Ceramah Master Cheng Yen: Mempraktikkan Sepuluh Kebajikan dan Membimbing Orang yang Berjodoh


“Kegiatan bazar amal ‘Menyalakan Cahaya dan Menyebarkan Cinta Kasih’ lebih dari sebuah kegiatan biasa. Ini mengingatkan kami pada peristiwa Gempa 921. Kehangatan cinta kasih yang melampaui 25 tahun masih terus berlanjut. Kami kembali ke Desa Baru Zhongxing untuk mengadakan kegiatan yang begitu bermakna. Tentu saja, kami berusaha semaksimal mungkin,”
kata Liang Ming, relawan Tzu Chi.

“Seluruh proses ini memberi saya banyak pelajaran dan membuat saya merasakan cinta kasih yang berlimpah dari warga masyarakat. Cinta kasih agung benar-benar terbentang di mana-mana. Bahkan, ada warga yang mengatakan kepada kami bahwa kegiatan yang sangat bermakna ini hendaknya dapat diadakan Tzu Chi setiap tahun. Jika bukan karena kerja sama yang harmonis dari semua bagian, bagaimana mungkin warga bisa merasakan demikian?” kata Wu Bi-qin, relawan Tzu Chi.

“Upacara pemandian rupang Buddha kita memperingati tiga hari besar sekaligus. Untuk menghimpun niat baik, tahun ini, kami mengadakan 72 sesi upacara di Nantou dengan total peserta hampir 14 ribu orang yang bersama-sama menyampaikan rasa syukur atas budi luhur Buddha, orang tua, dan semua makhluk,” kata Zeng Li-ling, relawan Tzu Chi.

“Tahun ini, kami mengadakan 24 sesi upacara pemandian rupang Buddha di Caotun. Sebanyak 21 sesi di antaranya adalah upacara keliling. Dalam upacara keliling ini, kami datang langsung ke pusat perawatan komunitas, lembaga sosial, panti wreda, dan Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi. Caotun memiliki 3 depo pelestarian lingkungan. Berhubung relawan pelestarian lingkungan kebanyakan sudah lansia dan hari itu turun hujan, maka mereka tidak bisa hadir. Kami pun mencari waktu untuk mengadakan upacara keliling ke tempat mereka. Kami juga mengadakannya di Balai Kota Caotun,” kata Xu Kun-long, relawan Tzu Chi.

Apa yang telah kita lakukan sebenarnya sangat banyak dan tak habis untuk diceritakan. Yang kita bagikan ialah inti sarinya karena hanya dapat menceritakannya sekilas. Oleh karena itu, kalian harus terus membagikannya dalam kehidupan sehari-hari. Saya sungguh berharap agar semua orang dapat menginventarisasi kitab sejarah dalam kehidupan masing-masing.


“Kali ini, kami mengadakan bazar amal di Gunung Aofong. Awalnya, para ketua tim sangat khawatir. Mereka bertanya, ‘Mengadakan kegiatan seperti ini di pegunungan, bagaimana jika tidak ada yang datang?’ Kami berkata, ‘Tidak apa-apa, jangan takut.’ Saya yakin bahwa selama kita ada tekad, pasti ada kekuatan,”
kata Cai Gui-hong, relawan Tzu Chi.

“Jumlah pengunjung kali ini telah mencapai 6.200 orang. Kami menggunakan alat hitung manual yang harus terus ditekan hingga tangan pegal demi menghitung jumlah pengunjung. Ini mungkin masih ada yang tidak terhitung. Di Qingshui, kami dibantu oleh seorang pensiunan guru, Kakak Su-zhen. Beliau bekerja dengan sangat teratur dan bijaksana,” kata Cai Qiong-ying, relawan Tzu Chi.

Inilah bacang yang memiliki prosedur operasional standar.

“Benar, inilah bacang yang memiliki prosedur operasional standar. Kami memiliki prosedur standar untuk mencuci daun bacang, mencuci beras, dan menimbang berat setiap butir bacang. Semua bahan telah disiapkan dengan baik sehingga orang yang mengikat bacang tinggal memasukkan isinya dan membungkusnya. Setiap butir bacang memiliki berat dan isian yang sama sehingga tidak ada perbedaan besar antarbacang,” pungkas Cai Qiong-ying.

Dengan membuat bacang setiap tahun, cinta kasih yang tersebar pun tak terbatas. Kasih sayang yang nyata terasa dalam genggaman tangan dan aromanya menempel pada tangan orang-orang. Saat disantap, ada makna yang sangat dalam. Saya merasa sangat bersyukur. Banyak hal yang patut disyukuri.


