Ceramah Master Cheng Yen: Meneladani Ikrar Agung Bhaisajyaguru untuk Menyebarkan Mazhab Tzu Chi

Saya sangat bersyukur melihat seluruh staf kita menggunakan ketulusan hati untuk mewariskan ajaran Jing Si dan menyebarkan mazhab Tzu Chi. Staf dari empat badan misi kita mengikuti kamp. Di atas panggung, terlihat para dokter, perawat, dan staf dari empat badan misi Tzu Chi. Selain staf misi kesehatan, pendidikan, budaya humanis, dan amal, juga hadir orang-orang dari berbagai profesi. Secara keseluruhan, lebih dari 200 orang mempersembahkan pementasan di atas panggung dengan semangat kerja sama yang harmonis. Acara diawali dengan pertunjukan lonceng dan gendering yang diikuti oleh pementasan adaptasi Sutra Dua Belas Ikrar Agung Bhaisajyaguru.

Ikrar pertama adalah membuat semua makhluk menjadi sama dengan diri-Nya. Ikrar seperti ini sungguh menyentuh hati. Buddha Bhaisajyaguru berikrar untuk mencapai penerangan sempurna dan membuat semua makhluk menjadi sama dengan diri-Nya. Para partisipan mempersembahkan pementasan dengan semangat yang sama dengan Beliau. Pementasan tersebut sangat menginspirasi dan menyentuh hati. Inilah mazhab Tzu Chi. Semua pencapaian kita berasal dari kerja sama yang harmonis selama 50 tahun ini.

Lima puluh tahun yang lalu, Tzu Chi mulai menjalankan misi amal. Berhubung tidak tega melihat kondisi orang kurang mampu yang jatuh sakit, kita pun mulai mengemban misi kesehatan. Saat itu, Nenek Huang yang murah hati meminjamkan lantai dasar rumahnya pada Tzu Chi sehingga kita bisa memberikan pelayanan medis gratis. Dokter dari empat departemen di RS Hualien, yakni dr. Chang, dr. Huang, dr. Chu, dan dr. Zou serta dua orang perawat yang merupakan anggota komite kita bekerja sama dengan kesatuan tekad.

Meneladani Ikrar Agung Bhaisajyaguru untuk Menyebarkan Mazhab Tzu Chi

Kita mulai menggelar baksos kesehatan di Hualien dan wilayah terpencil. Saat itu, pasien yang menderita penyakit serius harus dirujuk ke wilayah utara Taiwan. Semakin lama, kita semakin merasa bahwa ini sangat merepotkan. Selain itu, sarana transportasi antara Hualien dan Taipei juga sangat terbatas. Perjalanan menuju Taipei lewat Jalan Suhua saja memakan waktu lebih dari 8 jam. Ini sangat tidak praktis dan perjalanannya juga sangat berbahaya.

Semakin lama, saya semakin merasa bahwa Hualien membutuhkan sebuah fasilitas kesehatan yang dapat menangani pasien yang menderita penyakit serius. Akhirnya, jalinan jodoh pun matang dan saya memutuskan untuk mendirikan rumah sakit. Awalnya, kita menghadapi berbagai kesulitan. Demi membangun rumah sakit di Hualien, saya pergi ke berbagai wilayah di Taiwan untuk membabarkan Sutra Bhaisajyaguru. Orang pertama yang mendukung pembangunan rumah sakit adalah Kepala RS Tseng.

Saat masih muda, Kepala Rs Tseng mengobati pasien gangren di wilayah pedesaan. Berhubung rumah di wilayah pedesaan sangat gelap, beliau tidak bisa memeriksa kondisi pasien. Karena itu, beliau menggendong pasien ke luar rumah. Melihat kaki pasien sangat kotor dan hitam, beliau pun berjongkok untuk mencucinya. Saat mendengar beliau berbagi pengalamannya, saya sungguh sangat tersentuh. Saya berdoa di dalam hati, jika RS Tzu Chi Hualien bisa didirikan, semoga setiap dokter kita memiliki cinta kasih dan welas asih agung seperti ini terhadap semua pasien yang menderita.

Meneladani Ikrar Agung Bhaisajyaguru untuk Menyebarkan Mazhab Tzu Chi

Saat itu, berhubung mendengar bahwa saya ingin mendirikan rumah sakit di Hualien karena Hualien sangat membutuhkannya, beliau pun berjanji untuk mendukung saya. Beliau memperkenalkan saya pada Profesor Tu Shih-mien yang saat itu juga merupakan wakil kepala RS Universitas Nasional Taiwan. Kedua wakil kepala RS Universitas Nasional Taiwan ini terus mendukung dan mendampingi saya dalam pembangunan rumah sakit.

Saat itu, kita masih terus memberikan pelayanan medis gratis. Saat itu, Kepala RS Tseng juga turut membantu dalam pelayanan medis gratis. Beliau juga mendampingi saya dan tim medis untuk memberikan pelayanan medis gratis di wilayah pegunungan dan pedesaan. Kepala RS Tseng yang saat itu merupakan wakil kepala RS Universitas Nasional Taiwan selalu membantu pelayanan medis gratis kita pada hari Minggu atau hari libur.

Kemarin, saat melihat beliau, saya sangat bersyukur dan tersentuh. Kini beliau telah berusia 93 tahun. Saat beliau datang dengan didampingi oleh Ketua Pelaksana Lin dan para kepala RS, semua orang berdiri untuk mengungkapkan rasa hormat dan syukur mereka terhadap dedikasi beliau. Dalam hidup ini, beliau telah berdedikasi di Hualien selama 30 hingga 40 tahun. Tentu saja, kepala RS Tzu Chi Hualien pertama, Profesor Tu Shih-mien, juga demikian. Beliaulah kepala RS pertama yang mengemban misi kesehatan di Hualien.

Meneladani Ikrar Agung Bhaisajyaguru untuk Menyebarkan Mazhab Tzu Chi

Kepala RS kedua adalah Kepala RS Tseng. Tahun ini, misi kesehatan Tzu Chi telah berusia 30 tahun.  Setelah mendirikan rumah sakit di Hualien, kita juga mendirikan rumah sakit di Dalin, Taipei, Taichung, Yuli, dan Guanshan.  Ini semua berkat himpunan kekuatan cinta kasih dan tetes demi tetes sumbangsih. Saya sangat bersyukur kepada para insan Tzu Chi yang menghimpun banyak kekuatan cinta kasih untuk mendirikan rumah sakit. Setiap genggam pasir dan setiap bongkah batu bata bisa terkumpul berkat insan Tzu Chi yang menghimpun cinta kasih orang banyak.

Seluruh RS Tzu Chi di berbagai wilayah di Taiwan mengemban tanggung jawab yang sangat berat, terlebih tanggung jawab untuk memberikan pelayanan medis ke wilayah terpencil tanpa fasilitas kesehatan. Namun, semua staf medis mengemban tanggung jawab ini dengan penuh sukacita. Ini sungguh membuat orang tersentuh.

Dunia ini penuh dengan penderitaan. Untuk menyelaraskan empat unsur alam, kita harus menyelaraskan pikiran manusia. Untuk menyelamatkan orang yang menderita, kita membutuhkan pedoman hidup dan pendidikan cinta kasih, yakni agama. Setiap umat beragama bisa mengembangkan kekuatan cinta kasih yang besar dan mengagumkan.

Staf dari empat badan misi Tzu Chi melatih diri bersama

Mengemban misi untuk mewariskan ajaran Jing Si dan menyebarkan mazhab Tzu Chi

Mengenang masa-masa pembangunan rumah sakit dan pencarian dokter humanis

Seluruh staf Tzu Chi mengungkapkan rasa hormat dan syukur terhadap dokter teladan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 24 Oktober 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 26 Oktober 2016

Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -