Ceramah Master Cheng Yen: Menapaki Jalan Bodhisatwa Dengan Tekad yang Teguh

“Mungkin karena jalinan jodoh di kehidupan lampau, kini saya bisa mengenal Tzu Chi serta melatih diri dan berbuat baik. Saya berikrar menjadi relawan Tzu Chi dan bersumbangsih bersama Master Cheng Yen dan keluarga besar Tzu Chi,” kata U Mya Aye, relawan Tzu Chi Myanmar.

“Dalam kelas hari ini, saya tersentuh oleh kisah yang dibagikan relawan. Saya akan menggunakan kekuatan cinta kasih saya untuk menginspirasi lebih banyak orang menyisihkan segenggam beras setiap hari,” kata Kyi Kyi San, relawan Tzu Chi Myanmar.

“Dalam pembagian bantuan, saya merasakan bahwa insan Tzu Chi bukan hanya memberi bantuan, tetapi juga merasakan penderitaan kami dan memberikan kekuatan cinta kasih. Setelah mengikuti pelatihan relawan, saya berharap dapat mengikuti langkah Master Cheng Yen untuk bersumbangsih dengan cinta kasih,” kata Myint Myint San, relawan Tzu Chi Myanmar lainnya.

Bodhisatwa sekalian, saya sangat gembira melihat kalian mengenal Tzu Chi dan mengikuti pelatihan relawan. Kalian sangat bersungguh hati dan memiliki ikrar yang teguh. Saya sangat gembira.

Tzu Chi telah berdiri setengah abad lebih. Teringat hal ini, saya mengingatkan diri sendiri bahwa saya telah berusia lanjut dan tidak punya cukup waktu. Saya sungguh ingin melihat lebih banyak orang mengenal Tzu Chi dan menjadi Bodhisatwa dunia.

Sesungguhnya, saya terus merasa bahwa saya sudah tidak punya cukup waktu. Namun, saya selalu menggenggam waktu untuk melakukan hal yang benar. Asalkan sesuatu itu benar, maka lakukan saja.

Kita harus menerapkan Dharma dalam kehidupan sehari-hari dan menapaki Jalan Bodhisatwa di dunia. Di seluruh dunia, ada banyak orang yang membutuhkan bantuan, juga ada banyak orang yang bersedia bersumbangsih. Inilah yang disebut Bodhisatwa dunia. Mereka menjangkau orang-orang yang menderita.


Bodhisatwa datang ke dunia ini untuk menjangkau makhluk yang menderita. Contohnya rumah sakit. Berhubung manusia mengalami fase lahir, tua, sakit, dan mati maka dibutuhkan rumah sakit. Berhubung manusia bisa jatuh sakit maka dibutuhkan dokter. Misi para dokter ialah memperhatikan orang-orang di dunia ini, bukan hanya pasien, melainkan orang-orang di seluruh dunia. Mereka mendedikasikan hidup mereka untuk bersumbangsih bagi dunia.

Buddha mengajari kita untuk melapangkan hati hingga bisa merangkul alam semesta. Apa pun yang terjadi, kita tetap bisa melapangkan hati hingga bisa merangkul alam semesta.

Jika ada orang yang terbebas dari kesulitan karena bantuan kita, berarti kita telah mengembangkan nilai kehidupan. Untuk mengembangkan nilai kehidupan seperti ini, kita membutuhkan ajaran Buddha. Lewat ajaran Buddha, kita bisa menemukan jalan. Contohnya bencana banjir 8 Agustus.

Saya sangat bersyukur kita hanya menggunakan waktu 88 hari, bukan 8 bulan lebih, untuk merampungkan pembangunan lebih dari 700 unit rumah permanen di Shanlin. Selama bertahun-tahun ini, setiap kali terjadi gempa bumi besar, saya akan meminta relawan kita untuk memeriksa kondisi di sana. Beruntung, bangunannya baik-baik saja. Jika terjadi banjir karena hujan deras, saya juga meminta relawan memeriksanya. Bangunan di sana juga bebas dari banjir. Saat topan menerjang, bangunan di sana juga baik-baik saja.

Setelah bertahun-tahun, saya bisa merasa tenang. Yang lebih menakjubkan ialah pada musim panas, suhu di luar bangunan 30-an derajat Celsius, tetapi di dalam hanya 20-an derajat Celsius. Ini sungguh menakjubkan. Kita menggunakan metode pembangunan yang berbeda.


Intinya, para korban bencana dapat hidup tenteram dan sejahtera. Mereka juga bisa mencari nafkah dengan membuat kerajinan tangan tradisional. Kita mempekerjakan ahlinya untuk mengajari mereka membuat kerajinan tangan. Mereka juga memiliki sanggar kerajinan.

Kita membantu warga yang pindah dari pegunungan agar mereka dapat hidup tenteram dan sejahtera serta memiliki mata pencaharian. Ada begitu banyak Bodhisatwa yang bergerak untuk merampungkan pembangunan lebih dari 700 unit rumah permanen dalam waktu 88 hari agar warga dapat pindah sebelum Tahun Baru Imlek. Ini merupakan suatu keajaiban. Para Bodhisatwa dunia menghimpun kekuatan bersama sehingga bisa segera memberikan bantuan pascabencana. Inilah yang Tzu Chi lakukan selama ini.

Demikianlah kita menerapkan kebijaksanaan Buddha dalam keseharian. Inilah yang disebut menerapkan Dharma dalam kehidupan sehari-hari. Buddha mengajari kita bahwa dalam melakukan sesuatu, kita harus mempertimbangkannya secara cermat dari segala aspek. Kita harus menerapkan Dharma dalam kehidupan sehari-hari dan menapaki Jalan Bodhisatwa di dunia.

Bodhisatwa sekalian, para Buddha dan Bodhisatwa datang ke dunia ini untuk membimbing kita dengan memberikan teladan. Kita harus menghormati para Buddha dan Bodhisatwa. Tanpa teladan para Buddha dan Bodhisatwa, kita tidak akan bisa mempelajari Dharma. Jadi, kita harus tulus menyerap Dharma ke dalam hati dan mempraktikkannya dalam keseharian. Inilah yang disebut menerapkan Dharma dalam keseharian.

Kita juga harus menapaki Jalan Bodhisatwa di dunia. Bodhisatwa bukanlah patung tanah liat atau kayu. Itu bukanlah Bodhisatwa. Dengan tubuh yang diberikan orang tua, kita semua bisa menjadi Bodhisatwa dengan menolong orang-orang yang membutuhkan.

Sesungguhnya, kita hendaknya senantiasa mengingat bahwa dalam kehidupan kita, setiap detik tidak ada duanya.  Karena itu, kita harus menggenggam setiap momen karena sebersit niat bisa timbul dalam sedetik.

 

Tzu Chi telah berdiri setengah abad lebih. Tzu Chi juga berasal dari sebersit niat yang timbul dalam sedetik. Jika saya tidak menggenggam momen itu dan mempertahankan niat yang timbul, maka tidak akan ada Tzu Chi sekarang. Jadi, setiap detik tidak ada duanya. Setiap hari, detik demi detik terus berlalu. Karena itu, kita harus menghargai waktu.

Saat sebersit niat timbul dan itu benar, maka lakukan saja. Kita harus menggenggamnya karena itu mungkin akan menjadi arah tujuan kita. Jadi, kita harus menggenggam saat ini dan mempertahankan tekad hingga selamanya. Jika bisa menggenggamnya, ia akan bertahan selamanya. Demikianlah para Buddha dan Bodhisatwa menggenggam jalinan jodoh untuk berulang kali datang ke dunia ini demi menolong makhluk yang menderita.

Kita harus menggenggam setiap momen dan mempertahankannya hingga selamanya. Jadi, kita harus membangun tekad dan mempertahankannya hingga selamanya. Dengan menyatakan berlindung kepada Buddha, kita berharap semua makhluk memahami Jalan Agung dan bertekad mencapai Kebuddhaan. Inilah semangat Bodhisatwa yang tertinggi. Inilah tujuan kita menyatakan berlindung kepada Buddha. Dengan menyatakan berlindung kepada Dharma, kita menghapus pikiran pengganggu dan berfokus menyelami Dharma.

Dharma sangat bermanfaat bagi kita untuk mengembangkan kebijaksanaan guna membimbing semua makhluk. Saya sangat bersyukur dan berharap setiap orang dapat menapaki Jalan Bodhisatwa di dunia dengan kesatuan tekad. Mari kita menerapkan Dharma dalam kehidupan sehari-hari dan menapaki Jalan Bodhisatwa di dunia. Mari kita menggenggam saat ini untuk menapaki Jalan Bodhisatwa dan melakukan hal yang benar. Semoga semua orang dapat membina berkah sekaligus kebijaksanaan. Terima kasih.

Bodhisatwa dunia bersumbangsih di tengah masyarakat
Menolong semua makhluk dengan kelapangan hati
Menyerap Dharma ke dalam hati dan mempraktikkannya dalam keseharian
Mempertahankan sebersit niat hingga selamanya

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 25 Agustus 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, 
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 27 Agustus 2019
Jangan menganggap remeh diri sendiri, karena setiap orang memiliki potensi yang tidak terhingga.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -