Ceramah Master Cheng Yen: Menabung di "Bank Usia" untuk Terus Tekun dan Bersemangat

Kita telah menjalin jodoh dengan Tzu Chi selama lebih dari setengah abad. Waktu yang saya miliki untuk melakukan perjalanan dan kesempatan saya untuk bertemu dengan kalian sudah semakin sedikit. Dengan waktu yang terbatas ini, bagaimana boleh saya tak menggenggamnya? Saya tak bisa melepaskan tanggung jawab saya. Meski sulit bagi saya untuk berjalan, saya tetap melakukan perjalanan. Saya melakukan perjalanan dari wilayah timur menuju barat Taiwan, dari wilayah utara ke tengah Taiwan, lalu ke wilayah Kaohsiung dan Pingtung.

Setelah berhenti di tempat yang berbeda, saya kembali ke Taipei dan naik kereta menuju wilayah timur Taiwan untuk kembali ke Hualien. Saya kembali dengan perasaan yang tenang. Selama perjalanan, saya bertemu dengan banyak Bodhisatwa senior. Sebagai murid saya, mereka menggenggam kesempatan untuk bertemu dengan saya. Saya juga berusaha sebisa mungkin untuk mendengarkan mereka berbagi kisah dan melihat para anggota komite senior itu.

Melihat mereka, timbul rasa syukur dan sedih dalam diri saya. Rasa sukacita bercampur dengan kesedihan. Saya bersukacita karena bisa bertemu relawan senior yang telah mendukung saya selama puluhan tahun. Pada saat itu, mereka masih berusia paruh baya. Dalam perjalanan kali ini, melihat mereka masih sehat, saya merasa sukacita, tetapi juga sedih karena mereka sudah tua. Melihat mereka satu per satu, saya seperti melihat sebuah cermin di depan saya. Mereka seperti cermin bagi saya. Mereka sudah berusia lanjut dan kondisi fisik mereka sudah mengalami penurunan. Saya sungguh sedih melihatnya.


Beruntung, tahun lalu saya membuka "bank usia". Dalam perjalanan kali ini, saya melihat bagaimana relawan lansia "menabung" di "bank usia". Mereka meningkatkan semangat mereka dan terus mendedikasikan diri mereka. Mereka sangat tekun dan bersemangat agar waktu tidak berlalu sia-sia. Melihat sekelompok relawan senior ini, saya merasa sukacita. Jadi, rasa sukacita ini bercampur kesedihan. Baik relawan senior di wilayah utara, tengah, selatan Taiwan, maupun Pingtung semuanya sangat mendedikasikan diri mereka.

Di Pingtung, saya melihat relawan senior sudah mendedikasikan diri mereka sejak berusia paruh baya hingga sekarang. Kini mereka masih melakukan daur ulang. Kelincahan mereka masih sama seperti dahulu. Mereka pun masih bisa berbagi kisah dengan sangat jelas dan ringkas. Ketika ada kesalahpahaman dari masyarakat terhadap Tzu Chi, dia akan membela Tzu Chi dan mengungkapkan dengan jelas bahwa bisa membantu orang adalah berkah.

“Ada orang yang bertanya pada saya, "Mengapa kamu begitu tekun menjalankan Tzu Chi?" "Tzu Chi sangat kaya dan sering menolong orang luar negeri." Saya menjawab, "Bagaimana boleh kamu berkata seperti itu? Jika orang-orang di Taiwan  tidak perlu dibantu, itu berarti kita semua aman dan tenteram. Semua uang donasi Master gunakan untuk membantu orang yang membutuhkan,” kata Hou Yu-e, relawan daur ulang.


Bodhisatwa lansia seperti itu sungguh patut saya puji. Meski saya hanya berada di Pingtung lebih dari setengah hari, tetapi sangat berkesan bagi saya. Contohnya, Jing Zhi yang tekun mendengar Dharma. Meski sudah berusia lebih dari 90 tahun, dia masih tetap mendedikasikan dirinya. Dia merupakan salah satu relawan angkatan pertama di Pingtung. Dia memberi tahu saya bahwa dia telah mendengar saya membabarkan Sutra Bunga Teratai. Saat mulai mengenal ajaran Buddha, dia juga membaca Trilogi Sutra Teratai. Kali ini, dia membawa Sutra Makna Tanpa Batas yang merupakan bagian dari Trilogi Sutra Teratai. Saya belum pernah melihat edisi itu. Jadi, dia menunjukkannya pada saya. Melihat edisi yang berbeda, saya merasa sangat senang. Tulisan di dalamnya sangat jelas. Ada kedekatan yang saya rasakan.

Dalam perjalanan ke Pingtung kali ini, saya melihat banyak relawan senior yang mendedikasikan diri selama hampir setengah abad masih memiliki pikiran yang sehat dan tubuh yang lincah. Ini yang paling membuat saya tenang setelah tiba di Pingtung. Namun, mereka sudah berusia lanjut dan penampilan mereka juga sudah berubah. Meski semangat mereka tak berubah, tetapi penampilan mereka telah berubah. Itu yang membuat saya sedih. Dedikasi mereka telah meningkatkan semangat saya dan membuat saya merasa semakin harus menggenggam waktu untuk memanfaatkan kehidupan saya.

Saya juga ingin mengimbau semua orang memanfaatkan kehidupan dengan baik karena waktu terus berlalu dengan sangat cepat. Begitu kita lengah sedikit saja, waktu sudah berlalu dan tak bisa kembali lagi. Jika ingin kembali melihat saat orang lain atau diri kita sendiri yang masih muda, sudah tak bisa lagi. Jadi, kita harus menghargai waktu. Beruntung, relawan lansia kita telah melakukan tindakan nyata dan meninggalkan jejak langkah di jalan Tzu Chi yang dapat dikenang serta masih bisa berbagi kisah dengan sangat jelas.

Kehidupan mereka yang seperti itu sangatlah bernilai dan merupakan bagian dari sejarah Tzu Chi. Mereka masih bisa mengingatnya dengan jelas. Inilah yang paling bernilai. Saya benar-benar dipenuhi rasa sukacita. Mereka semua telah menabung 50 tahun di "bank usia". Mereka yang berusia lebih dari 90 tahun berkata pada saya, "Master, tahun ini saya baru berusia 40 tahun lebih." "Tahun ini saya baru berusia 46 tahun." "Tahun ini saya baru berusia 48 tahun." Jadi, mereka penuh dengan energy untuk bersumbangsih.

Saya sangat berterima kasih kepada mereka. Mereka tidak menyia-nyiakan waktu untuk tekun dan bersemangat guna terus menumbuhkan jiwa kebijaksanaan mereka. Inilah yang paling membahagiakan dan sangat menghangatkan hati serta memberi saya semangat yang besar. Saya sungguh sangat berterima kasih kepada mereka.

Meski sulit untuk berjalan, tetapi tetap melangkah maju

Menabung di "bank usia" untuk terus tekun dan bersemangat

Bersama-sama mendengar Dharma dengan pikiran yang jernih

Memanfaatkan waktu dengan baik tanpa menyia-nyiakannya

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 25 Juli 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Li Lie

Ditayangkan tanggal 28 Juli 2018
Keteguhan hati dan keuletan bagaikan tetesan air yang menembus batu karang. Kesulitan dan rintangan sebesar apapun bisa ditembus.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -