Ceramah Master Cheng Yen: Menapaki Jalan Bodhisatwa

Kita dapat melihat keindahan dari kebajikan dan cinta kasih di Kabupaten Nantou, Taiwan.  Saya masih ingat bahwa relawan Tzu Chi pertama di Kabupaten Nantou adalah Bapak Xu. Ia mengajak sekelompok orang untuk menyalurkan bantuan di seluruh Nantou, baik di wilayah pegunungan maupun pedesaan. Mereka memikul tanggung jawab untuk menyalurkan bantuan kepada orang kurang mampu. Setiap bulan, mereka mengantar bantuan minyak makan, garam, beras kepada warga kurang mampu. Saat melihat ada warga jatuh sakit, mereka akan mengantar warga pergi berobat. Jika ada warga yang menderita penyakit parah, menderita sakit tulang, dan lain-lain, mereka akan membawa warga dari wilayah barat ke timur Taiwan untuk berobat.

Selama 50 tahun ini, Tzu Chi bersumbangsih di Taiwan dengan penuh cinta kasih. Meski harus menempuh perjalanan yang jauh dan sulit, setiap orang tetap tidak gentar. Setiap orang rela melintasi gunung dan bukit demi menyalurkan bantuan.

Tanggal  21 September 1999, saat Taiwan diguncang gempa dahsyat, anggota komite kita yang pergi ke Nantou menelepon saya dan berkata, “Master, apakah boleh meminta RS Tzu Chi untuk mengirimkan 500 kantong jenazah?”Saya pun segera menghubungi RS Tzu Chi untuk meminta mereka menyiapkannya. Tidak lama setelah menghubungi rumah sakit, saya menerima panggilan telepon yang kedua, “Master, kami membutuhkan tambahan 1.000 kantong jenazah.” Saya pun segera kembali menghubungi pihak rumah sakit. Saat panggilan telepon yang ketiga kali, mereka berkata kepada saya, “Master, kami meminta tambahan 1.000 kantong jenazah lagi.” Secara keseluruhan, mereka meminta 2.500 kantong jenazah.

Hingga sore hari, Chun-zhi menelepon saya dan berkata, “Master, bisakah Master mengirimkan dua buah peti kemas pendingin? Karena khawatir jenazahnya membusuk, kami harus mendinginkannya.” Karena itu, Relawan Lee Tsung-chi segera mengirimkan dua buah peti kemas pendingin dari Keelung. Tenaga medis kita juga mulai bergerak untuk menyalurkan bantuan.

Saya berada di Taichung selama satu bulan lebih untuk memantau penyaluran bantuan setiap hari. Anggota komite di seluruh Taiwan berkumpul di Taichung untuk berdiskusi bagaimana cara memberi penghiburan. Mereka mendampingi anggota komite Taichung untuk memberikan penghiburan, mengantarkan bantuan makanan, dan lain sebagainya.

Demi menyalurkan bantuan, anggota komite di seluruh Taiwan berkumpul bersama di Taichung. Selain anggota komite, para anggota Tzu Cheng juga berkumpul untuk membantu. Selama masa itu, setiap hari sebelum mereka berangkat untuk memberikan bantuan, saya selalu berbicara dengan mereka. Suatu hari, saya berkata kepada mereka, “Kepedihan saya tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Segala yang terlihat selama beberapa hari ini sungguh membuat saya sedih. Tak lagi yang dapat saya katakan. Harap kalian membangkitkan kesungguhan hati, cinta kasih, dan ketulusan untuk memberi bantuan. Gunakanlah hati Bodhisatwa untuk menyalurkan bantuan di setiap tempat. Setiap orang di dunia adalah keluarga kita. Gunakanlah cinta kasih kalian yang tulus untuk memberi bantuan dan penghiburan. Berempatilah terhadap para korban.” Selama masa itu, setiap orang bersumbangsih dengan penuh kesungguhan hati.

Selain itu, pascagempa, sekolah yang roboh juga sangat banyak. Karena itu, ada dua hal yang harus segera kita benahi. Pertama, segera pulihkan kehidupan warga setempat; kedua, segera bangun kembali sekolah yang rusak.

Usia pendidikan anak sangat terbatas. Kita jangan menunda pendidikan anak. Karena itu, kita segera membangun kembali sekolah yang rusak. Dalam waktu 2 tahun, kita membangun 50 gedung sekolah. Kini, jika berkunjung ke Taiwan tengah dan melewati wilayah sana, sekolah-sekolah itu masih terlihat baru. Teringat saat itu, karena tidak tega melihat korban bencana tinggal di tenda, kita segera membuat perencanaan. Saya juga sangat berterima kasih kepada bapak bupati yang saat itu segera menyediakan lahan bagi kita untuk membangun Perumahan Cinta Kasih bagi para korban bencana.

Selama lebih kurang dua tahun, secara berangsur-angsur warga sudah selesai merenovasi rumah mereka, ada warga yang sudah menemukan rumah baru, ada pula warga yang sudah membangun kembali rumahnya. Karena itu, dua tahun lebih kemudian, satu per satu warga pindah ke rumah masing-masing. Kita berusaha menenangkan raga, menenteramkan hati, dan memulihkan kehidupan para warga. Inilah yang terjadi saat pascagempa 21 September 1999 lalu. Saya yakin para warga di Nantou masih mengingatnya.

Pada bulan April 2015 lalu, Nepal juga diguncang gempa dahsyat. Relawan Tzu Chi juga berangkat ke Nepal untuk membantu di tanah kelahiran Buddha. Para dokter dan relawan kita bersumbangsih di sana selama sekitar 6 bulan. Kini, kita tengah membuat perencanaan untuk membantu rekonstruksi sekolah di Nepal. Untuk menggarap proyek ini, kita mengundang arsitek Filipina ke Nepal. Kini mereka berada di Nepal. Kita ingin membantu membangun sekolah tinggi dan menengah di sana. Inilah cara kita membalas budi Buddha.

Sesungguhnya, ini adalah kali kedua kita menyalurkan bantuan ke Nepal. Bantuan kita yang pertama adalah  pada tahun 1993. Lebih dari 20 tahun lalu, Nepal dilanda banjir besar. Saat itu, kita juga menyalurkan bantuan dan membangun 1.800 unit rumah di sana.

Pada bulan April tahun lalu, saat Nepal dilanda gempa dahsyat, relawan kita juga pergi ke sana, kondisi perumahan yang kita bangun tetap sangat baik. Hanya ada dua rumah yang ujung jendelanya sedikit retak, sisanya sangat baik. Saat relawan Tzu Chi tiba di sana, para warga di desa segera mendekat dan berkata, “Tzu Chi. Tzu Chi dari Taiwan.” Inilah hasil dari benih yang kita tabor pada lebih dari 20 tahun lalu.

Saat melihat orang-orang mendekat, seorang anak laki-laki yang berusia 12 tahun ikut mendekat dan bertanya, “Kalian berasal dari mana?” Relawan kita menjawab, “Kami berasal dari Taiwan.” Anak itu menjawab, “Mana mungkin. Desa kamilah yang bernama Taiwan,” jawab anak itu. Ini karena desa mereka diberi nama Desa Tzu Chi Taiwan.

Bodhisatwa sekalian, kekuatan cinta kasih kita terus dipupuk sejak 50 tahun lalu. Demikianlah kita terus membentangkan jalan cinta kasih hingga ke seluruh dunia untuk selamanya. Selama jangka waktu yang panjang ini, kita terus membentangkan jalan setapak demi setapak. Jalinan kasih sayang ini harus kita pertahankan untuk selamanya.

Sejak 50 tahun lalu hingga kini, kita terus mewariskan cinta kasih penuh kesadaran.Kita membentangkan setiap inci jalan dengan penuh cinta kasih dan mempertahankan jalinan kasih sayang untuk selamanya.

Tak gentar bekerja keras demi membantu warga yang kurang mampu dan menderita penyakit.
Menghibur luka batin para korban bencana
Menenangkan raga, menenteramkan hati, dan memulihkan kehidupan
Menapaki Jalan Bodhisattva dengan cinta kasih penuh kesadaran

Sumber: Ceramah Master Cheng Yen tanggal 21 Januari 2016
Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan di DAAI TV Indonesia tanggal 23 Januari 2016

Tiga faktor utama untuk menyehatkan batin adalah: bersikap optimis, penuh pengertian, dan memiliki cinta kasih.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -