Ceramah Master Cheng Yen: Menciptakan Tanah Suci di Dunia


Mengenai masalah sampah, pertama-tama, janganlah kita mencemari bumi dengan sampah yang kita ciptakan. Ini menunjukkan pembinaan diri kita. Ditambah lagi, kalian semua memiliki keluarga. Malam ini, ada empat hingga lima ribu hadirin di sini. Kalian mewakili empat hingga lima ribu keluarga. Setelah pulang ke rumah, ajaklah anggota keluarga kalian untuk melakukan pemilahan. Barang-barang yang bisa didaur ulang hendaknya dimanfaatkan kembali. Dengan demikian, kita dapat mendaur ulang sumber daya dan menyucikan hati masyarakat.

Saudara sekalian, dengan kedua tangan yang bertepuk, apakah yang bisa kalian lakukan? Pemilahan, benar tidak? Hari ini adalah bulan tujuh Imlek. Bulan tujuh Imlek mengandung tiga makna. Yang pertama ialah bulan penuh berkah. Yang kedua ialah bulan penuh rasa sukacita Buddha. Pada tanggal 15 bulan 7 Imlek, melihat murid-murid-Nya meraih pencapaian, Buddha sangat sukacita. Yang terakhir ialah bulan penuh rasa syukur. Dengan hati penuh rasa syukur, kita membalas budi luhur orang tua.

Misi pelestarian lingkungan telah berjalan 35 tahun. Tiga puluh lima tahun yang lalu, saya memberikan pidato. Pidato di Sekolah Menengah Kejuruan Shin Min itu dihadiri oleh banyak orang dan suara tepuk tangan mereka sangat keras. Begitu ada jeda dalam pidato saya, orang-orang langsung bertepuk tangan sehingga suara saya tertutup oleh suara tepuk tangan.


Sesungguhnya, saya berharap orang-orang dapat mendengarkan dengan tenang. Dengan demikian, barulah ajaran saya dapat meresap ke dalam hati mereka. Jika mereka hanya ikut-ikutan datang, ajaran saya akan bagaikan air yang mengalir melewati batu-batu. Setelah aliran air berlalu, batu-batu akan kembali kering dan tidak dapat menyerap air Dharma. Jadi, saya sangat berharap saat saya berbicara, orang-orang dapat mendengarkan dengan tenang dan menyerapnya ke dalam hati. Karena itulah, saya mengimbau orang-orang menggunakan kedua tangan yang bertepuk untuk melakukan daur ulang.

Saat itu, saya belum memiliki kesan yang mendalam terhadap pelestarian lingkungan. Namun, pada saat itu, ide ini tiba-tiba muncul. Dalam pidato itu, saya mulai menggalakkan pelestarian lingkungan dan semua orang mendukung dengan sepenuh hati. Ucapan saya yang sederhana telah kalian serap ke dalam hati dan praktikkan secara nyata. Karena itu, saya sangat bersyukur. Bayangkanlah, satu kalimat saya disambut dengan baik oleh kalian dan kini seluruh dunia tahu tentang pelestarian lingkungan.

Di era sekarang, pencemaran terjadi di mana-mana. Polusi udara dan sebagainya tidak terlihat dan tidak dapat kita hentikan. Apa yang harus kita lakukan? Kita harus mengintrospeksi diri. Bagaimana agar udara tidak tercemar dan tetap segar? Tingginya populasi dunia membuat kita tidak berdaya. Namun, kita tetap harus melindungi bumi agar bumi sehat dan cuaca bersahabat. Jadi, kini kita harus memiliki keberanian untuk menggalakkan pelestarian lingkungan. Inilah pelajaran besar. Yang saya serukan sekarang ialah pelajaran besar. Bagaimana hendaknya kita mengedukasi orang-orang? Setiap tindakan dan ucapan kita dapat mengedukasi orang-orang.


Bodhisatwa sekalian, jangan menyerah pada usia. Jika kita merasa bahwa diri sendiri sudah tua, kita akan putus asa. Kita hendaknya memotivasi diri sendiri. Saat ini adalah masa emas kita. Genggamlah masa emas dalam hidup kita dengan baik. Lihatlah, dengan membuka mulut, kalian dapat berbagi cara melakukan daur ulang dengan orang lain. Inilah waktunya kita menyebarkan Dharma.

Saya juga bersyukur pada diri sendiri. Sesungguhnya, saya termasuk introver. Saya tidak suka berbicara dan berinteraksi dengan orang lain. Namun, saya memiliki semangat misi. Saya telah meninggalkan keduniawian dan berjanji kepada guru saya. Guru saya berkata pada saya, "Kita memiliki jalinan jodoh istimewa sebagai guru dan murid. Tidak ada waktu untuk berbicara terlalu banyak. Ingatlah untuk berjuang demi ajaran Buddha, demi semua makhluk. Demi ajaran Buddha, demi semua makhluk".

Apa yang saya lakukan seumur hidup ini belum cukup untuk mewujudkan enam kata ini. Karena itulah, saya membutuhkan dukungan kalian. Kini, saya ingin memberi tahu kalian bahwa satu kalimat bernilai seribu keping emas. Guru saya memberikan enam kata pada saya dan saya menjalankannya bagai memikul seribu keping emas. Sungguh, itu sangat bernilai. Yang saya pikul ialah seribu keping emas, bukan beban seribu kilogram. Saya tidak merasa terbebani. Yang saya pikul ialah "emas". Pesan dari guru saya itu sangat bernilai. Bukankah kalian juga bagai memikul emas?


Saya mengimbau orang-orang untuk melakukan daur ulang dengan kedua tangan yang bertepuk dan kalian telah menjalankannya selama lebih dari 30 tahun. Pikirkanlah, berapa banyak barang daur ulang yang telah kalian kumpulkan? Kalian sungguh telah mengubah sampah menjadi emas, lalu mengubah emas menjadi cinta kasih. Gunakanlah kedua tangan yang bertepuk untuk melakukan daur ulang. Ajaran saya ini sungguh sangat tepat. Kata-kata saya juga bernilai seribu keping emas. Kedua tangan kalian sungguh telah menghasilkan banyak emas.

Kita memiliki jalinan jodoh dan jalinan jodoh ini akan bertahan hingga selamanya. Di berbagai kehidupan lampau, jika kita tidak berada di Puncak Burung Nasar bersama Buddha, seruan saya tidak akan disambut oleh begitu banyak orang. Ini karena di kehidupan lampau, kita sama-sama berada di Puncak Burung Nasar untuk mendengar Buddha membabarkan Dharma. Karena itulah, ketika saya mengatakan sesuatu, kalian selalu dapat mempraktikkannya. Kalian telah menggunakan berbagai metode untuk melakukan pelestarian lingkungan. Jadi, saya sangat bersyukur pada kalian.

Melakukan daur ulang dengan kedua tangan yang bertepuk
Memetik hikmah dari pelajaran besar dan melakukan praktik nyata
Menyatukan hati untuk melindungi langit dan bumi
Menciptakan tanah suci di dunia

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 23 Agustus 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 25 Agustus 2025
Kebahagiaan berasal dari kegembiraan yang dirasakan oleh hati, bukan dari kenikmatan yang dirasakan oleh jasmani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -