Ceramah Master Cheng Yen: Menampilkan Semangat Budaya Humanis dengan Keindahan dari Kekompakan

Kita bisa melihat insan Tzu Chi dari AS pergi ke Ekuador untuk memberikan bantuan bencana. Mereka berdiskusi dengan pengusaha dan pemerintah setempat untuk mencari cara menenangkan hati, menjaga kelangsungan hidup, dan membangkitkan semangat warga. Karena itu, relawan kita pun membagi tugas. Sebagian relawan memberikan penghiburan kepada warga, sedangkan relawan lainnya mengadakan rapat dengan pemerintah setempat sehingga setiap orang bisa memahami bagaimana cara memberikan bantuan bencana.

Insan Tzu Chi memberikan contoh program bantuan lewat pemberian upah yang dijalankan di Filipina pascatopan Haiyan. Terjangan Topan Haiyan menimbulkan kerusakan parah di Tacloban yang membuat kota itu hampir ditinggalkan. Namun, berkat program bantuan tersebut, ekonomi setempat pulih dengan sangat cepat dan warga setempat dapat merasa tenang. 

Kita berbagi kisah seperti ini di Ekuador dan berhasil menyentuh hati wali kota setempat. Lalu, kita bekerja sama dengan pemerintah setempat untuk menjalankan program bantuan lewat pemberian upah. Dalam sepuluh hari ini, kalian bisa mendapatkan uang dengan tenaga kalian sendiri. Tujuan utama kita adalah agar kalian bisa hidup mandiri.

Setiap hari, setelah bekerja, warga setempat bisa memperoleh 15 dolar AS. Mereka sangat gembira karena memiliki uang untuk membeli sesuatu. Pascagempa kali ini, banyak orang yang kehilangan pekerjaan karena seluruh kota mengalami kerusakan parah. Saat warga setempat kehilangan arah dan tidak berdaya, insan Tzu Chi membawakan harapan dan menunjukkan arah bagi mereka.

Sejak terjadinya gempa pada tanggal 16 April, saya tidak menghasilkan uang sepeser pun. Saya turut berpartisipasi hari ini dan mendapatkan 15 dolar AS pertama. Saya bisa menggunakannya untuk membeli makanan bagi istri dan anak saya. Saya berterima kasih kepada kalian yang jauh-jauh datang dari Taiwan untuk menolong kami sehingga kota kami dapat pulih kembali. 

Program bantuan lewat pemberian upah telah dijalankan selama hampir seminggu. Setiap hari, jumlah partisipan terus bertambah sehingga hasilnya semakin lama semakin baik. Melihat semangat warga Manta kembali terbangkitkan, wali kota Manta semakin yakin terhadap kita dan semakin tersentuh. Beliau dan istrinya sangat berterima kasih kepada Tzu Chi dan terus mengimbau warganya untuk mengikuti program bantuan Tzu Chi. Kisah yang menyentuh sangatlah banyak.

Hari ini, tim tanggap darurat Tzu Chi di Ekuador akan digantikan oleh gelombang berikutnya. Berhubung sepuluh hari telah berlalu, mereka harus digantikan oleh gelombang berikutnya karena setiap relawan memiliki keluarga dan usaha masing-masing. Jadi, tim tanggap darurat gelombang kedua akan pergi ke sana. Tim tanggap darurat gelombang kedua ini terdiri atas relawan dari AS, Argentina, dan Brasil. Tim pertama terdiri atas relawan dari dua negara, yakni Amerika Serikat dan Cile. Kali ini, ada relawan dari tiga negara yang akan bersama-sama pergi ke Ekuador. Saya sungguh sangat bersyukur. Orang-orang yang dilanda penderitaan tidak tahu harus memulai langkah baru dari mana. Namun, asalkan kita berani melangkah, maka pasti ada jalan yang bisa ditempuh. Yang ditakutkan adalah kita tidak berani melangkah. Asalkan kita berani melangkah, maka pasti ada jalan yang bisa ditempuh.

Karena itulah, kita harus membangkitkan semangat mereka. Kita juga melihat pada tanggal 8 Mei, di Nepal juga digelar upacara pemandian rupang Buddha. Relawan setempat ingin meneruskan semangat Waisak pada tahun lalu. Mereka sangat bersungguh hati. Kita bisa melihat dr. Nirdesh memimpin orang-orang mengikuti upacara Waisak.

Kami menghormati Buddha Sakyamuni yang telah mengajarkan Jalan Tengah dan menyadarkan diri kita bahwa bahkan diri kita sendiri memiliki benih kebuddhaan. Jadi, sebagai wujud tekad untuk mempraktikkan ajaran dan menunjukkan rasa hormat kepada Buddha, kita memperingati Hari Waisak.

Upacara Waisak di sana sangat sederhana, tetapi sangat agung dan tertib. Lihatlah, pascagempa di Nepal tahun lalu, sumbangsih insan Tzu Chi telah membangkitkan cinta kasih berkesadaran warga setempat. Nepal merupakan tanah kelahiran Buddha. Tahun lalu, relawan kita pergi ke tanah kelahiran Buddha untuk mencurahkan perhatian selama hampir setengah tahun. Pada hari Minggu kedua bulan Mei tahun lalu, para dokter kita juga mengundang bhiksuni setempat mengikuti upacara pemandian rupang Buddha. Meski sebelumnya tidak pernah mengikuti upacara pemandian rupang Buddha, tetapi mereka tetap turut hadir. Dengan begitu, hati mereka bisa lebih tenang meski berada di tengah penderitaan. Keyakinan benar dapat menenangkan hati orang-orang. Saat menggelar upacara pemandian rupang Buddha di Nepal, para dokter kita yang penuh welas asih sangat tersentuh. Mereka bersumbangsih di sana dengan cinta kasih berkesadaran. Upacara pemandian rupang Buddha di Nepal tahun ini sungguh membuat orang sangat tersentuh.

Tzu Chi New York juga memperingati Hari Waisak yang juga merupakan Hari Ibu dan Hari Tzu Chi. Di Amerika Serikat, murid-murid Sekolah Budaya Humanis yang sangat menggemaskan juga memperingati Hari Ibu. Kita juga bisa mendengar perkataan mereka yang sangat menggemaskan.

Kita juga bisa melihat Myanmar. Tahun ini, upacara pemandian rupang Buddha digelar di sebuah sekolah di Yangon yang pembangunannya dibantu oleh Tzu Chi. Kita bisa melihat banyak sramaneri yang sangat menggemaskan yang berasal dari tiga vihara. Mereka juga mengikuti upacara pemandian rupang Buddha. Sekelompok petani dari pedesaan yang jauh juga hadir dengan membawa beras mereka. Lihatlah, butiran beras dapat memenuhi lumbung dan tetesan air dapat membentuk sungai. Dengan menyisihkan segenggam beras setiap kali akan memasak, para petani dapat mengumpulkan banyak beras untuk menolong orang yang lebih kekurangan dari mereka. Dalam pemandian rupang Buddha di Myanmar kali ini, ini merupakan kegiatan yang sangat istimewa. Meski hidup kekurangan, para petani tetap bisa menyisihkan segenggam beras. Ini sungguh membuat orang sangat tersentuh.

Upacara pemandian rupang Buddha di Myanmar tahun ini digelar di Sekolah Menengah Mayangone dan dihadiri oleh banyak orang. Upacara terlihat sangat agung dan menyentuh. Saya sangat bersyukur melihatnya. Banyak wilayah yang menggelar upacara pemandian rupang Buddha.

Di Afrika juga ada banyak negara yang menggelar upacara pemandian rupang Buddha yang sangat agung. Intinya, agama yang merupakan keyakinan benar selalu mengajarkan kebenaran yang tulus dan kebajikan yang setara sehingga dapat menampilkan keindahan dari kerja sama yang harmonis. Inilah yang diajarkan Buddha kepada kita. Upacara Waisak kita juga dihadiri oleh pastor, biarawati, umat muslim, dan lain-lain. Semuanya tak memandang perbedaan agama, ras,dan kewarganegaraan.

Di Indonesia juga demikian. Lihatlah formasi yang menakjubkan ini. Formasi ini terbentuk berkat kerja keras banyak orang. Saya sangat tersentuh melihatnya. Ladang pelatihan yang agung terdapat di setiap tempat. Saya sangat bersyukur.

Melakukan estafet cinta kasih untuk memulihkan sendi kehidupan korban bencana

Mewariskan semangat Waisak dengan cinta kasih berkesadaran

Menjadi orang yang kaya batinnya meski kekurangan secara materi

Menampilkan semangat budaya humanis dengan keindahan dari kekompakan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 11 Mei 2016 

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal  13 Mei 2016

Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -