Ceramah Master Cheng Yen: Menciptakan Tanah Suci Bodhisatwa di Dunia

“Presiden mengimbau masyarakat Tionghoa untuk tidak beramai-ramai merayakan Tahun Baru Imlek tahun ini. Rayakan saja di rumah masing-masing. Jika ingin bersilaturahmi, bisa dilakukan secara virtual. Setelah mendengar kabar ini, saya menghubungi perhimpunan Tionghoa lainnya dan menyarankan untuk mengubah acara perayaan Imlek menjadi kegiatan amal,” kata Sugianto Kusuma wakil ketua Tzu Chi Indonesia.

“Pada enam bulan pertama tahun 2020, pendapatan negara menurun. Selain itu, banyak warga yang hidup dalam kesulitan. Setelah mendengar kabar ini, saya, Bapak Franky O. Widjaja, dan beberapa pengusaha lain mengadakan rapat. Dalam rapat itu, saya menyarankan untuk membagikan sejuta paket bantuan di seluruh Pulau Jawa karena dampak pandemi COVID-19 di Pulau Jawa lebih serius,” lanjutnya.


“Saya lalu melaporkannya kepada Presiden. Saya berkata bahwa relawan Tzu Chi harus terjun secara langsung untuk membagikan bantuan agar warga dari ras yang berbeda-beda, yakni Tionghoa dan ras lainnya di Indonesia, dapat berinteraksi dalam kesempatan ini. Beliau sangat gembira mendengarnya dan berkata bahwa beliau merasa tenang jika Tzu Chi yang memimpin kegiatan ini. Begitu kabar ini disebarkan, banyak pengusaha yang merespons. Mereka menyumbangkan uang kepada Tzu Chi dan Tzu Chi membeli beras untuk dibagikan,” pungkasnya.

Kita bisa melihat kegiatan amal di Indonesia. Ada beberapa grup perusahaan yang bekerja sama. Betapa besarnya kekuatan yang terhimpun. Mereka memberikan bantuan kepada sejuta keluarga yang membutuhkan. Sejuta keluarga sangatlah banyak. Para pengusaha dermawan ini juga turut berpartisipasi untuk membagikan bantuan secara langsung. Mereka telah melihat penderitaan.

 

Sebelumnya, mereka menyumbangkan uang. Kali ini, mereka juga berpartisipasi untuk membagikan bantuan. Ada seorang pengusaha yang sangat terharu. Beliau melihat penderitaan yang sebelumnya tidak terbayang olehnya. Karena itu, beliau dapat menyadari berkah yang dimilikinya. Beliau pun semakin terinspirasi untuk terus mengerahkan kekuatan cinta kasih. Kehidupan yang paling dipenuhi berkah ialah tahu berpuas diri. Inilah kehidupan yang kaya.

Selain itu, mereka bersumbangsih secara langsung sehingga bisa melihat penderitaan. Mereka pun menyadari berkah yang dimiliki. Mereka merasakannya secara mendalam. Inilah pelajaran besar yang diperoleh.

Akibat pandemi COVID-19, banyak kegiatan berskala besar yang dibatalkan. Orang-orang berada ini membatalkan acara mereka dan beralih untuk bersumbangsih bagi orang-orang kurang mampu. Ini membuat mereka menyadari berkah. Pengalaman ini membuat mereka sangat tergugah dan terharu. Lewat telekonferensi belakangan ini, saya mendengar bagaimana mereka bersumbangsih dengan kesungguhan hati.


Setelah terjun secara langsung dengan tulus, apa yang mereka rasakan pastilah berbeda. Pandemi COVID-19 merupakan suatu peringatan, juga merupakan pelajaran besar yang menggemparkan dunia. Berhubung kini sudah ada vaksin COVID-19, orang-orang berharap dapat menerima vaksinasi COVID-19 untuk menjaga kesehatan mereka. Namun, berhubung penduduk Indonesia sangat banyak, sulit untuk melakukan vaksinasi bagi semua orang sekaligus. Jadi, kali ini saya sangat bersyukur.

Hampir 20 tahun yang lalu, para insan Tzu Chi di Indonesia bertekad untuk menolong warga yang tinggal di bantaran Kali Angke. Relawan kita memperbaiki kehidupan warga yang rumahnya tidak layak atau tidak memiliki tempat tinggal dengan membangun perumahan bagi mereka. Di komunitas ini juga terdapat sekolah dan rumah sakit. Semua yang dibutuhkan ada di komunitas ini. Kelompok berisiko tinggi tertular COVID-19 di perumahan tersebut sudah mulai menerima vaksinasi.


Kita bisa melihat tahun ini, para pengusaha mengubah perayaan Imlek tahunan menjadi kegiatan amal yang dapat menolong sejuta keluarga. Sejuta keluarga adalah jumlah yang besar. Betapa bijaksananya mereka. Inilah yang disebut welas asih dan kebijaksanaan. Ini disebut membina berkah dan kebijaksanaan sekaligus. Saya sungguh memuji mereka.

Kali ini, mereka bersumbangsih dengan cara yang berbeda. Sebelum ada pandemi, mereka memang selalu bersumbangsih. Kali ini, mereka menghimpun kekuatan cinta kasih dari banyak orang. Sungguh, apa yang bisa saya katakan untuk memuji mereka? Orang-orang yang kaya materi dan batin ini menciptakan berkah sekaligus menumbuhkan kebijaksanaan.


Tindakan mereka sungguh menyentuh dan patut dipuji oleh orang-orang. Jika mereka dapat terus menghimpun kekuatan cinta kasih dalam jangka panjang, maka orang-orang yang membutuhkan, seperti kaum lansia dan anak yatim piatu, akan tertolong. Jika bisa demikian, masyarakat pasti akan harmonis. Masyarakat yang harmonis pasti akan sejahtera. Jika masyarakat sejahtera, perdagangan akan berjalan lancar. Saat masyarakat tenteram, perdagangan dan perindustrian pasti akan semakin maju. Jadi, berkah yang diciptakan bermanfaat bagi berbagai lapisan masyarakat.


Melihat para pengusaha bersumbangsih dengan cinta kasih, saya bagai melihat surga di alam manusia. Ada banyak orang kurang mampu yang kehidupannya juga mengalami transformasi, bukan hanya orang-orang berada. Orang-orang kurang mampu bagai melampaui neraka menuju alam manusia. Orang-orang berada bagai melampaui alam manusia menuju surga, bahkan Tanah Suci Bodhisatwa. Inilah Tanah Suci di dunia ini yang diciptakan oleh Bodhisatwa dunia.

Mereka membina berkah dan kebijaksanaan sekaligus. Bagaimana saya memuji mereka? Apakah hanya orang berada yang bisa berbuat demikian? Tidak. Setiap orang bisa melakukannya.

Menggenggam kesempatan untuk mengunjungi warga kurang mampu dan bersumbangsih
Memetik pelajaran dari pengalaman dan menyadari berkah
Menghimpun kekuatan orang banyak untuk melenyapkan penderitaan
Menciptakan Tanah Suci Bodhisatwa di dunia

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 08 Maret 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 10 Maret 2021
Beramal bukanlah hak khusus orang kaya, melainkan wujud kasih sayang semua orang yang penuh ketulusan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -