Ceramah Master Cheng Yen: Menebarkan Benih Kebajikan dan Menyebarkan Dharma

“Master berkata bahwa kita harus menceritakan Tzu Chi kepada orang lain dan menjalankan Tzu Chi. Kita berbagi tentang Tzu Chi dengan orang lain bukanlah hal buruk dan bukan ingin mencelakakan orang. Ketika saya menceritakan Tzu Chi, pelanggan saya biasanya mendengarkan dan menerima yang bisa mereka pahami. Jika mereka tak mau mendengarkan, itu juga tak apa-apa. Setiap kali memotong rambut pelanggan, saya pasti akan menyisihkan 10 dolar NT ke dalam celengan bambu. Setelah mengikuti pelatihan dan kembali dari Hualien, saya sudah mulai berbuat seperti ini,” kata Huang Ding-feng, Relawan Tzu Chi.

“Dia lumayan setuju dengan semangat dan misi Tzu Chi. Tak hanya setuju, dia juga menyebarkan ajaran Tzu Chi di salonnya. Bagi mereka yang lebih berjodoh, dia akan berbagi dengan mereka tentang semangat, misi, ajaran, dan kegiatan Tzu Chi. Dia akan memberi majalah bulanan Tzu Chi kepada pelanggan untuk dibaca. Dia memanfaatkan salonnya sebagai tempat untuk menyebarkan Dharma,” ujar Chen Zhen-hua, pelanggan dari Huang Ding-feng.

 

Saya sering berkata bahwa menyebarkan Dharma kepada orang lain tak hanya membawa manfaat bagi orang lain, tetapi juga membawa manfaat bagi diri sendiri. Kita harus bersungguh hati untuk mempelajari Dharma terlebih dahulu, barulah kita bisa membantu orang lain. Ketika kita berbagi Dharma dengan orang lain, kita juga membawa manfaat bagi diri sendiri. Seperti inilah kita menyebarkan Dharma.  

Jika bukan karena ingin menyebarkan Dharma, kita tak akan menghabiskan begitu banyak waktu untuk terus belajar Dharma dan mencari tahu tentang arti ajaran Buddha. Dunia seperti apa yang kita tinggali sekarang? Apa itu ajaran Buddha? Dunia ini memiliki banyak masalah dan penuh dengan pencemaran, kita harus menggunakan Dharma seperti apa untuk menanganinya? Kita harus mencari tahu atas semua pertanyaan itu. Kita menemukan bahwa jawabannya ada pada diri kita sendiri. Setelah menyadari ini, kita segera berbagi dengan semua orang.

Kita mendapatkan lebih banyak karena telah menemukan jawabannya, maka bisa berbagi dengan semua orang. Ini semua butuh kesungguhan hati. Kita harus membawa manfaat bagi diri sendiri terlebih dahulu, barulah bisa membawa manfaat bagi orang lain. Memiliki kesempatan untuk berbagi Dharma dengan orang lain, kita harus bersyukur. Rasa syukur ini datang dari ketekunan semua orang.

 

Pagi-pagi sekali, tak peduli angin kencang ataupun hujan deras, relawan berkumpul di berbagai tempat pelatihan di seluruh Taiwan. Baik ke posko daur ulang, tempat pelatihan yang kecil, maupun Aula Jing Si, para Bodhisatwa yang tekun dan bersemangat datang pagi-pagi. Pukul 4 lewat mereka sudah harus keluar rumah untuk berkumpul guna mendengarkan ceramah pagi saya. Memikirkan tentang ini, bagaimana mungkin kita tak menghormati mereka? Mereka sangatlah tekun.

Di Griya Jing Si, setiap hari pukul 3 lewat atau sebelum pukul 4 orang-orang sudah bangun. Sebenarnya, saat kita di sini bangun, para relawan juga sudah bangun dan bersiap untuk keluar rumah. Ada orang yang masih harus pergi menjemput orang lain dan menganggap diri mereka sebagai "kereta lembu putih".

Saya mendengar bahwa di Malaysia, setelah mengetahui perumpamaan tentang tiga kereta, mereka mulai terinspirasi untuk melakukannya. Ada relawan yang mengemudi mobil sedan. Mereka lalu bertekad untuk membeli lagi mobil yang bisa mengangkut lebih banyak orang. Mobil itu digunakan untuk membawa orang pergi mendengar Dharma.

Di tempat yang begitu jauh, mereka mengandalkan bantuan teknologi untuk mendengar ceramah saya. Mereka bersedia menerima Dharma seperti itu. Ini menunjukkan betapa tekun dan bersemangatnya mereka. Orang yang bekerja keras akan mendapat manfaat. Mereka membina diri sendiri dan juga pergi menjemput orang lain mendengar Dharma.

Ini berarti di saat yang bersamaan orang lain juga mendapat manfaat. Ini merupakan kemampuan yang terus terakumulasi dalam waktu yang lama. Kemampuan ini adalah kualitas luhur yang dimiliki untuk dapat berbuat baik. Inilah kemampuan.

Ketika kita melakukan praktik nyata, diri sendiri mendapat manfaat, orang lain juga turut melakukannya. Seperti inilah kita saling berinteraksi. Kita harus menebarkan benih kebajikan ke seluruh ladang pahala kebajikan. Setelah benih ditabur, dengan adanya tanah, udara segar, dan air, benih ini akan bertumbuh. Seperti inilah kita menggenggam kesempatan untuk menebarkan benih kebajikan di seluruh ladang pahala kebajikan.


Kita juga membuat semua makhluk mengembangkan benih dan tunas Bodhi. Semakin banyak benih Bodhi yang tumbuh, itu berarti kita menyerap inti sari Dharma ke dalam hati. Dharma bagaikan air. Dharma tak hanya bagaikan air, tetapi juga seperti sumsum tulang. Rumah sakit kita menjalankan transplantasi sumsum tulang. Pasien yang tubuhnya mengalami kesulitan untuk memproduksi sel darah, perlu menjalani transplantasi sumsum tulang dari donor yang cocok. Mendengar Dharma juga sama.

Apakah kita menolak Dharma? Jika kita menafsirkannya dengan tak benar, itu berarti penolakan. Jika kita menerima Dharma apa adanya dan melatih diri, itu berarti kita menerima sumsum Dharma yang bisa membantu kita menumbuhkan jiwa kebijaksanaan.

Seperti transfusi darah atau transplantasi sumsum tulang, setelah menerima darah atau sumsum tulang dari orang sehat dan tubuh kita menerimanya, kita akan mulai pulih. Begitu pula jika kita menerima Dharma, jiwa kebijaksanaan kita akan bertumbuh. Kita harus sangat bersungguh hati untuk memahami ini. Jadi, kita harus mempraktikkan Dharma dengan hormat. Kita harus menyerap sumsum Dharma ke dalam hati dan mempraktikkan Dharma dengan rasa hormat.

Pelatihan rasa hormat merupakan salah satu dari Empat Latihan Bodhisatwa selain pelatihan jangka panjang, pelatihan tanpa jeda, dan pelatihan menyeluruh. Dengan berlatih dengan penuh rasa hormat, barulah kita bisa menyerap sumsum Dharma ke dalam hati dan menabur benih kebaikan agar memenuhi ladang pahala kebajikan. Semua orang harus sangat bersungguh hati.

Membawa manfaat bagi diri sendiri dan orang lain dalam menyebarkan Dharma

Menebarkan benih kebaikan dan membantunya hingga bertunas

Menyerap sumsum Dharma ke dalam hati untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan

Giat mempraktikkan Empat Latihan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 3 November 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 5 November 2018

 

The beauty of humanity lies in honesty. The value of humanity lies in faith.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -