Ceramah Master Cheng Yen: Mencurahkan Perhatian secara Estafet

Usia kehidupan manusia sungguh terbatas. Terlahir ke dunia ini, kita harus sangat bersungguh hati memahami prinsip kebenaran. Dalam kehidupan di dunia ini dan dalam interaksi antarsesama, apa yang kita rasakan? Yang dapat kita rasakan sekarang adalah kondisi iklim yang ekstrem dan banyaknya bencana yang terjadi. Selain itu, kita juga dapat merasakan kebaikan dan kejahatan manusia yang sangat ekstrem.

Bencana dapat terjadi akibat ulah manusia. Akan tetapi, kehangatan dan ketenangan di dunia juga diciptakan oleh manusia. Setiap orang hendaknya memiliki cinta kasih dan saling memerhatikan. Orang yang hidup menderita membutuhkan uluran tangan dari orang yang penuh cinta kasih. Mereka membutuhkan orang untuk melenyapkan penderitaan mereka. Orang yang bersedia mengulurkan tangan untuk menjangkau orang yang menderita adalah Bodhisatwa.

Bodhisatwa dunia dapat menciptakan berkah, kehangatan, dan kebahagiaan bagi dunia. Ini dapat dilakukan oleh setiap orang. Bodhisatwa bukan tak terjangkau oleh kita. Sesungguhnya, Bodhisatwa ada di samping kita. Bodhisatwa ada di dalam hati setiap orang. Setiap saat, kita dapat membangkitkan niat baik dan mengerahkan kekuatan kita untuk bersumbangsih bagi sesama. Lihatlah di dunia ini ada banyak orang yang membutuhkan bantuan dan perhatian dari kita.

Kita harus tahu bahwa menyucikan hati manusia sangat penting. Contohnya relawan Tzu Chi di Inggris. Meski relawan Tzu Chi di sana tidak banyak dan tenaga mereka terbatas, tetapi mereka memiliki tekad teguh untuk mencurahkan perhatian bagi tunawisma dalam jangka panjang. Selain itu, relawan kita juga berusaha menyucikan hati mereka, membangkitkan cinta kasih mereka, serta membimbing mereka ke arah yang bajik. Tujuan kegiatan Tzu Chi adalah untuk menyucikan hati manusia. Para tunawisma berdoa dengan hati yang tenang, damai, dan tulus. Ini juga merupakan kekuatan yang tak terlihat. Jadi, dengan kekuatan cinta kasih ini, para relawan menyucikan hati dan menyemangati para tunawisma.

doc tzu chi

Kita dapat melihat sebuah poster di jalan yang ditulis oleh para tunawisma yang berisikan doa mereka bagi dunia. Ini sungguh menyentuh hati. Ini membutuhkan interaksi antarsesama. Kita juga melihat kasus Wu Xiaodong. Keluarga yang beranggotakan tiga orang ini sungguh menderita.

Ibu Xiaodong menderita penyakit diabetes, sedangkan ayahnya adalah penderita penyakit neuron motoric yang sudah terbaring di ranjang belasan tahun. Sementara itu, Xiaodong menerima pendidikan yang baik. Dia adalah murid lulusan Universitas Fudan dengan prestasi yang sangat baik. Setelah lulus kuliah, dia mendapat pekerjaan dan bekerja dengan baik. Akan tetapi, perlahan-lahan dia menyadari bahwa dia tidak bisa menjaga keseimbangan badannya.

Perlahan-lahan, gerakan Xiaodong menjadi tidak lincah, bahkan terkadang dia terjatuh. Perlahan-lahan, kondisinya semakin memburuk. Belakangan baru diketahui bahwa ternyata dia menderita penyakit Parkinson. Jika tidak makan obat, seluruh tubuhnya tidak bisa digerakkan. Namun, begitu makan obat, dia tidak bisa mengendalikan tubuhnya. Tenaganya menjadi sangat besar hingga menabrak segala sesuatu di rumahnya. Kabarnya, semua barang di rumahnya yang terbuat dari kaca pecah akibat dirinya.

doc tzu chi

Keluarga yang beranggotakan tiga orang ini sungguh menderita. Sang ayah menderita penyakit neuron motoric dan sudah terbaring di ranjang selama 12 tahun. Saat mengunjungi keluarga ini, kami melihat penderitaan keluarga ini. Kami melihat ibu Xiaodong yang sangat bersusah payah menjaganya. Karena itu, kami mulai berpikir bagaimana cara membantu keluarga ini,” ucap Liao Mei-zhen, relawan Tzu Chi Shanghai. Mereka pun melaporkan kasus ini kepada Tzu Chi di Taiwan.

Setelah menganalisis kasus ini, kita memutuskan untuk membawanya ke RS Tzu Chi Hualien. Ibunya mendampingi Xiaodong datang ke Taiwan. Tim medis kita sangat bersungguh hati memberikan pengobatan untuknya. “Benda yang ditanamkan di otaknya berfungsi sebagai bagian dari pengobatan tanpa ada efek samping. Usai operasi, kami menyadari bahwa efek dari benda itu lebih baik dari perkiraan kami. Artinya, Xiaodong tidak perlu memakan obatnya lagi. Dia hanya memerlukan beberapa suplemen. Saya juga berharap Xiaodong dapat membantu ibunya. Dahulu, ibunya yang selalu menjaganya, semoga nanti dia dapat membantu ibunya melakukan pekerjaan rumah tangga dan menjaga ayahnya,” tutur Chen Xin-yuan, dr. spesialis bedah saraf yang menangani Xiaodong.

Lihatlah Xiaodong yang perlahan-lahan sembuh. Sebelum kembali ke Tiongkok, dia berkunjung ke Griya Jing Si. “Saya ingin menjadi relawan dokumentasi Tzu Chi. Saya berterima kasih kepada Master, dokter, perawat, dan semua orang yang pernah membantu saya. Saya juga berterima kasih kepada ibu,” ujar Xiaodong.

doc tzu chi

Melihat kesembuhan Xiaodong, bahkan saat tidur pun saya bisa tersenyum. Saya sangat gembira. Kami sudah lama menantikan hari ini. Setelah pulang, kita melihat Xiaodong berkata demikian kepada ayahnya. Saya adalah Xiaodong. Saya sudah sembuh. Saya sudah dapat menjaga Ayah. Ayah gembira sekarang. Saya dan Xiaodong berkata kepada Master, “Kelak kami berdua juga akan mengenakan seragam relawan Tzu Chi.” Master menjawab, “Baik, saya menunggu kalian.” Hari ini ada banyak relawan yang menyambutmu. Mereka semua bertepuk tangan. Kamu harus melakukan tindakan nyata untuk membalas kebaikan mereka. “Saya ingin menjadi relawan Tzu Chi. Saya akan terus berusaha,” tekadnya.

Kini Xiaodong sudah dapat turun tangga sendiri. Ini sungguh mengagumkan. Relawan kita juga memberi tahu saya bahwa sekarang Xiaodong mendengar ceramah pagi setiap hari. Saya sangat tersentuh mendengarnya. Dia juga melakukan kegiatan daur ulang. Melakukan daur ulang membuat tubuh sehat. Selain itu? Melakukan daur ulang membuat kita bijaksana.

Bodhisatwa sekalian, inilah kekuatan cinta kasih. Kita dapat melihat bagaimana misi Tzu Chi, baik misi amal, kesehatan, pendidikan, maupun budaya humanis dalam memberikan bantuan. Yang terpenting, misi amal kita harus menjangkau lebih banyak orang.

Relawan Tzu Chi di Shanghai menemukan kasus Xiaodong, lalu membawanya ke Hualien. Setelah pulang ke Shanghai, relawan kita tetap memberi semangat dan mendampinginya. Ini sungguh menyentuh hati. Jadi, misi amal kita harus menjangkau tempat yang lebih jauh.

Kita juga melihat Li Xin yang pernah berjalan menyimpang saat muda. Meski kondisi fisiknya sudah tidak dapat disembuhkan karena sudah lewat bertahun-tahun, tetapi relawan kita menyembuhkan hatinya. Kini dia sudah dapat hidup mandiri. Dia dapat memperbaiki jam dan mendalami ajaran Buddha. Semua ini sungguh menyentuh hati. Saya berharap relawan Tzu Chi dapat semakin tersebar luas.

Menyucikan hati manusia dan membangkitkan niat baik
Mendampingi keluarga Xiaodong yang hidup menderita
Mengembangkan keterampilan medis untuk menyembuhkan pasien
Giat menjalankan misi amal dan membentangkan jalan penuh cinta kasih

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 9 Juni 2017

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 11 Juni 2017

Editor: Metta Wulandari

The beauty of humanity lies in honesty. The value of humanity lies in faith.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -