Ceramah Master Cheng Yen: Menciptakan Kebaikan dan Berkah bagi Dunia

Dalam insiden ledakan di Ba-xian Water Park kali ini, saat melihat anak-anak yang menjadi korban, hati saya sungguh sangat sedih. Namun, mereka semua tetap memiliki rasa syukur. Mendengar mereka semua terus berterima skasih kepada insan Tzu Chi, saya pun terpikir bahwa saya juga harus berterima kasih kepada para relawan Tzu Chi yang penuh kebajikan dan cinta kasih ini.

Pada malam insiden tersebut terjadi, insan Tzu Chi sudah bergerak. Insan Tzu Chi turun membantu setiap hari dengan jumlah relawan yang bergerak mencapai lebih dari dua puluh ribu orang. Mereka mendampingi para korban di RS setiap hari, berusaha memenuhi segala kebutuhan mereka, dan memberikan segala bantuan yang diperlukan. Para relawan dari berbagai bagian turut bergerak. Inilah pendampingan insan Tzu Chi.

Terlebih lagi, pada saat-saat itu, saya terus menyerukan bahwa yang menderita bukan hanya anak-anak yang menjadi korban. Para tenaga medis yang bertugas untuk mengganti obat atau perban dan mendengar keluhan pasien setiap hari juga menghadapi masa-masa yang sulit. Karena itu, saya terus berkata kepada insan Tzu Chi untuk menghibur keluarga korban dan juga mengingatkan mereka untuk berterima kasih kepada para tenaga medis.

Saya berharap para keluarga pasien paham bahwa para dokter juga tengah berjuang keras untuk membantu pasien keluar dari ancaman kematian dan memulihkan kembali kehidupan mereka. Mungkin keluarga korban tidak tahu akan hal ini, maka kita harus memberi tahu mereka. Jadi, kita harus membimbing keluarga korban untuk dapat berterima kasih kepada para tenaga medis. Selama berbulan-bulan, para relawan terus mendampingi keluarga korban hingga keluarga korban  dapat mengucapkan terima kasih saat bertemu para tenaga medis.

Pada saat-saat itu, Tzu Chi juga terus mengadakan acara doa bersama di seluruh dunia. Para keluarga korban juga berkata kepada saya bahwa mereka berterima kasih kepada yang telah mendoakan mereka. Inilah yang telah insan Tzu Chi berikan kepada para korban dan keluarganya.

Seorang anak juga berkata bahwa doa dari seluruh dunia membawa semangat baginya. Awalnya, dia ingin menyerah karena merasa meski hidup, dia sangat menderita. Terlebih lagi, kekasihnya juga tidak tertolong. Jadi, dia merasa tiada gunanya lagi dia hidup. Dia terus bertanya di dalam hati mengapa dia selamat dan masih hidup, tetapi harus mengalami penderitaan hebat seperti itu. Dia terus berpikir untuk menyerah. Namun, teringat orang-orang dari seluruh dunia yang terus mendoakannya, dia sadar bahwa dia tidak boleh menyerah.

Inilah yang dia katakan kepada saya hari itu. Melihat insan Tzu Chi mengerahkan segenap tenaga dan pikiran untuk bersumbangsih dengan ketulusan dan cinta kasih, saya sungguh berterima kasih. Kebajikan dan cinta kasih insan Tzu Chi didasari oleh hati yang tulus.

"Ketulusan jalinan kasih sayang antarsesama membawa kebaikan bagi dunia; pendidikan moral dan kesadaran lingkungan menciptakan masyarakat yang penuh berkah." Ini sungguh-sungguh telah kita terapkan. Dengan kasih sayang yang tulus, insan Tzu Chi terus bersumbangsih.

Contohnya di Malaysia. Awal tahun ini, Malaysia dilanda banjir besar. Dapat dikatakan setengah dari wilayah Malaysia terendam banjir. Dalam bencana kali ini, para relawan bergerak untuk membersihkan sebuah sekolah Islam yang terendam banjir. Saat relawan Tzu Chi ingin membantu pembersihan, warga setempat merasa sedikit ragu apakah benar sebuah organisasi Buddhis bersedia membantu mereka membersihkan sekolah.

Para relawan pun melakukan pendekatan kepada warga dengan penuh ketulusan hingga mereka tersentuh dan mengizinkan kita untuk membersihkan sekolah serta masjid mereka. Prosesnya sungguh menarik. Kita telah melihat ketulusan kasih sayang insan Tzu Chi telah mendobrak pagar pemisah antarmanusia sehingga tidak ada lagi keraguan atau kecurigaan.

Insan Tzu Chi bahkan diundang ke sebuah kuil Hindu untuk memperkenalkan Tzu Chi kepada lebih dari lima ratus warga keturunan India. Setelah para relawan memperkenalkan Tzu Chi, lebih dari lima ratus orang bersedia menjadi donatur. Namun, mereka bukan ingin menghimpun donasi, melainkan ingin memperkenalkan apa saja yang telah Tzu Chi lakukan di seluruh dunia dan bagaimana sedikit demi sedikit dana yang kecil dapat terhimpun untuk mewujudkan kebajikan besar.

Mendengarnya, lebih dari lima ratus orang meminta celengan bambu untuk dibawa pulang. Saya merasa gembira bukan karena orang-orang mau berdonasi, melainkan karena semua orang bersatu hati. Orang India, orang Melayu, orang Tionghoa, semuanya bersatu hati dan saling berbagi rasa kasih sayang yang murni. Sifat hakiki manusia sungguh indah.

Selain itu, kita juga melihat jauh di Turki, para relawan mencurahkan perhatian kepada para pengungsi dari Suriah. Kita memberikan dana santunan untuk kebutuhan hidup keluarga para pekerja anak agar anak-anak tidak perlu bekerja dan dapat bersekolah. Mengapa kita melakukan itu? Pemikiran saya adalah berharap kita dapat melenyapkan benih kebencian di dalam diri mereka berhubung anak-anak ini, di usia yang masih muda, harus ikut mengungsi, melewati jalan berlumpur, dan menahan dinginnya salju bersama keluarga mereka. Sebagian dari mereka bahkan meninggal di tengah perjalanan. Masa kecil mereka begitu penuh darah dan air mata.

Di pengungsian mereka juga tidak bersekolah, melainkan harus bekerja. Berapa tahun lagi mereka harus menjalani kehidupan seperti ini? Akankah benih kebencian terus terpupuk di dalam batin anak-anak ini? Setelah besar nanti, akan menjadi orang seperti apakah mereka? Saya tak berani membayangkan akan seperti apa masa depan mereka. Dengan banyaknya penderitaan yang mereka alami, jika di dalam batin anak-anak ini terpupuk rasa dendam dan kebencian, maka akibatnya akan sangat menakutkan. Karena itu, kita ingin segera membantu anak-anak itu untuk dapat bersekolah dengan memberikan dana kebutuhan hidup untuk keluarga mereka sebagai ganti dari upah para pekerja anak itu.

Para relawan dari Taiwan juga telah pergi ke sana untuk membimbing warga setempat dan membangkitkan cinta kasih mereka dengan harapan seluruh anggota masyarakat di sana dapat melihat kehangatan dari kekuatan cinta kasih.

Anak-anak berkumpul di depan kelas dan berkata, “Terima kasih, Taiwan! Terima kasih, Tzu Chi! Saya cinta Taiwan! Saya Cinta Tzu Chi!”

Kini kita bisa melihat senyuman anak-anak itu, melihat mereka kini sudah bisa bersekolah, melihat mereka begitu berterima kasih. Mereka bisa menyampaikan terima kasih dan rasa cinta terhadap Taiwan. Mereka juga menyampaikan terima kasih dan rasa cinta terhadap Tzu Chi. Saat akan pulang ke Taiwan, para relawan merasa berat berpisah dengan mereka.

Setelah mengadakan pembagian bantuan dan menghadiri upacara peresmian sekolah, relawan juga mengunjungi keluarga anak-anak ini. Para relawan membagi diri ke dalam kelompok dan melakukan kunjungan kasih. Para orang tua pun sangat berterima kasih terhadap Tzu Chi dan Taiwan.

Kebencian telah berubah menjadi rasa syukur. Kebajikan dan cinta kasih insan Tzu Chi telah mendamaikan batin mereka. Semoga insan Tzu Chi di seluruh dunia terus mengembangkan kasih sayang yang tulus dan memberi keteladanan yang nyata. Dengan begitu, barulah dunia akan dipenuhi kebaikan dan masyarakat akan penuh berkah. Inilah yang harus terus kita usahakan bersama.

Mendampingi pasien dengan ketulusan dan empati

Cinta kasih tidak membeda-bedakan agama

Proyek harapan menebarkan benih kebajikan

Menciptakan kebaikan dan berkah bagi dunia

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 15 November 2015

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 13 November 2015

Dengan keyakinan, keuletan, dan keberanian, tidak ada yang tidak berhasil dilakukan di dunia ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -