperhatikan lampu lalu lintas. Singkat kata, jalan harus dipraktikkan.

Kita harus menapaki Jalan Bodhisatwa. Buddha datang ke dunia demi membimbing semua makhluk menapaki Jalan Bodhisatwa. Kita semua adalah umat Buddha. Meski seseorang bukan umat Buddha, kita tetap bersumbangsih baginya. Tanpa memandang perbedaan agama, kita bersumbangsih tanpa pamrih. Kita hanya ingin memberikan bantuan saat orang lain benar-benar membutuhkan. Ini disebut bantuan darurat.

Kita juga berusaha untuk mewujudkan ketenteraman. Ketenteraman bisa terwujud berkat adanya berkah dan energi kebaikan. Dengan menciptakan berkah, barulah kita bisa menciptakan suasana yang harmonis. Dahulu, orang-orang sering memohon ketenteraman. Namun, kita mewujudkan ketenteraman dengan menciptakan berkah bagi orang banyak.
Saya sangat kagum atas sumbangsih kalian dan bersyukur semua orang hidup aman dan tenteram. Meski harus bekerja keras, kalian merasa bahagia. Kalian mendedikasikan diri meski rumah kalian juga perlu diperbaiki. Namun, seiring berjalannya waktu, bahaya dan bencana telah berlalu. Kita hendaknya bersyukur. Selanjutnya, kita harus terus menyalurkan bantuan.


Saya bisa melihat bagaimana kalian mencurahkan perhatian dan merangkul korban bencana. Ini sangat bermanfaat bagi mereka yang gelisah dan tidak berdaya. Melihat kondisi rumah yang rusak, suasana hati para korban bencana tentu tidak baik. Karena itu, jika ada akses jalan yang aman untuk dilalui, kunjungilah mereka untuk mencurahkan perhatian. Ini juga sangat penting.

Bagi yang membutuhkan bantuan finansial, kita menyediakan bantuan darurat dan bantuan jangka menengah. Kita bisa memberikan bantuan selama 3, 4, atau 6 bulan hingga mereka bisa bangkit kembali. Dalam proses ini, kita juga menemukan orang yang membutuhkan bantuan jangka panjang.

Baik kaum lansia, penyandang disabilitas, keluarga yang memiliki banyak anak, orang yang jatuh sakit, maupun keluarga kurang mampu, semuanya membutuhkan bantuan kita. Jika bertemu orang-orang dengan kondisi seperti ini, kita dapat memasukkan mereka ke dalam daftar penerima bantuan kita. Demi inilah kita mendirikan Tzu Chi.

Kita semua mempelajari Dharma. Saya sering berkata bahwa kita semua tengah belajar. Untuk belajar, kita harus menapaki Jalan Bodhisatwa. Setelah kita melihat jalan kebenaran dan menapakinya, orang-orang melihat dan memuji kita. Sesungguhnya, kita tidak bertujuan untuk pamer. Namun, sumbangsih nyata pasti akan terlihat.

Kita harus terus belajar dan menggenggam jalinan jodoh yang ada. Kita tidak akan bisa menapaki Jalan Bodhisatwa tanpa adanya jalinan jodoh. Jadi, genggamlah jalinan jodoh yang ada untuk menapaki Jalan Bodhisatwa. Dengan menapaki jalan ini, kita akan bisa melihat hakikat sejati kita.

Mengerahkan cinta kasih untuk memberikan bantuan darurat
Warga komunitas bergerak untuk membantu dengan tulus
Menyelaraskan pikiran sendiri dan menyebarkan Dharma
Mempraktikkan jalan agung dan melihat hakikat sejati

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 24 Juli 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 26 Juli 2025
Bertuturlah dengan kata yang baik, berpikirlah dengan niat yang baik, lakukanlah perbuatan yang baik.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -