Ceramah Master Cheng Yen: Memupuk Rasa Syukur serta Senantiasa Tekun dan Bersemangat
“Sesungguhnya, kita semua hanyalah satu titik kecil. Namun, program pembinaan anak muda ini menyatukan kita menjadi sebuah garis dan membentuk sebuah jaringan. Kemudian, melalui kamp kali ini, jaringan ini dapat memainkan peran yang besar. Dahulu, telapak tangan kami selalu menghadap ke atas karena membutuhkan bantuan dari masyarakat dan Tzu Chi. Namun sekarang, kami berharap di masa depan, dengan kemampuan yang kami miliki, tangan ini dapat berbalik untuk membantu lebih banyak orang,” kata Huang Guan-hua, peserta pembinaan.
“Banyak kakak senior, bibi, paman, dan guru Dharma yang membimbing kami. Kalian bagaikan pelita yang menerangi jalan kami. Saya berikrar dengan tulus, di masa depan, saya pun akan menjadi sebuah pelita yang menerangi jalan orang lain agar mereka dapat melihat lebih banyak harapan dalam hidup,” pungkas Huang Guan-hua.
Mendengar semua ini membuat saya merasa penuh harapan. Kita bisa berkumpul di sini berkat adanya jalinan jodoh yang baik. Kita bisa saling belajar dan mengajar satu sama lain. Inilah warisan pendidikan yang sangat baik.
Tzu Chi sudah berdiri hampir 60 tahun. Kalian yang masih muda mungkin tidak tahu seperti apa kehidupan 60 tahun lalu. Jika dibandingkan dengan zaman sekarang, kehidupan kala itu bisa disimpulkan dengan sederhana bahwa penderitaan lebih banyak daripada kebahagiaan. Di tengah penderitaan masa lalu, kami tetap bersungguh-sungguh dan bekerja keras hingga kehidupan sekarang menjadi lebih makmur, bahagia, dan semua orang memiliki kesempatan mengenyam pendidikan.

Kalian yang ada di hadapan saya sekarang sudah duduk di bangku perguruan tinggi. Dahulu, anak yang lulus kelas 6 SD saja sudah dianggap luar biasa. Jika ada yang bisa lanjut ke SMP, orang akan berkata, "Wah, hebat sekali." Namun, untuk melanjutkan ke tingkat SMA sangatlah sulit. Ini saja sudah sangat sulit, apalagi bisa sampai ke perguruan tinggi. Semua ini menunjukkan betapa besar kasih sayang orang tua.
Mereka rela bersusah payah asal anak-anaknya bisa mendapatkan pendidikan tinggi. Oleh karena itu, dalam hidup ini, kita harus tahu bagaimana bersyukur. Saya selalu menekankan hal ini. Kita harus tahu berterima kasih kepada orang tua, guru, teman, rekan kerja, dan lainnya. Kita harus belajar bersyukur dan tahu berterima kasih.
Selama kita menumbuhkan rasa syukur, hati kita akan penuh dengan kebahagiaan. Jika tidak tahu bersyukur, apa pun yang kita lihat akan terasa tidak menyenangkan. Apa yang didengar dan dikatakan, semua akan terasa tidak sesuai dan membuat kita tidak senang. Dengan demikian, kita pun sulit berinteraksi dengan orang lain. Hidup pun akan terasa penuh kesulitan.
Saat ini, kalian memiliki orang tua yang terus mendukung pendidikan kalian. Jadi, hendaknya kalian tekun dan bersemangat. Orang bisa tekun dan bersemangat karena memiliki hati yang penuh rasa syukur. Ia tahu betapa orang tua sudah bersusah payah sehingga ia ingin membalas budi orang tua.

