Ceramah Master Cheng Yen: Menapaki Jalan Kebajikan dan Memahami Prinsip Kebenaran

“Yang membawa pengaruh besar bagi saya adalah salah satu Kata Renungan Jing Si yang berbunyi, “Jangan meremehkan diri sendiri, setiap orang memiliki potensi yang tak terhingga.” Saya berdagang pakaian di pusat perbelanjaan bawah tanah hingga membuka delapan toko. Namun, terjadi kebakaran yang membuat saya kehilangan segalanya. Saat itu, saya bahkan memiliki utang. Karena itu, saya setiap hari bekerja siang dan malam. Saya tidur kurang dari tiga jam sehari. Saya sangat bekerja keras. Saya terus bekerja demi melunasi utang-utang saya,” ujar seorang warga yang mengalami kebakaran.

Kita bisa melihat kisah hidup Bodhisatwa ini. Dia mengalami berbagai pukulan dan kesulitan dalam hidupnya. Saat dia bisa menghasilkan banyak uang, terjadi kebakaran yang membuatnya menanggung utang hingga puluhan juta dolar NT. Beban ini sangat berat baginya. Berkat adanya jalinan jodoh, dia mengenal Tzu Chi sehingga bisa mengubah pola pikirnya.

“Suatu hari, pemilik toko di sebelah saya berkata pada saya bahwa kabarnya, setelah melakukan perjalanan ke Griya Jing Si Hualien, kehidupan kita akan berubah sepenuhnya. Dalam perjalanan menuju Hualien, saya mendengar banyak relawan berbagi kisah. Saya lalu berpikir, “Apakah menghasilkan uang adalah satu-satunya tujuan hidup saya?” Saat itu saya merasa bahwa saya seharusnya melakukan sesuatu yang lebih bermakna. Semuanya bermula dari saat itu,” ujarnya lebih lanjut.

Perjalanan itu mengubah pola pikirnya dan dia mulai berintrospeksi diri, “Untuk apa saya begitu bekerja keras? Apa tujuan saya?” Perlahan-lahan, dia mengubah pola pikirnya. Setelah meninggalkan Hualien, dia mulai bergabung dengan Tzu Chi. Dia juga tahu bahwa tangan manusia memiliki potensi yang tak terhingga. Dia mulai membimbing orang-orang di sekitarnya untuk membuat kerajinan tangan. Mereka mengumpulkan kertas daur ulang, lalu membuat kerajinan tangan dengan sepenuh hati.

doc tzu chi

“Selamat pagi, Bu Guru, Ibu Wen-rou, dan Ibu Shu-hui,” salam para murid.

“Selamat pagi, semuanya. Silakan duduk,” jawab Wen Qing-yun

Relawan Tzu Chi.

“Terima kasih,” kata murid-murid.

“Saya telah melihat para malaikat cilik kita membuat kartu ucapan yang sangat indah. Apakah kita mengeluarkan biaya untuk membuat kartu ucapan ini?” tanya Wen Qing-yun.

“Tidak,” jawab anak-anak itu.

“Apa yang kita gunakan untuk membuatnya?,” tanya Wen Qing-yun.

“Koran. Memanfaatkan barang yang sudah tidak dipakai. Barang yang sudah tidak dipakai bisa digunakan untuk membuat kartu ucapan,” sahut anak-anak.

doc tzu chi

Kita berharap anak-anak memahami bahwa saat kita sedang belajar melakukan daur ulang dengan baik, kita juga belajar menjadi orang yang baik. Mengapa saya berkata demikian? Karena lewat daur ulang, kita belajar berhemat. Berhemat berarti mengubah barang yang tidak berguna menjadi barang yang berguna. Dari sinilah kita mulai berhemat. Barang-barang yang kita daur ulang harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Berhemat bukan berarti menyimpan uang, lalu berfoya-foya dengannya,” kata Wen Qing-yun, relawan Tzu Chi.

“Pendidikan tidak bisa ditunda dan harus dimulai dari usia dini. Jika bisa membimbing satu keluarga dengan baik, maka beban masyarakat akan berkurang. Selain itu, keluarga yang kita bimbing ini juga bisa membawa pengaruh positif bagi keluarganya lainnya,” lanjut Wen Qing-yun.

Dalam kelas kerajinan tangan, dia juga berbagi Kata Renungan Jing Si. Dia berbagi prinsip kebenaran untuk membimbing semua makhluk. Lihatlah, meski sebagian besar sudah lansia, tetapi mereka sangat terampil dan bisa membuat kerajinan tangan yang indah. Saya sangat gembira melihatnya. Dia juga membimbing anak-anak di sekolah hingga menginspirasi orang tua mereka.

Dia memanfaatkan berbagai kesempatan untuk berbagi prinsip kebenaran dengan sesama. Jangan meremehkan diri sendiri, setiap orang memiliki potensi yang tak terhingga. Kata Renungan Jing Si yang sederhana ini saja bisa menginspirasinya untuk membimbing begitu banyak orang. Karena itu, kita harus bersungguh hati.

doc tzu chi

Masyarakat kita bisa dibimbing dengan prinsip kebenaran. Begitu pula dengan masyarakat di negara-negara lain. Pada hakikatnya, sifat manusia adalah bajik. Kita bisa menggunakan prinsip kebenaran untuk membimbing orang-orang di setiap negara. Kita bisa melihat di Meksiko, tim tanggap darurat Tzu Chi gelombang kedua melanjutkan misi penyaluran bantuan kita. Relawan kita berkunjung dari rumah ke rumah untuk memahami kondisi bencana.

Pada saat yang sama, mereka juga memperkenalkan Tzu Chi sehingga menginspirasi warga setempat. Pemerintah setempat juga mendukung Tzu Chi dengan menyediakan sebuah stan agar relawan kita bisa memperkenalkan Tzu Chi. Selama beberapa waktu ini, relawan kita menggunakan tempat di gereja. Ada seorang pastor yang menawarkan gerejanya untuk keperluan insan Tzu Chi.

Setiap hari, relawan kita bisa berkumpul dan mengadakan rapat di sana. Relawan kita juga mengadakan pelatihan relawan di sana. Laporan yang saya terima kemarin sungguh membuat saya sangat terhibur. Ada banyak orang yang berpartisipasi. Salah satunya adalah seorang tokoh masyarakat. Dia berkata bahwa setelah turut berpartisipasi, dia mendapati bahwa ternyata, yang dibutuhkan orang-orang adalah cinta kasih dan perhatian. Curahan perhatian yang penuh cinta kasih dapat membuat orang-orang tersenyum.

Saya juga mendengar bahwa ada seorang perempuan yang berinisiatif mencari insan Tzu Chi. Dia menawarkan rumahnya yang luas kepada insan Tzu Chi untuk mandi, makan, minum, mengadakan rapat, dan sebagainya. Ada pula seorang Bodhisatwa lansia yang bersiteguh mengundang insan Tzu Chi ke rumahnya. Dia telah berusia 80 tahun lebih. Dia berkata bahwa jika dibutuhkan, dia juga bersedia berpartisipasi. Bodhisatwa lansia ini sangat menggemaskan.

Kita harus mengubah kerisauan menjadi cahaya mentari yang cemerlang. Bencana telah terjadi. Kini, yang terpenting adalah mengubah pola pikir agar warga setempat kembali memiliki harapan. Setelah warga setempat memahami hal ini, kita bisa melihat mereka kembali memiliki harapan. Inilah Dharma. Pada zaman sekarang, dunia dipenuhi bencana. Kita harus segera menenangkan korban bencana dan membimbing mereka mengubah pola pikir untuk mengubah rasa pahit menjadi rasa manis.

Inilah cara mempraktikkan Dharma pada zaman sekarang. Saya sangat bersyukur dan tersentuh. Insan Tzu Chi adalah Bodhisatwa dunia yang memiliki cinta kasih berkesadaran. Berhubung telah menyerap Dharma dan tersadarkan, kita rela bersumbangsih. Di tengah masyarakat, insan Tzu Chi bersumbangsih dengan tulus. Kita telah mengembangkan nilai hidup kita. Kita harus terus melangkah maju dengan kesungguhan hati.

Mengubah pola pikir dan memulai pola hidup sederhana
Membimbing ke jalan kebajikan dengan Kata Renungan Jing Si
Mengadakan pelatihan relawan, melakukan survei, dan membawa harapan bagi korban bencana
Berinisiatif mendukung penyaluran bantuan dan memahami prinsip kebenaran

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 24 Oktober 2017

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 26 Oktober 2017
Beramal bukanlah hak khusus orang kaya, melainkan wujud kasih sayang semua orang yang penuh ketulusan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -