Ceramah Master Cheng Yen: Menapaki Jalan Bodhisatwa Bersama Buddha
“Meski tidak memiliki uang, Anda juga dapat mencurahkan cinta kasih setiap hari dan berdoa dengan tulus. Dia bilang oke,” kata Sweety Raj, relawan Tzu Chi.
“Saya akan bersumbangsih bagi yang membutuhkan. Setiap kali mendonasikan segenggam beras, saya berdoa dengan tulus. Saya juga membantu tetangga saya dan mengajak mereka untuk mengikuti kegiatan,” kata Pyari Devi, warga.
Lebih dari 50 tahun yang lalu, saya memulai langkah pertama. Saat itu, saya mengimbau orang-orang untuk menyisihkan 50 sen ke dalam celengan bambu setiap hari. Demikianlah kita memulai langkah. Yang menjadi fondasi kita saat itu ialah 30 orang ibu rumah tangga yang menyisihkan 50 sen setiap hari. Sejak saat itulah kita terus melangkah hingga sekarang. Jadi, kita harus bersungguh hati.
Dengan sebuah tindakan yang sederhana, kita mungkin bisa menginspirasi sekelompok demi sekelompok Bodhisatwa. Menjadi Bodhisatwa bukan sekadar memberikan donasi. Sesungguhnya, yang terpenting ialah kesungguhan hati. Orang yang bersungguh hati bukan sekadar tahu bahwa bersumbangsih itu penting.
Kita tahu bahwa bersumbangsih itu penting, tetapi saat orang lain mengajak kita untuk bersumbangsih, kita mungkin berkata, "Saya akan bersumbangsih saat memiliki waktu luang." Saat ada orang yang mengajak kita dan berkata bahwa partisipasi kita sangat dibutuhkan, kita mungkin menjawab, "Saya tahu. Namun, saya tidak punya waktu sekarang. Tunggu saya ada waktu luang kelak." Jadi, meski sudah memahami kebenaran, kita mungkin masih beralasan tidak punya waktu dan menunda untuk bersumbangsih.
Setelah membangkitkan tekad untuk bersumbangsih, seiring berjalannya waktu, tekad ini perlahan-lahan pudar. Kita ingin menginspirasi orang-orang untuk membangkitkan tekad. Jika hati dan pikiran semua orang dapat bersatu, para Bodhisatwa akan muncul di dunia. Kita semua adalah generasi pertama Tzu Chi. Saya berharap cinta kasih Bodhisatwa dapat diwariskan dari generasi ke generasi.

Saya sering berkata bahwa saya selamanya tidak akan meninggalkan Tzu Chi karena sejak membangkitkan tekad, saya terus menyimpan cinta kasih Bodhisatwa dalam kesadaran saya. Dalam pembabaran Dharma selama beberapa waktu sebelumnya, saya menjelaskan tentang kesadaran. Biasanya, yang kita gunakan ialah enam kesadaran. Kita melihat dan mendengar kondisi di sekitar kita. Kalian bisa mengingat kata-kata saya karena telah menyerapnya ke dalam kesadaran kalian.
Setelah meninggalkan Griya Jing Si, kalian akan tetap mengingat apa yang saya katakan hari ini. Jika ada yang melupakan sebagian, ada orang lain yang bisa mengingatkannya kembali. Inilah gunanya kelompok. Jika kita melewatkan sesuatu, orang lain bisa membantu melengkapinya. Jika kita melupakan sesuatu, orang lain juga bisa mengingatkan kita. Tekad pelatihan kita saling bertautan.
Di Jalan Bodhisatwa ini, kita hendaknya bersungguh-sungguh menginspirasi orang-orang. Kondisi batin sangatlah penting. Kini, mendengar Dharma sangatlah mudah karena Dharma sudah terpapar di hadapan kita. Berkat kemajuan teknologi sekarang, kalian bisa mendengar Dharma di rumah setiap hari. Dengan kemajuan teknologi sekarang, suara orang-orang bisa terdengar di rumah setiap orang. Selain mendengar suara, kalian bisa melihat apa yang terjadi di seluruh dunia. Contohnya, bagaimana kita menjalankan misi Tzu Chi.

Saudara sekalian, kita bersumbangsih dengan cinta kasih. Kita semua adalah orang yang penuh berkah. Berhubung dipenuhi berkah, kita bisa bergabung dengan Tzu Chi dan menapaki Jalan Bodhisatwa di dunia. Ini adalah berkah pertama. Berkah kedua ialah kondisi kehidupan kita termasuk cukup baik. Meski harus bekerja setiap hari, setidaknya kita tidak kekurangan makanan. Singkat kata, kita harus menginspirasi lebih banyak orang karena akumulasi tetes demi tetes cinta kasih juga akan membentuk jumlah yang berarti.
Kalian semua bersumbangsih dengan sukacita dan membagikan pengalaman yang penuh kebahagiaan. Inilah yang disebut sukacita dalam Dharma. Tujuan kita bukanlah meraup keuntungan. Kita membangkitkan tekad Bodhisatwa dan mempraktikkan Dharma di dunia dengan penuh cinta kasih. Cinta kasih ini adalah cinta kasih berkesadaran. Tanpa mendengar Dharma, kita tidak akan bisa melihat jalan kebenaran.
Belakangan ini, saya sering menyebut dua kata, yaitu "belajar" dan "sadar". Kita harus mempelajari Jalan Buddha hingga tersadarkan. Tersadarkan berarti melihat Jalan Buddha. Dalam meneladan Buddha, kita harus menapaki Jalan Bodhisatwa. Tanpa menapaki Jalan Bodhisatwa, kita tidak akan bisa dekat dengan Jalan Buddha. Jadi, dalam meneladan Buddha, kita harus terlebih dahulu mempraktikkan Jalan Bodhisatwa. Dengan mempraktikkan Jalan Bodhisatwa, berarti kita menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Usia kehidupan terbatas, tetapi jiwa kebijaksanaan bisa bertahan selamanya.

Dalam kesadaran kita, kita tahu bahwa membawa manfaat bagi semua makhluk hendaknya tak hanya dilakukan di kehidupan sekarang. Mengingat usia saya sekarang, saya tidak bisa tidak memberikan ceramah. Berhubung telah lanjut usia, tidak banyak waktu yang tersisa bagi saya untuk mewariskan ajaran Buddha pada kalian. Saya harus menggenggam setiap momen. Meski tenaga saya sudah terbatas, saya tetap menguras energi untuk memberikan ceramah.
Kalian telah sepenuh hati kembali dari tempat yang jauh untuk mengunjungi saya. Hendaklah kalian sering-sering berkunjung dan memperpanjang jalinan kasih sayang Tzu Chi. Di masa mendatang, jiwa kebijaksanaan saya akan menjadi jiwa kebijaksanaan kalian karena kalian melakukan apa yang ingin saya lakukan dan mewariskan semangat dan cinta kasih saya dari generasi ke generasi.
Setelah pergi, saya akan segera kembali. Kalian pun harus berikrar untuk bersumbangsih dari kehidupan ke kehidupan. Dengan pewarisan dari generasi ke generasi, kita akan terjun ke tengah masyarakat dari kehidupan ke kehidupan. Dengan terus menghimpun jalinan jodoh, kelak kita akan tetap bersama-sama menapaki Jalan Bodhisatwa.
Buddha datang ke dunia karena adanya jalinan jodoh untuk membimbing semua makhluk. Ini bukan hanya dilakukan satu kehidupan, melainkan dari kehidupan ke kehidupan. Buddha telah berulang kali datang ke dunia. Dahulu, kita juga menapaki Jalan Bodhisatwa bersama Buddha. Buddha berjalan di depan dan kita berada di belakang. Dari kehidupan ke kehidupan, kita terus menapaki Jalan Bodhisatwa untuk membawa manfaat bagi dunia.
Membangkitkan tekad untuk mempraktikkan Dharma
Memperoleh sukacita dalam Dharma dengan membimbing orang banyak
Menapaki Jalan Bodhisatwa bersama Buddha
Meneruskan jiwa kebijaksanaan hingga selamanya
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 28 Agustus 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 30 Agustus 2025