Kerajinan tangan seperti ini hanya bisa dilihat saat saya kembali ke kampung halaman. Saya sendiri selalu mengaguminya hingga merasa sukacita. Selain itu, saya juga sangat berharap para lansia bisa membuatnya. Saya juga sudah lanjut usia. Beruntung, setiap hari, ada banyak orang yang berbicara dengan saya sehingga otak saya tetap aktif. Meski saya tidak bisa membuat kerajinan tangan, otak saya tidak pernah beristirahat.

Di luar sana, banyak lansia yang sangat kesepian. Jika tidak ada teman untuk berbicara, mereka hanya tidur-tiduran sepanjang hari. Jika demikian, otak mereka pun akan tertidur sehingga saat diajak bicara, mereka akan tampak bingung. Otak mereka seolah-olah tertidur. Dunia luar pun perlahan-lahan memudar dari kesadaran mereka.

Membuat kerajinan tangan bisa membuat otak mereka tetap tajam dan tangan mereka tetap lincah. Saya merasa bahwa ini sangat dibutuhkan. Karena itulah saya berkata bahwa kerajinan tangan yang diwariskan turun-temurun ini tidak boleh punah. Sesungguhnya, saya ingin kaum lansia terus menggerakkan otak mereka.

Saat ini, saya sangat bersyukur karena masyarakat kita masih hidup damai. Namun, saya ingin mengingatkan kalian bahwa kita harus sedia payung sebelum hujan. Meski saat ini kita hidup dengan damai, hal terpenting yang harus kita lakukan ialah menyucikan hati manusia. Hanya dengan terus menyucikan hati manusia, barulah masyarakat akan harmonis dan terus hidup dalam kedamaian.

Kita tidak bisa menjamin bahwa kita bisa mewujudkan kedamaian bagi seluruh dunia. Namun, kedamaian dunia adalah harapan kita semua. Walau tidak bisa mewujudkannya, setidaknya kita bisa berusaha semaksimal mungkin untuk mengasihi dan melindungi kehidupan dari lubuk hati.


Perang terjadi karena terlalu banyak karma buruk membunuh. Di dunia ini, terdapat berbagai jenis makhluk hidup. Di kehidupan sekarang, kita terlahir sebagai manusia. Namun, jika berkah kita habis dan masih ada karma buruk dari kehidupan lampau, setelah kehidupan ini berakhir, kita bisa saja terjatuh ke alam binatang atau setan kelaparan. Semua ini mungkin saja terjadi karena adanya enam alam kehidupan. Oleh karena itu, selama berada di alam manusia, kita harus mempraktikkan Sepuluh Kebajikan agar bisa terlahir di alam surga.

Namun, jangan hanya ingin pergi ke surga untuk menikmati berkah. Kita hendaknya kembali untuk menjadi Bodhisatwa. Di dunia ini, banyak orang kaya yang sulit untuk mempelajari jalan kebenaran. Jika kita mengajak orang kaya untuk bersama-sama menjalankan Tzu Chi, membersihkan rumah orang lain, dan sebagainya, hanya sedikit yang bersedia. Sebagian besar relawan Tzu Chi berasal dari keluarga biasa. Tentu saja, ada juga yang berasal dari keluarga kaya, tetapi tidak banyak. Jadi, kita harus segera menjalin jodoh dan menghimpun kekuatan.

Saat ini, kita perlu mempraktikkan Dharma di dunia. Dharma harus dipraktikkan di tengah masyarakat karena di zaman ini, orang-orang harus tersadarkan. Setiap hari, saya menyaksikan berita internasional untuk memahami kondisi dunia. Kalian pun harus mengikuti berita internasional agar tahu bagaimana bersikap dan bertindak. Hendaknya kalian memahami perkataan saya. Kita perlu mendorong semua orang untuk menyelami kebijaksanaan Buddha dan menciptakan berkah bagi dunia.

Para anggota komite Tzu Chi dan Tzu Cheng, semuanya adalah murid saya. Kalian dan saya adalah murid Buddha. Waktu terus berlalu. Zaman Buddha telah berlalu lebih dari 2 ribu tahun dan kini, jalinan jodoh kembali mempertemukan kita. Hendaknya kita memanfaatkan teknologi saat ini untuk melihat penderitaan yang terjadi di seluruh dunia. Dengan begitu, kita akan memahami penderitaan dan menyadari berkah yang kita miliki. Hendaknya kita menapaki Jalan Bodhisatwa.

Menginventarisasi kehidupan dan mencatat kitab sejarah
Kasih sayang yang nyata menciptakan cinta kasih tak terhingga
Melindungi lansia dengan mengaktifkan otak dan pikiran mereka
Mempraktikkan Sepuluh Kebajikan dan membimbing orang yang berjodoh

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 02 Juli 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 04 Juli 2025
Orang yang berjiwa besar akan merasakan luasnya dunia dan ia dapat diterima oleh siapa saja!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -