Ceramah Master Cheng Yen: Mempraktikkan Kebajikan di Dunia dan Mewariskan Cinta Kasih


Bodhisatwa datang karena adanya makhluk yang menderita. Berhubung telah mengetahui penderitaan di dunia, kita pun membangun tekad dan ikrar agung untuk bersumbangsih di tengah masyarakat. Di tengah penderitaan, kita dapat berdiri stabil dengan badan yang tegak, maju selangkah demi selangkah dengan mantap, dan membimbing orang-orang untuk menolong semua makhluk.

“Kakak Cui-xiang harus minum obat tiga kali hingga lima kali dalam sehari. Berhubung telah menyerap ajaran Master ke dalam hati, beliau selalu berpikiran positif. Menghadapi penyakitnya, beliau tidak pernah berkeluh kesah, malah selalu berpikiran positif,” kata Li Pei-fen relawan Tzu Chi.

Asalkan memiliki arah yang benar, kita dapat menolong banyak orang. Kehidupan memang tidak kekal. Ini adalah prinsip kebenaran. Empat fase kehidupan dan Empat Kebenaran Mulia merupakan kebenaran tentang penderitaan yang berasal dari akumulasi noda batin. Ada orang yang berkutat dengan suami, putra, ataupun kariernya. Setiap orang memiliki kehidupan yang berbeda-beda. Datang ke dunia ini, kita terus belajar.

Saya sering berkata bahwa kita harus menerima segala kondisi untuk mengikis karma buruk. Pasangan yang memiliki jodoh baik di masa lampau dapat berbuat baik bersama di kehidupan sekarang dari muda hingga tua. Namun, pada akhirnya, tetap akan ada salah satu yang pergi terlebih dahulu. Ini merupakan hukum alam. Namun, ada sesuatu yang tidak akan hilang, yaitu cinta kasih yang tulus.


Kita harus mewariskan cinta kasih. Orang zaman dahulu berkata bahwa kita harus mewariskan kebajikan dalam keluarga. Cinta kasih yang tulus merupakan landasan dari segala kebajikan. Jika seorang anak tahu untuk berbakti kepada orang tua, dia akan mempraktikkan kebajikan di dunia. Semoga setiap orang dapat mewariskan cinta kasih yang tulus dalam keluarga agar setiap keluarga dipenuhi berkah. Jadi, dengan arah dan jalinan jodoh yang berbeda-beda, setiap orang akan memiliki pengalaman yang berbeda. Namun, kita sungguh dipenuhi berkah.

Di Tzu Chi, kita memiliki saudara se-Dharma. Saat menghadapi masalah, kita masih memiliki saudara se-Dharma yang akan mendampingi dan menghibur kita dengan cinta kasih yang tulus.

“Saat baru divonis mengidap kanker, saya tidak berani memberi tahu para relawan daur ulang karena tidak ingin mereka khawatir. Hingga suatu hari, semua rambut saya rontok dan saya pergi ke depo daur ulang dengan mengenakan kain penutup kepala. Seorang relawan daur ulang merangkul saya sambil menangis dan berkata, ‘Saya mendengar bahwa kamu menjalani kemoterapi, tetapi saya tidak percaya. Melihatmu seperti ini hari ini, saya baru percaya bahwa itu benar.’ Dia juga mendoakan semoga saya dapat melewati ujian ini dan segera sembuh,” kata Chen Su-fen relawan Tzu Chi.

“Ada relawan daur ulang yang pernah berkata pada saya bahwa saya adalah putri mereka yang tidak memiliki hubungan darah. Saya juga bersyukur selama saya jatuh sakit dan menjalani kemoterapi, ada saudara se-Dharma di Beigang yang terus memperhatikan dan merawat saya. Kakak Gao Jin-feng sering menghubungi saya untuk menanyakan kondisi kesehatan saya dan mencari tahu apakah saya membutuhkan bantuan. Beliau bahkan mengemudi dari Beigang ke Minxiong demi membawa saya keluar. Saya juga menghargai setiap kesempatan untuk bersumbangsih,” pungkas Chen Su-fen.


Dalam keluarga besar Tzu Chi, semua orang saling mendampingi dan mengasihi dengan tulus. Berhubung sering duduk di sini untuk mendengar pengalaman relawan kita, saya menarik kesimpulan bahwa saat kita saling mendampingi di Jalan Bodhisatwa dengan cinta kasih yang tulus, barulah kehidupan kita benar-benar dipenuhi berkah. Inilah kebijaksanaan.

Baik masa lalu, masa kini, maupun masa mendatang, kita akan terus menapaki jalan kebajikan. Kita tidak akan terbelenggu oleh hal apa pun, juga tidak akan tersesat karena pengaruh orang lain. Karena itulah, saya sering berkata bahwa Tzu Chi sudah sangat solid dalam mempraktikkan kebajikan. Berhubung telah menuju arah yang benar, kita hendaknya terus memperpanjang barisan Tzu Chi. Yang terpenting ialah menggenggam jalinan jodoh untuk membangkitkan cinta kasih orang-orang.

Setiap orang harus berhati tulus. Dengan hati yang tulus, barulah orang-orang dapat membangkitkan cinta kasih serta membebaskan diri dari noda dan kegelapan batin. Saya sering berkata bahwa manusia telah menciptakan karma buruk kolektif. Karma buruk kolektif tercipta saat orang-orang membangkitkan pikiran buruk, mengadu domba, dan sebagainya yang membuat seluruh komunitas tidak damai. Karena itu, saya sering berkata bahwa yang dapat mengurangi bencana hanyalah ketulusan. Jika tidak, kekuatan karma yang tidak bisa dilihat akan mendatangkan bencana yang tidak bisa dicegah. Contohnya, cuaca.

Saya sering berkata, "Mengapa cuaca begitu panas?" Ini juga merupakan akibat dari karma buruk kolektif semua makhluk. Bagaimana orang-orang menciptakan karma buruk kolektif? Kini, demi mengembangkan sektor industri, pertanian, ataupun kehutanan, orang-orang terus menebang pohon besar di pegunungan sehingga merusak konservasi air dan tanah. Di sisi lain, populasi manusia juga sangat besar dan bangunan sangat banyak.


Kini, kita juga berada dalam bangunan. Kalian mungkin berkata, "Master, lantai dan dinding kita juga berasal dari sumber daya alam." Benar, terdapat kontradiksi di sini. Tanpa material, kita tidak dapat membangun rumah ataupun ladang pelatihan. Jadi, manusia membutuhkan sumber daya alam. Singkat kata, apa yang harus kita lakukan? Kita hendaknya membangkitkan cinta kasih, bertobat, dan memiliki rasa malu.

Kita harus menyebarkan Dharma dengan kata-kata yang dapat dipahami orang-orang. Kita juga hendaknya mengurangi penebangan pohon dan konsumsi sumber daya alam. Untuk itu, kita dapat memulainya dari hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari kita. Dengan tidak mengejar kenikmatan hidup, kita dapat mencegah pemborosan sumber daya alam. Meski terlihat sulit, tetapi sesungguhnya, ini sangatlah mudah. Contohnya, praktik celengan beras yang dijalankan oleh warga Myanmar.

Setiap hari, dengan penuh cinta kasih, mereka menyisihkan segenggam beras untuk menolong sesama. Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit. Yang kurang mampu juga dapat menolong yang hidup sebatang kara dan membutuhkan bantuan. Mari kita menginspirasi orang-orang dengan cinta kasih dan kebijaksanaan. Saya juga berharap dengan membangkitkan cinta kasih, setiap orang dapat mengurangi ketamakan.   

Menjangkau makhluk yang menderita dan memahami kebenaran
Mempraktikkan kebajikan di dunia dan mewariskan cinta kasih
Bergandengan tangan dan menautkan hati di Jalan Bodhisatwa
Menciptakan berkah bersama dengan welas asih dan kebijaksanaan

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 22 Juli 2023
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Felicia
Ditayangkan Tanggal 24 Juli 2023
Walau berada di pihak yang benar, hendaknya tetap bersikap ramah dan bisa memaafkan orang lain.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -