Ceramah Master Cheng Yen: Mempraktikkan Jalan Bodhisatwa untuk Membimbing Masyarakat

Acara Pemberkahan Akhir Tahun pertama di Changhua kali ini telah memperlihatkan kekompakan para relawan daur ulang. Sekitar dua ribu relawan mempersembahkan pementasan adaptasi Sutra dengan penuh kekompakan sehingga membuat saya sangat tercengang dan tersentuh. Saya berterima kasih kepada relawan daur ulang yang begitu mengasihi bumi. Mereka juga menciptakan berkah bagi manusia dan menjaga kebersihan lingkungan. Karena itulah, saya sering berkata bahwa saya sangat menghargai relawan daur ulang. Kita bisa melihat para relawan daur ulang yang begitu bijaksana dan gesit dalam pementasan adaptasi Sutra. Mereka bukan hanya bisa melakukan daur ulang, tetapi juga bisa mementaskan adaptasi Sutra. Saya sungguh kagum pada mereka.

Acara Pemberkahan Akhir Tahun di sore hari juga membuat saya sangat tercengang, terutama saat melihat Relawan Cai Kuan berusia 97 tahun yang begitu tegap. Gerakannya sangat gesit, indah, dan kompak dengan relawan lainnya. Seorang anggota Tzu Cheng yang telah berusia 93 tahun, tetapi suaranya masih sangat lantang dan tubuhnya masih sangat tegap, juga berpartisipasi dalam pementasan adaptasi Sutra. Selain itu, juga ada sekelompok dokter. Mereka mempersembahkan formasi perahu Dharma yang penuh kekuatan. Formasi mereka sungguh sangat rapi. Baik komite dan Tzu Cheng yang baru dilantik maupun yang senior, semuanya sangat kompak. Ini semua berkat kesatuan hati. Saya berharap semua insan Tzu Chi dapat bersatu hati, harmonis, saling mengasihi, dan bergotong royong. Benar, bersatu hati berarti kita dapat membina welas asih yang setara untuk mendatangkan kebaikan terbesar.

Kita bisa melihat berkat kesatuan hati, kalian bisa begitu kompak. Ribuan orang bersatu hati. Selain itu, begitu tiba di sini, saya bisa melihat kesungguhan hati kalian dalam mendengar Dharma. Ada bertumpuk-tumpuk buku catatan di sini dan satu tumpuk merupakan milik satu orang. Kalian membuat catatan dengan sangat rapi dan sepenuh hati. Saya berbagi Dharma setiap pagi. Setiap kali melihat buku catatan seperti ini, saya merasa kerja keras saya tidak sia-sia. Jadi, kesatuan hati sangatlah penting. Kita harus menyemangati satu sama lain untuk mendengar Dharma. Insan Tzu Chi di setiap Negara selalu memperlakukan semua orang dengan welas asih yang setara untuk mendatangkan kebaikan terbesar. Mereka juga bersungguh hati untuk mengajak orang-orang mendengar Dharma. Jika ada orang yang mengalami kendala bahasa, mereka juga akan membantu mencari cara untuk mengatasi kendala tersebut. Kita membutuhkan cinta kasih dan welas asih agar bisa bersatu hati, kelapangan hati dan ikrar luhur sehingga mendatangkan berkah terbesar. Berkah ini terwujud berkat keharmonisan semua orang.

Kita bisa melihat keharmonisan dan kerapian isyarat tangan yang kalian peragakan. Meski usia kalian berbeda-beda, tetapi kalian bisa memperagakan isyarat tangan dengan begitu kompak. Jika bukan karena setiap orang membina keharmonisan serta memiliki kelapangan hati dan ikrar luhur, bagaimana bisa dua hingga tiga ribu orang mempersembahkan pementasan adaptasi Sutra dengan begitu kompak? Kalian juga saling mengasihi. Saya bisa melihat kalian memperhatikan saudara se-Dharma. Kalian secara bergantian mendampingi dan saling mengasihi dengan hati yang tulus. Jadi, ketulusan yang tak terhingga mendatangkan kedamaian terbesar. Bergotong royong berarti menjaga hati dan rela berkorban sehingga mendatangkan ketenangan terbesar. Selain menjaga hati dan mendedikasikan diri sendiri, kita juga harus mengajak orang lain untuk melakukan hal yang sama. Inilah Bodhisatwa. Bodhisatwa membimbing diri sendiri sekaligus orang lain. Setelah menyerap Dharma ke dalam hati, kita juga harus berbagi Dharma dengan sesama. Jadi, kita harus menyerap Dharma ke dalam hati, mempraktikkannya secara nyata, dan berbagi Dharma dengan orang lain. Ini sangatlah penting.

Bodhisatwa sekalian, setelah dilantik hari ini, saya berharap setiap orang dapat mendekatkan hati dengan hati Buddha. Hati Buddha merupakan hati penuh cinta kasih dan welas asih agung serta kebijaksanaan yang penuh kesadaran. Setelah mendalami ajaran Buddha, saya bertekad untuk menjadi seorang Bodhisatwa dunia. Inilah tekad saya yang kini juga merupakan tekad kalian. Di pundak kanan, kita harus memikul misi Buddha. Di pundak kiri, kita harus memikul misi Tzu Chi. Misi Buddha adalah ajaran Jing Si. Jadi, kita harus menyerap Dharma ke dalam hati. Jika tidak, kita tidak bisa membimbing orang lain. Untuk membimbing masyarakat, kita harus menggunakan ajaran Buddha. Dengan begitu, barulah kita bisa membuka pintu Tzu Chi dan menapaki Jalan Bodhisatwa. Inilah misi Tzu Chi.

Kalian harus memperhatikan sikap diri sendiri karena kalian telah mengikuti pelatihan relawan. Meski kita pernah melakukan berbagai kesalahan di masa lalu, tetapi mulai sekarang, kita harus memiliki citra seorang Bodhisatwa. Karena itu, kita harus memiliki welas asih, kelapangan hati, ketulusan hati, dan kekompakan. Jadi, kesatuan hati didasari oleh welas asih. Keharmonisan didasari oleh kelapangan hati. Sikap saling mengasihi didasari oleh ketulusan. Gotong royong didasari oleh kekompakan. Cinta kasih dan welas asih yang tulus dan lapang inilah sikap yang harus kita bina.

“Kami murid-murid dari Changhua berikrar untuk melakukan yang sulit dilakukan demi menyebarkan benih kebajikan, bersiteguh melenyapkan penderitaan dengan penuh cinta kasih, membina kelapangan hati dan ketulusan, melakukan segala sesuatu sesuai kebenaran, dan menyerap Dharma ke dalam hati untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Terima kasih, Master. Kami akan mengikuti langkah Master dari kehidupan ke kehidupan,” ucap relawan Changhua berikrar.

Terima kasih. Saya sangat tercengang dan tersentuh. Saya berharap kalian dapat mengukir ikrar kalian di dalam hati. Bodhisatwa sekalian, jalan menuju kebuddhaan sangatlah panjang. Berhubung kita sudah membangkitkan tekad dan melakukan persiapan yang matang, kita harus berdiri dan mulai menapaki jalan ini. Kita harus tekun melangkah maju dengan langkah-langkah yang mantap. Jika bisa demikian, maka saya tidak perlu merasa khawatir. Terima kasih atas kesungguhan hati dan cinta kasih para Bodhisatwa. Saya mendoakan kalian, semoga kalian dapat terus mengingat tekad kalian pada saat ini.

Welas asih yang setara mendatangkan kebaikan terbesar

Kelapangan hati dan ikrar luhur mendatangkan berkah terbesar

Ketulusan yang tak terhingga mendatangkan kedamaian terbesar

Kekompakan dan sikap rela berkorban mendatangkan ketenangan terbesar

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 03 Desember 2015

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 01 Desember 2015

Jika selalu mempunyai keinginan untuk belajar, maka setiap waktu dan tempat adalah kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -