Ceramah Master Cheng Yen: Meneruskan Jiwa Kebijaksanaan dan Mempraktikkan Sutra Teratai


“Master, mohon tenanglah. Kami akan menjaga rumah kita di Taitung dengan baik, mewariskan semangat untaian bacang dengan lancar dari generasi ke generasi, dan menggalang Bodhisatwa untuk menjalankan Tzu Chi. Kami akan bergandeng tangan dan menyatukan hati untuk mengikuti langkah Master dari kehidupan ke kehidupan.”

Baik, kalian harus bergandeng tangan dan mengikuti langkah saya dari kehidupan ke kehidupan. Kita bergandeng tangan dari kehidupan ke kehidupan. Saya yakin bahwa kita telah bergandeng tangan dari kehidupan lampau. Jalinan jodoh di antara kita sangatlah indah. Saya berasal dari Taichung. Saat meninggalkan rumah, saya belum memiliki tujuan. Di Stasiun Kaohsiung, saya melihat nama "Luye" dan teringat akan Taman Rusa Rsipatana (Luyeyuan).

Setelah mencapai pencerahan, tempat pertama Buddha membabarkan Dharma ialah Taman Rusa Rsipatana. Di sana, Beliau membimbing lima orang bhiksu dengan membabarkan Empat Kebenaran Mulia. Inilah tempat pertama Buddha membabarkan Dharma. Karena itu, saat melihat kata "Luye", saya sangat sukacita. Demikianlah saya pergi ke Luye.

Saya tinggal di Luye dalam waktu yang tidak singkat. Saya melihat bahwa orang-orang di sana sangat taat dan sederhana. Dari sisi spiritual, Luye meninggalkan kesan yang mendalam bagi saya. Saya ingat dengan jelas bahwa dalam Sutra Buddha dikatakan bahwa Buddha membabarkan Empat Kebenaran Mulia di Taman Rusa Rsipatana. Ini sangat memengaruhi jiwa kebijaksanaan saya. Tidak disangka, saya tinggal di sana selama satu hingga dua bulan. Jalinan jodoh sungguh tidak terbayangkan.


Saya selalu berpikir bahwa Dharma sejati hendaknya disebarkan di tengah masyarakat agar semua orang dapat menerima ajaran Buddha dengan pikiran yang jernih, memahami nilai kehidupan, dan mempertahankan kondisi kehidupan yang agung. Saat itu, saya selalu berharap demikian. Tinggal di Luye sekitar dua bulan telah menenteramkan jiwa dan raga saya. Terhadap tempat itu, saya memiliki rasa syukur yang sangat mendalam.

Saat itu, saya memiliki jalinan jodoh dengan Taitung. Namun, jodoh itu sangatlah singkat. Setelah itu, saya datang ke Hualien dan menetap di sini. Namun, jalinan jodoh saya dengan Taitung masih berlanjut. Relawan dari sana sering datang mengunjungi saya. Yang membuat saya paling sukacita, silsilah Dharma kita tetap bertahan di Taitung. Para insan Tzu Chi Taitung terus mewariskan silsilah Dharma Tzu Chi.

“Pada tahun 1993, saya kembali ke Hualien untuk bersumbangsih sebagai relawan rumah sakit. Dalam pertemuan pagi relawan, saya mendengar Master menyerukan untuk melakukan daur ulang dengan kedua tangan yang bertepuk. Pelestarian lingkungan Tzu Chi di Taitung berawal dari lahan kami di belakang Gunung Liyu yang tadinya kotor dan berantakan. Kita terus berkembang dari tidak ada hingga ada dan dari kecil hingga besar,” kata Lai A-liu, relawan Tzu Chi.

“Pada tahun 2017, jantung saya bermasalah dan akhirnya menjalani bedah pintas arteri koroner. Pada tahun 2024, saya mengidap kanker usus besar dan menjalani 12 kali kemoterapi. Saya tidak berani berhenti bersumbangsih dan selalu berpegang teguh pada prinsip saya. Di sini, saya juga ingin berikrar di hadapan Master. Saya akan menapaki Jalan Bodhisatwa hingga napas terakhir saya. Meski tersiksa oleh penyakit, hingga kini, tekad saya tidak pernah mundur. Sebaliknya, saya makin bersemangat,” kata Su Jin-nan, relawan Tzu Chi.

“Master, nama saya He Gao Bi-zhu. Nama Dharma saya Jing Jin dan nomor komite saya 48. Mohon Master tenanglah. Kami akan menjaga rumah kita di Taitung dengan baik dan terus mewariskan semangat untaian bacang,” kata He Gao Bi-zhu, relawan Tzu Chi.


Bodhisatwa sekalian, meski kita hidup di era yang sama dan sama-sama adalah generasi pertama Tzu Chi, kalian yang lebih muda dari saya hendaknya mewariskan ajaran saya. Bukan hanya kaum monastik yang dapat menyebarkan Dharma. Dharma harus dipraktikkan di dunia. Begitu pula dengan ajaran Tzu Chi. Di tengah masyarakat, kalian hendaknya mewariskan ajaran Tzu Chi yang berasal dari Sutra Teratai. Buddha membabarkan Sutra Teratai dan Sutra Teratai mengajarkan praktik Bodhisatwa.

Bodhisatwa dunia hendaknya terus membentangkan Jalan Bodhisatwa. Sutra menunjukkan jalan dan jalan harus dipraktikkan. Jalan ini harus terus kita wariskan. Saya bersyukur kepada para Bodhisatwa dari Taitung yang datang mengunjungi saya hari ini. Bawalah rasa syukur saya ke Taitung dan sampaikanlah kepada orang-orang bahwa saya sangat merindukan tempat pertama yang saya datangi setelah meninggalkan rumah dahulu. Demikianlah saya memulai pelatihan diri saya.

Saya merasa sangat dekat dengan Taitung. Harap semuanya menjaga kesehatan dengan baik. Jiwa kebijaksanaan juga harus dijaga dengan baik. Kita tidak boleh percaya pada takhayul. Kita harus memiliki keyakinan benar serta selalu berdiri dan melangkah dengan mantap. Kita harus terus melangkah maju. Kita menapaki Jalan Bodhisatwa dari kehidupan ke kehidupan. Kita telah bergandeng tangan dari masa lalu hingga masa kini dan akan terus bergandeng tangan hingga masa depan yang tak terhingga. Di masa mendatang, dibutuhkan semangat Tzu Chi untuk melindungi alam dan umat manusia.


Saya bersyukur kepada para Bodhisatwa dari Taitung yang terus memotivasi saya dengan berkata, "Master masih sangat berguna. Kami sangat suka mendengar ceramah Master." Yang paling saya khawatirkan ialah kalian tidak suka mendengar ceramah saya. Kami sangat suka. Jika demikian, saya harus mengasihi diri sendiri agar dapat senantiasa memberikan ceramah untuk kalian. Begitu pula dengan kalian. Saya membutuhkan kalian. (Kami membutuhkan Master.) Tanpa kalian, ajaran saya tidak akan tersebar. Jadi, saya tidak bisa tanpa kalian.

Perlu kalian ketahui bahwa seperti kalian yang tidak bisa tanpa saya, saya pun tidak bisa tanpa kalian. Kita harus saling memotivasi dan mengasihi diri sendiri. Dengan mengasihi diri sendiri, barulah kita bisa mengasihi orang lain dan memotivasi orang-orang untuk berjalan bersama.

Jalinan jodoh membawa Master ke Luye untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan
Guru dan murid memiliki jalinan jodoh mendalam yang akan berlanjut hingga masa mendatang
Melindungi alam dengan semangat Tzu Chi
Membentangkan jalan dengan Sutra Teratai untuk membawa manfaat bagi semua makhluk

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 25 Oktober 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 27 Oktober 2025
Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -