Ceramah Master Cheng Yen: Mempraktikkan Sutra Teratai dan Meneruskan Kebajikan


“Saya mengidap sejenis penyakit autoimun yang sangat langka, yaitu skleroderma. Penyakit ini membuat kulit saya menjadi keras, tebal, dan kaku. Di bawah dorongan saudara se-Dharma dan dukungan keluarga saya, saya bertekad untuk berpartisipasi dalam pementasan. Karena kondisi tubuh saya, latihan menjadi lebih sulit bagi saya. Namun, saya tetap bersiteguh pada niat saya ini,”
kata Wang Ya-ling relawan Tzu Chi.

“Saat mempersembahkan bab Sepuluh Pahala, saya merasakan secara lebih mendalam bahwa Master telah membangun ikrar di luar kemampuan Master. Setiap ikrar Master sangat sulit untuk diwujudkan, tetapi Master selalu bisa mengatasi semua kesulitan untuk merampungkan misi-misi yang begitu mulia. Dibandingkan dengan kesulitan yang Master alami, sedikit rasa sakit di tubuh saya ini bukanlah apa-apa,” pungkas,” Wang Ya-ling.

“Putra saya menderita Sindrom Down. Dia berinisiatif untuk mendaftarkan diri dalam pementasan adaptasi Sutra kali ini. Sesungguhnya, kecerdasan intelektualnya seperti anak kecil. Saat mengajarkan sesuatu padanya, biasanya saya harus mengulang puluhan, bahkan terkadang lebih dari seratus kali. Namun, dia bisa mengingat semua gerakan untuk pementasan adaptasi Sutra. Satu-satunya kesulitan baginya adalah berganti posisi. Saya sangat bersyukur kepada seorang relawan yang selalu menggandeng tangannya saat perlu berganti posisi. Beliau menggandeng tangannya dan membawanya ke posisinya,” kata Li Hong-xuan relawan Tzu Chi.

“Meski dia adalah penderita Sindrom Down yang membutuhkan kami untuk membawanya melihat dunia ini, tetapi saya berpikir bahwa berhubung telah melahirkannya, saya tidak boleh membiarkan kehidupannya berlalu sia-sia. Saya juga berharap dia dapat memiliki kehidupan yang berwarna dan mempelajari sesuatu, bukan datang dengan tangan kosong, lalu tetap pergi dengan tangan kosong,” pungkas Li Hong-xuan.


Lihatlah anak ini. Meski terlahir dengan kondisi seperti ini, dia memiliki jalinan jodoh baik. Ada orang-orang yang mendampingi, menyayangi, dan melindunginya. Jalinan jodohnya telah matang. Lihatlah, dia juga naik ke atas panggung untuk mempersembahkan pementasan adaptasi Sutra bersama partisipan lain. Tidak ada kekurangan dalam performanya.

Dengan prinsip yang sama, setiap orang yang datang ke dunia ini memiliki misi dan potensi untuk berbuat baik. Setelah mendapati bahwa kita memiliki misi seperti ini, kita harus menggenggam kesempatan untuk bersumbangsih di tengah masyarakat dan mengikis karma buruk yang mendatangkan penderitaan. Dengan demikian, kita bisa mendatangkan lebih banyak jalinan jodoh baik. Jadi, jangan menyia-nyiakan jalinan jodoh baik.

“Berhubung para relawan juga diimbau untuk mengajak kaum muda berpartisipasi, keluarga kami tentu tak boleh melewatkan kesempatan ini dan harus bergerak. Kami berbagi tentang pementasan dengan setiap orang. Dalam pertemuan dengan rekan bisnis dan acara keluarga, kami juga membahasnya. Tanpa kami sadari, kami telah mengajak 12 orang untuk berpartisipasi dalam pementasan dan 50 orang untuk menonton,” kata Li Ming-yin relawan Tzu Chi.

“Kali ini, ada tujuh orang dalam keluarga kami yang berpartisipasi dalam pementasan adaptasi Sutra dengan usia rata-rata 34 tahun. Kami semua terbagi ke dalam tim A dan mengenakan seragam putih. Kami bisa berlutut, melompat, berlari, dan berdiri. Kini, pementasan adaptasi Sutra wilayah tengah Taiwan telah rampung. Saat ini adalah permulaan dari tahap selanjutnya. Bagaimana agar kita dapat meneruskan jalinan jodoh dengan para partisipan dan memaksimalkan efek dari pementasan adaptasi Sutra ini? Seperti yang sering Master katakan, kita harus meneruskan jalinan jodoh meski acara telah usai. Jadi, kita harus membentuk pasukan relawan muda. Kita harus mewarisi tanggung jawab dari para paman dan bibi Tzu Chi, lalu menginspirasi relawan muda dan mewariskan silsilah Dharma,” kata Liu Zi-zhen relawan Tzu Chi.


Saya yakin bahwa semua orang telah merasakan inti sari atau esensi Dharma kita. Demikianlah Dharma. Apa yang disebut dengan mempelajari Dharma? Mempelajari Dharma berarti benar-benar mengingat Dharma di dalam hati dan memahami kebenaran di dunia ini. Apakah itu? Kita harus senantiasa melapangkan hati.

Saya sering berkata bahwa kita harus melapangkan hati hingga bisa merangkul seluruh alam semesta. Hati kita hendaknya bagaikan langit yang tidak ada apa pun. Janganlah kita melekat pada sesuatu. Namun, hati kita harus bisa merangkul segala sesuatu, baik besar maupun kecil, tanpa terintangi. Demikianlah hendaknya kita melapangkan hati kita.

Pementasan di Changhua ini berlangsung tiga jam, tetapi saya tidak merasa bahwa itu berlangsung tiga jam. Sungguh, menyaksikan pementasan adaptasi Sutra ini, fisik dan batin saya merasa sangat tenang. Saat membabarkan Sutra, saya sering mengulas tentang fisik dan batin yang tenang. Saat mengulasnya, terkadang saya berpikir, "Bagaimana saya mengulas ketenangan ini agar orang-orang dapat benar-benar merasakannya?"

Pementasan adaptasi Sutra di Changhua ini juga disaksikan oleh orang-orang di negara lain. Dalam Sutra Teratai, Buddha mengulas tentang menunjukkan kekuatan batin dan Bodhisatwa yang bermunculan dari segala penjuru. Dalam pementasan di Changhua kali ini, kita bisa melihat banyak orang yang berpartisipasi. Hari itu, setelah kembali ke Dalin, saya mendengar bahwa partisipannya hampir 7.000 orang. Pada momen itu, saya merasa bahwa itu bagaikan persamuhan Dharma para Bodhisatwa di Puncak Burung Nasar. Persamuhan Dharma ini juga menyajikan kisah perjalanan Tzu Chi selama lebih dari 50 tahun ini dan bagaimana para insan Tzu Chi bersumbangsih di tengah masyarakat.

Kini, kita berada di Taichung. Saat ini, ada banyak kepala sekolah di sini. Pada tahun terjadinya Gempa 921, ada banyak gedung sekolah di wilayah tengah yang runtuh. Karena itu, Tzu Chi membantu pembangunan kembali puluhan gedung sekolah di wilayah tengah. Saat itu, ada orang yang bertanya pada saya, "Master, di manakah dana untuk pembangunan ini?" Saya menjawab, "Di dalam saku orang-orang." Ini bergantung pada ketulusan dan cinta kasih. Cinta kasih ini terdapat di dalam saku orang-orang. Jadi, saat itu, selain menyalurkan bantuan bencana, kita juga membantu pembangunan sekolah.


Ada banyak Bodhisatwa yang bermunculan saat itu. Seperti yang diulas dalam Sutra Teratai, saat dibutuhkan, Dharma akan tampak di dunia dan Bodhisatwa akan bermunculan dari dalam bumi. Saya berharap para Bodhisatwa di wilayah tengah dapat lebih sering mengenang pengalaman kalian. Mengenai hal-hal yang pernah kita lakukan dahulu, mari kita lebih sering mengenangnya. Dengan mengenang masa lalu, kita dapat menginventarisasi vitalitas diri sendiri. Kalian dapat kembali mengunjungi sekolah-sekolah yang kita bangun dahulu.

Saat itu, selama sebulan hingga dua bulan, saya terus berada di Taichung. Para arsitek pun berhimpun untuk menemui saya. Kita membutuhkan banyak arsitek karena membangun kembali banyak gedung sekolah. Mengenang masa lalu, kita sungguh sangat "berbahagia". Dalam waktu 4 tahun, kita merampungkan pembangunan 50-an gedung sekolah. Kalian semua dapat mengenangnya kembali.

Saya sungguh sangat bersyukur kepada orang-orang yang telah mengerahkan kekuatan selama ini. Kehidupan kita sangat bernilai. Terima kasih. Pahala para kepala sekolah sungguh tak terhingga. Pendidikan membawa harapan bagi dunia. Saya sangat bersyukur kepada para kepala sekolah dan guru yang mendidik murid-murid. Hal yang saya syukuri sangatlah banyak.

Saya juga sangat bersyukur memiliki jalinan jodoh untuk membantu pembangunan kembali begitu banyak gedung sekolah di Taiwan. Saat para relawan kita berbagi pengalaman, saya sungguh merasa bahwa sebagian besar perjalanan hidup mereka berkaitan dengan Tzu Chi. Saya sangat bersyukur atas kesungguhan hati dan cinta kasih Bodhisatwa sekalian. Saya bersyukur kepada para anggota Tzu Cheng dan komite kita. Semoga dipenuhi berkah. 

Mengembangkan potensi kebajikan dan menunjukkan suasana pelatihan
Berpartisipasi dalam pementasan adaptasi Sutra dengan tulus
Hadir dalam persamuhan Dharma yang agung dengan hati yang tenang
Mempraktikkan Sutra Teratai dan meneruskan kebajikan

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 26 Agustus 2023
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Felicia
Ditayangkan Tanggal 28 Agustus 2023
Mampu melayani orang lain lebih beruntung daripada harus dilayani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -