Ceramah Master Cheng Yen: Memupuk Berkah dengan Cinta Kasih Agung dan Kebajikan Besar

Sebuah badai menerjang Amerika Serikat. Saya berharap kali ini, warga AS dapat mawas diri dan tulus serta bersungguh-sungguh mengantisipasi badai.

Selain Amerika Serikat, Sudan dan Jepang juga dilanda banjir. Beberapa hari yang lalu, kita mendengar bahwa di Hutan Amazon terjadi kebakaran besar dan hingga kini apinya belum padam. Hutan yang bagaikan paru-paru Bumi itu masih terbakar hingga kini. Saat paru-paru Bumi terluka, paru-paru manusia juga akan terluka. Karena itu, demi dunia ini, setiap orang hendaknya mawas diri dan berdoa dengan tulus semoga kobaran api dapat segera padam.

Setiap orang harus menyucikan hati dan berbuat baik. Saat kekuatan baik dan buruk tarik-menarik, kita harus meningkatkan kekuatan baik dan menekan pertumbuhan kekuatan buruk. Inilah satu-satunya cara. Jadi, kita harus mementingkan hal ini.

Kita juga melihat pada bulan Maret tahun ini, terjangan siklon Idai menimbulkan kerusakan dan dampak bencana serius di tiga negara di Afrika Timur. Apakah kalian masih ingat di Mozambik, sekelompok korban bencana di tempat penampungan hanya memperoleh segelas kacang? Segelas kacang itu dimasak dengan air untuk dikonsumsi oleh 44 orang. Kita sangat tidak tega mendengarnya. Karena itu, kita segera membeli bahan pangan seperti tepung jagung untuk dibagikan di sana.

 

Pada saat yang sama, kita juga mengimbau mereka pulang ke rumah serta membagikan peralatan untuk bercocok tanam dan membangun. Ada gergaji, sabit, dan lain-lain untuk menyiangi rumput dan membangun kembali rumah mereka. Ada pula cangkul, sabit, sekop, dan lain-lain untuk menanam sayuran. Yang lebih mengagumkan ialah mereka menggali sumur dan menggunakan airnya untuk berkebun. Mereka menanam beragam sayuran dengan baik. Kol yang mereka tanam sangat besar.

Singkat kata, kita bisa melihat kerja keras mereka. Selain menerima bantuan, mereka juga membantu diri sendiri, baik dengan menggali sumur maupun menanam sayuran. Sendi kehidupan mereka telah pulih.

Belakangan ini, kita juga menerima kabar bahwa insan Tzu Chi melatih relawan lokal di sana. Banyak kaum muda setempat yang turut berpartisipasi. Mereka membantu Lansia dan warga kurang mampu membangun rumah. Jumlah relawan lokal terus bertambah. Ini membawa harapan baru. Saat cinta kasih terbangkitkan maka akan ada harapan.


Ada seorang kepala distrik yang berkata bahwa sebelumnya, beliau tidak tahu bahwa bersumbangsih dengan cinta kasih di tengah masyarakat dapat membawa kebahagiaan sebesar ini. “Dari insan Tzu Chi, saya belajar nilai budaya humanis dan cinta kasih tanpa pamrih. Ini membuat saya sangat tersentuh. Jadi, setelah pensiun, saya akan segera bergabung dalam barisan relawan Tzu Chi,” kata Jose Tome, Kepala Distrik Nhamatanda. Ini sangat menyentuh.

Ada pula seorang wakil ketua komite rekonstruksi yang menyatakan kekagumannya pada Tzu Chi dan bersedia menjadi perantara bagi Tzu Chi di sana. Dengan tulus, mereka bertindak secara nyata untuk memberikan dukungan agar di sana, Tzu Chi dapat membawa harapan dan memperbaiki kehidupan warga setempat. Mereka memiliki kesatuan hati dan tekad dengan Tzu Chi.

Kita melihat anak-anak setempat sudah mulai bersekolah. Mereka sangat gembira. Kita juga akan mulai membangun sekolah bagi mereka. Selangkah demi selangkah, kita menghimpun kekuatan cinta kasih. Kini kita sangat membutuhkan cinta kasih. Hanya cinta kasih agung dan kebajikan besar yang dapat menghalau bencana.


Dahulu, saya sering berkata bahwa dengan memupuk berkah, kita bisa menghalau bencana. Kita bisa melihat sendi kehidupan warga Mozambik perlahan-lahan pulih.

Kali ini, relawan kita kembali mengunjungi mereka. Kita membawa harapan bagi mereka. Jejak langkah Bodhisatwa digambarkan dalam bagian pertama Sutra Bunga Teratai. Di setiap tempat yang terdapat jejak langkah Bodhisatwa, kita bisa melihat buah kebajikan. Saya berharap saat terjun ke tengah masyarakat, kita dapat membangun tekad dan ikrar yang baik, bertutur kata baik, dan berbuat baik. Semua itu dapat meninggalkan jejak langkah Bodhisatwa.

Kita harus tekun mendengar Dharma agar bisa menyucikan hati dan semakin dekat dengan sifat hakiki yang murni. Bab ke-20 dari Sutra Bunga Teratai mengajari kita bagaimana kembali pada hakikat Kebuddhaan. Inilah yang harus kita pelajari. Jadi, kita harus tekun mendengar Dharma.

Bodhisatwa sekalian, banyak kisah di dunia yang tidak habis saya ceritakan. Saya berharap setiap orang dapat lebih bersungguh hati setiap waktu.

Jejak langkah Bodhisatwa membawa harapan
Memperbaiki kehidupan dan membebaskan dari kemiskinan
Tekun mendengar Dharma untuk menyucikan hati
Memupuk berkah dengan cinta kasih agung dan kebajikan besar

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 2 September 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, 
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 4 September 2019
Ada tiga "tiada" di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -