Ceramah Master Cheng Yen: Menaklukkan Nafsu Keinginan Agar Hati Hening dan Jernih

“Saya melihat bahwa bentuk sendok plastik sangat mirip dengan mahkota bunga teratai. Jadi, saya mencoba merekatkannya,” kata Pan Mei-yun, relawan Tzu Chi

“Sebagian besar adalah barang daur ulang. Besi yang digunakan merupakan barang baru. Barang-barang lainnya, seperti bahan untuk membuat struktur berputar,benang pancing, bahan untuk mengikat, dan botol plastik, semuanya merupakan barang daur ulang,” kata Lin Jun-liang, relawan Tzu Chi

“Dalam membersihkan botol plastik, selain mengelap dengan kain yang basah, kita juga mengeringkannya dengan kain yang kering. Setelah itu, kita akan memeriksanya di bawah cahaya matahari. Jika botolnya cukup bersih, baru bisa digunakan,” kata Wu Gui-hui, relawan Tzu Chi.

Festival Lampion di Pingtung merupakan acara yang diadakan setiap tahun. Tzu Chi juga turut berpartisipasi. Para Bodhisattva di Pingtung bekerja sama untuk mendaur ulang barang-barang yang dibuang menjadi barang yang berguna. Demi menginspirasi pengunjung, setiap relawan menggunakan kebijaksanaan mereka. Contohnya, mereka menggunakan sedotan untuk membuat bunga sakura.


Lihatlah foto yang diambil relawan kita. Itu terlihat seperti bunga sakura yang bermekaran. Banyak orang yang berkata bahwa mereka ingin berwisata dan melihat bunga sakura. Para relawan kita menggunting sedotan dan mengubahnya menjadi bunga sakura. Banyak orang yang berkunjung dan mengagumi bunga sakura tersebut.

Inilah kebijaksanaan. Ternyata, barang-barang yang dibuang dapat didaur ulang menjadi barang yang berguna ataupun pajangan yang bagus. Agar terlihat bagus dan cemerlang, dibutuhkan lampu. Lampu membutuhkan listrik. Kita membutuhkan air dan listrik. Ada seorang anggota Tzu Cheng yang merupakan ahli di bidang ini. Dia merasa bahwa dialah yang paling cocok untuk tugas ini dan dengan gembira bertanggung jawab atas pemasangan semua lampu di area pameran kita.

Setiap kreasi yang berasal dari kebijaksanaan para relawan ini membutuhkan lampu agar terlihat cemerlang. Saat relawan ini bersungguh hati merencanakan pemasangan lampu, banyak pelanggan yang mencarinya untuk menggunakan jasanya.

 

“Apa yang harus saya lakukan?”

“Saya sangat sibuk siang dan malam.”

“Bagaimana saya menerima pekerjaan dari luar?”

Dia mengalami konflik batin.

 

Akhirnya, dengan berpuas diri, dia menolak pekerjaan dari luar. Bisa memperoleh penghasilan dari pekerjaannya, dia sangat berpuas diri dan tak lagi menerima pekerjaan dari luar. Dia memutuskan untuk menuntaskan tanggung jawabnya membantu di area pameran kita. Dia berkata bahwa dengan berpuas diri, dia menolak pekerjaan dari luar. Bisa menghasilkan uang dari pekerjaannya, dia sudah berpuas diri. Dengan teguh, dia menolak satu demi satu pekerjaan besar. Dia menghabiskan banyak waktu untuk membantu pameran kita di Festival Lampion. Dia tidak tergoda oleh nafsu keinginan, bisa tetap tenang, dan tahu berpuas diri. Dia merasa sangat damai dan tenang.

 

Sungguh, dia telah menaklukkan Mara. Apa yang disebut menaklukkan Mara? Saat kita ingin menyelami Dharma, seringkali ada kondisi luar yang mengganggu pikiran kita. Banyak nafsu keinginan yang menggoda kita. Ini sangat berbahaya. Kita menyebutnya Mara. Mara menggoda kita dengan nafsu keinginan saat kita ingin menjalankan misi kita. Jika relawan ini tergoda oleh nafsu keinginan maka selama Festival Lampion, lampu tidak akan menyala tanpa kabel-kabel yang dipasangnya. Jadi, setelah menaklukkan godaan besar ini, dia baru bisa menuntaskan tanggung jawabnya.

Semua orang dipenuhi rasa syukur dan sukacita. Dalam Festival Lampion di Pingtung yang berlangsung selama 17 hari ini, ada banyak orang yang mengunjungi area pameran kita. Pengunjung bisa melihat bagaimana kita memanfaatkan barang daur ulang. Dengan mempelajari konsep daur ulang, para pengunjung dapat memahami pentingnya mengendalikan nafsu keinginan. Terlebih, ada sekelompok Bodhisattva yang memperkenalkan Tzu Chi dan konsep daur ulang pada orang-orang. Karena itu, ada banyak orang yang merasa kagum. Mereka kagum pada insan Tzu Chi yang memiliki konsep seperti ini. ini semua orang tahu tentang masalah sampah, tetapi tidak tahu bahwa sampah bisa diolah menjadi pajangan yang begitu indah dan berguna.


Jadi, kita harus mengendalikan nafsu keinginan. Ini juga merupakan kesadaran. Karena bisa mengendalikan nafsu keinginan, dia bisa menilai apa yang lebih bermakna terbebas dari belenggu nafsu keinginan, dan tahu berpuas diri. Bisa mengendalikan nafsu keinginan merupakan kesadaran, berpuas diri juga merupakan kesadaran. Jika bisa mengendalikan nafsu keinginan dan berpuas diri, maka hati kita akan hening dan jernih. Jika hati kita hening dan jernih serta tidak ternoda maka pandangan kita akan jernih dan kita tidak akan terbelenggu oleh noda dan kegelapan batin. Dengan memiliki pandangan benar, kita tidak akan menyimpang. Kita juga harus memiliki konsentrasi benar serta kesatuan hati dan tekad.

Dalam mempelajari Dharma atau melakukan apa pun, dibutuhkan konsentrasi
serta kesatuan hati dan tekad. Kita juga harus tekun dan bersemangat.

Dharma bagaikan kompas yang menunjukkan arah yang benar pada kita. Dharma juga bagaikan lentera yang menyinari jalan sehingga kita bisa menempuh perjalanan jauh dengan selamat. Dengan lentera yang menyinari jalan dan kompas yang menunjukkan arah,  kita tidak akan menyimpang atau tersesat.

 

Bekerja sama menampilkan kecemerlangan dalam Festival Lampion

Menaklukkan nafsu keinginan agar hati hening dan jernih

Memiliki tekad yang teguh serta hati yang murni tanpa ternoda

Menuju arah yang cemerlang dengan keyakinan dan pemahaman benar

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 14 April 2019

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 16 April 2019

Penyakit dalam diri manusia, 30 persen adalah rasa sakit pada fisiknya, 70 persen lainnya adalah penderitaan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -