Ceramah Master Cheng Yen: Mempraktikkan Sutra Teratai dari Generasi ke Generasi


“Saya sangat bersyukur bisa mengemban tanggung jawab sebagai narahubung tim yang menempelkan tanda untuk pementasan adaptasi Sutra kali ini. Pementasan ini membuat kami dapat kembali menyatukan hati dan bekerja sama dengan harmonis untuk merampungkan misi ini,”
kata Zhang Zhi-ji relawan Tzu Chi.

“Langkah pertama ialah mengatasi masalah karpet. Awalnya, kita berencana menggunakan karpet abu-abu, tetapi akhirnya, saya membeli karpet beige dari pedagang grosir. Harga karpet abu-abu 70 dolar NT (33.600 rupiah) per yard, sedangkan karpet beige hanya 10 dolar NT (4.800 rupiah). Berpegang pada tradisi Jing Si yang hemat, saat itu saya berdiskusi dengan yang lain dan memutuskan untuk menggunakan karpet beige. Setelah karpet itu dibentangkan, ada banyak relawan yang berkata bahwa karpet itu agak licin. Setelah masalah itu diatasi, semuanya pun oke. Pertama kali datang untuk mengikuti latihan, para relawan mendapati bahwa karpet itu sangat lembut dan tidak membuat kaki mereka sakit saat mereka berdiri atau berlutut di atasnya,” kata Chen Guo-zheng relawan Tzu Chi.

“Untuk membuat tanda di lantai, kami menggambar garis dan menempelkan stiker yang lengkap dengan nomor setiap orang. Awalnya, kami menggunakan tulisan tangan. Namun, setelah beberapa kali latihan, nomor-nomor itu menjadi kabur karena terus terinjak. Karena itu, kami meminta bantuan seorang relawan di Hemei karena beliau membuka percetakan. Kami membuat stiker dengan lebar 2 cm dan panjang 5 cm. Warna stiker juga disesuaikan dengan warna garis agar para relawan dapat menemukan posisi mereka dengan mudah,” kata Hong Hong-sheng relawan Tzu Chi.

Melihat stiker-stiker ini, saya sungguh sangat sukacita dan tersentuh. Stiker-stiker ini bukan ditempelkan secara acak. Setiap nomor pada stiker ini bagaikan nomor KTP setiap orang. Saya sangat tersentuh dan kagum. Selain itu, setiap langkah kaki dan gerakan tangan para partisipan di atas panggung sangatlah kompak serta menunjukkan ketulusan dan keindahan. Sungguh, saya terus berkata bahwa setiap orang menunjukkan ketulusan hati mereka.


Perjalanan Tzu Chi dalam berbuat baik selama puluhan tahun ini juga ditampilkan dalam pementasan tersebut. Mengenai pementasan tersebut, dengan bahasa di dunia ini, saya hanya bisa mengatakan bahwa itu sungguh menunjukkan kebenaran, kebajikan, dan keindahan.

Saya mendengar para partisipan berbagi pengalaman. Ada pula partisipan berusia belasan tahun yang sangat bersungguh hati. Mereka juga sangat perhatian dan kooperatif dalam mengikuti latihan bersama para relawan Tzu Chi. Mereka masih bersekolah dan tentu perlu mengerjakan pekerjaan rumah. Selain itu, juga ada partisipan muda yang masih bekerja. Mereka juga mengatur waktu mereka dengan baik. Singkat kata, semua orang bekerja sama dengan harmonis.

Dahulu, saya sering berkata bahwa mengenai kondisi dunia ini, saya merasa sedikit tidak berdaya. Dahulu, kalian mungkin sering mendengar saya berkata bahwa saya merasa tidak berdaya. Namun, kini para relawan kita telah memberikan motivasi dan kekuatan besar pada saya. Seiring bertambahnya usia, kondisi kesehatan saya sudah tidak sebaik dahulu. Adakalanya, saya berpikir, “Di masa mendatang, bagaimanakah kondisi kehidupan di dunia ini? Apakah insan Tzu Chi akan terus bersungguh hati mewariskan semangat Tzu Chi serta bersumbangsih bagi masyarakat dan dunia seperti sekarang?” Inilah yang selalu saya khawatirkan. Namun, kini saya tidak khawatir lagi. Apa yang saya lihat membuat saya merasa sangat tenang.