“Saya sangat berterima kasih kepada Paman Ming-mo dan Bibi Yu-huan yang sudah mengunjungi keluarga kami dan selalu menyemangati saya. Yang lebih berharga ialah mereka telah membantu membentuk karakter saya. Mereka selalu berkata kepada saya bahwa dalam hidup ini, kita harus tahu bersyukur, menghormati, dan mengembangkan kebajikan untuk peduli terhadap orang di sekitar,” kata Zhong Xuan-zhen, peserta pembinaan.
“Sebelum bergabung di Tzu Chi, saya tidak percaya bahwa di dunia ini ada cinta kasih tanpa syarat. Namun, sejak bergabung di Tzu Chi dan mengikuti program pembinaan anak muda, saya mulai percaya bahwa dunia ini ada cinta kasih tanpa syarat, yaitu cinta kasih agung,” lanjut Zhong Xuan-zhen.
“Pendampingan dengan cinta kasih yang dilakukan oleh Paman dan Bibi Tzu Chi membuat saya sangat tersentuh. Oleh karena itu, saya berpikir tentang bagaimana saya bisa melakukan sesuatu yang dapat memberi kekuatan bagi orang lain. Saya merasa bahwa sekarang saya bisa menjadi orang yang mau bersumbangsih, siap memikul tanggung jawab, dan berikrar untuk mempraktikkan kebajikan,” pungkas Zhong Xuan-zhen.
Lihatlah Paman Cai. Beliau memperlakukan kalian dengan tulus dan penuh cinta kasih. Itu tidaklah mudah karena membutuhkan waktu dan mengeluarkan biaya sendiri. Banyak sekali yang beliau berikan dan semuanya itu tanpa pamrih. Di dalam hatinya hanya ada satu kata, yaitu "cinta", tepatnya "cinta kasih agung". Yang paling berharga ialah cinta kasih agung yang tidak mementingkan diri sendiri.
Beliau selalu bersumbangsih tanpa pamrih. Saya yakin bahwa hatinya selalu dipenuhi kebahagiaan. Melihat kalian begitu patuh dan mengerti bagaimana menggenggam waktu dan jalinan jodoh untuk terus tekun dan bersemangat, itu sudah menjadi balasan terbaik. Mereka telah memberi tanpa pamrih. Satu-satunya yang mereka harapkan ialah melihat kalian berhasil. Jika kalian sungguh-sungguh, pasti akan menuai keberhasilan dan akan membuat mereka bahagia.

Kebahagiaan yang mereka rasakan menjadi sumber kekuatan yang mendorong mereka untuk terus memberi dengan sukacita tanpa memikirkan kesulitan. Melihat kalian semua tekun dan sungguh-sungguh, itulah balasan terbaik bagi mereka. Sama seperti orang tua yang melihat anaknya rajin belajar, meski harus bekerja susah payah, mereka tetap rela berkorban demi pendidikan dan masa depan anaknya. Begitulah kasih sayang orang tua terhadap anak.
Orang-orang yang penuh cinta kasih ini, meski kalian bukan siapa-siapa bagi mereka, tetapi dari lubuk hati mereka, mereka memiliki kasih sayang yang seperti hati orang tua, hati Buddha, dan hati Bodhisatwa. Mereka rela memberikan segalanya. Jadi, cara kita membalas budi para Bodhisatwa ialah dengan mendengarkan Dharma dan mengenal jalan yang benar.
Ketika ditunjukkan, "Begini seharusnya Anda berjalan," kalian harus tahu dan mengerti jalan agung yang telah ditunjukkan kepada kalian. Jika kalian melangkah di jalan ini, meski panjang dan jauh, jalan itu akan selalu terbuka bagaikan masa depan kalian yang cerah dan lurus. Inilah keberuntungan kalian, yakni berjodoh dengan orang-orang baik yang penuh cinta kasih dan mau membimbing serta menuntun kalian agar bisa melangkah di jalan yang benar. Hendaknya kalian menghargai kesempatan ini dengan lebih bersungguh-sungguh.
Paman dan Bibi Tzu Chi telah memberikan cinta kasih tanpa pamrih dengan tulus. Jadi, hendaknya kalian membalasnya dengan hati yang penuh syukur. Dengan memiliki rasa syukur, barulah kalian bisa bersungguh-sungguh. Inilah prinsip kebenaran. Apakah kalian mengerti? (Mengerti.) Baik. Hendaknya kalian terus tekun, bersemangat, dan bersungguh-sungguh.
Memupuk rasa syukur serta senantiasa tekun dan bersemangat
Bersumbangsih tanpa pamrih dengan kebajikan dan cinta kasih
Menggenggam jalinan jodoh untuk melangkah di jalan agung
Menghargai pembinaan dan menyongsong masa depan yang cerah
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 21 September 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 23 September 2025