Setiap butir benih Tzu Chi sangatlah berisi. Bumi sangatlah subur. Bumi ini dapat membina lebih banyak orang lagi. Dunia Tzu Chi sungguh sangat bajik dan indah. Karena itu, saya sangat bersyukur. Para Bodhisatwa kita telah bersungguh hati melatih diri. Semua orang sangat bersungguh hati. Buddha mengatakan bahwa hati, Buddha, dan semua makhluk pada hakikatnya tiada perbedaan. Tanpa batasan usia, semua orang bisa bersama-sama menjalankan praktik Bodhisatwa dengan hati Buddha untuk bersumbangsih di tengah masyarakat.


Lebih dari 2.500 tahun yang lalu, inilah keyakinan dan harapan Buddha terhadap orang-orang. Sutra Makna Tanpa Batas dapat membimbing kita menuju arah yang benar asalkan kita bersungguh hati mendalaminya. Dengan berpartisipasi dalam pementasan adaptasi Sutra, kita dapat menggunakan kisah kehidupan yang indah untuk membimbing banyak orang.

Dengan satu ketukan jari, orang-orang di seluruh dunia dapat melihat keindahan dari kekompakan gerakan para partisipan. Meski saya telah menguras energi untuk membabarkan Dharma, tetapi pementasan ini jauh lebih menggugah. Lihatlah, kekompakan gerakan para partisipan sungguh membuat orang-orang tergugah. Ini benar-benar menggugah hati orang-orang. Karena itu, saya sangat bersyukur.

Selama puluhan tahun, saya terus bersungguh hati membabarkan Dharma. Kali ini, bisa melihat keindahan dari ketulusan orang-orang yang mempraktikkan Dharma di dunia, saya sangat berpuas diri. Semua orang berkata, "Pementasan ini adalah persembahan untuk Master." Persembahan seperti ini adalah yang tertulus. Saya telah merasakan dedikasi kalian yang tulus. Saya juga merasakan rasa haru insan Tzu Chi di seluruh dunia yang menyaksikan pementasan secara bersamaan.

Master, kami bersedia menjadi kunang-kunang. Kami ingin menerangi jalan. Terima kasih, Master.”

Baik, terima kasih. Rasa syukur saya tak habis untuk diungkapkan. Tekad dan ikrar yang kalian bangkitkan hendaknya terus diwariskan. Saya berharap pewarisan ini tidak terputus.


Saya pernah mendengar Kakek Guru berkata bahwa insan Tzu Chi bagaikan emas yang didulangnya selama ratusan kehidupan dan sangat berharga. Kakek Guru sangatlah mulia. Atas dasar apa kami bisa diumpamakan sebagai emas yang begitu berharga oleh Kakek Guru? Kakek Guru telah berhasil menangkap saya. Ada Kata Renungan Jing Si yang berbunyi, ‘Asalkan jalinan jodoh mendalam, maka tidak takut terlambat; asalkan dapat menemukan jalan, maka tidak takut jauh.’ Saya telah menemukan jalan,” kata Liu Xin-yu relawan muda.

“Dengan berpartisipasi dalam pementasan adaptasi Sutra, saya menemukan jalinan jodoh saya dengan Kakek Guru. Saya akan menggenggam jalinan jodoh di kehidupan ini untuk mengikuti Kakek Guru menapaki Jalan Bodhisatwa. Saya berikrar untuk menyalurkan bantuan internasional. Karena pementasan adaptasi Sutra, saya memiliki banyak teman baik. Saat ini, saya telah mengajak 15 orang kaum muda untuk mengikuti pelatihan relawan bersama. Ini sungguh merupakan jalinan jodoh baik,” pungkas Liu Xin-yu.

Apa pun yang dilakukan, relawan kita selalu berusaha untuk membimbing orang ke arah yang bajik. Kita juga melihat keluarga yang seluruh anggotanya, dari orang tua hingga anak, berpartisipasi bersama dalam pementasan. Saya sungguh tersentuh dan bersyukur pada kalian semua.

Demi masyarakat di masa mendatang, kaum muda hendaknya lebih bersungguh hati mempraktikkan semangat Sutra Teratai untuk menginspirasi orang lain. Tadi, kita juga mendengar tentang relawan yang menginspirasi rekan kerjanya. Jalinan jodoh seperti ini hendaknya diteruskan. Jadi, setiap orang hendaknya menyelami Sutra dengan ketulusan untuk melindungi Dharma. Ini tidak cukup hanya dilakukan sekali saja. Setiap tempat bisa menjadi ladang pelatihan bagi kita.

Tulus memberi persembahan dengan pementasan adaptasi Sutra
Mewariskan tekad dan ikrar serta membangkitkan cinta kasih yang sama
Membimbing orang ke arah yang benar dengan kebajikan
Mewariskan praktik Bodhisatwa dari generasi ke generasi

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 27 Agustus 2023
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Felicia
Ditayangkan Tanggal 29 Agustus 2023
Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -