Ceramah Master Cheng Yen: Meneruskan Semangat dalam Mempraktikkan Kebajikan
“Tahun 2012, saya pindah dari Medan ke Jakarta. Orang tua saya langsung mendaftarkan saya ke Tzu Chi Kindergarten. Saat itu, saya pikir Tzu Chi hanyalah sebuah sekolah. Namun, ibu saya sering mengajak kami sekeluarga ikut kegiatan Tzu Chi dan dari sanalah perjalanan saya di Tzu Chi dimulai. Karena ingin terus berkegiatan di Tzu Chi, saya pun memutuskan untuk bergabung dengan Tzu Ching,” kata Regina Lucky, Tzu Chi Next Generation.
“Saat ini, saya menjabat sebagai wakil ketua Tzu Ching Jakarta Utara. Perjalanan saya di Tzu Chi baru saja dimulai. Saya akan terus berusaha dan mengerahkan kekuatan saya untuk menyebarkan kebajikan ke setiap sudut dunia,” pungkas Regina Lucky.
“Dua tahun lalu, saya pernah berikrar kepada Kakek Guru untuk terus mendukung Tzu Chi. Oleh karena itu, hari ini, saya ingin mengajak semuanya untuk menerapkan pola makan vegetaris. Kepada Paman, Bibi, Kakak, dan Adik sekalian, marilah kita bervegetaris. Semoga kita semua bisa tetap menjaga cinta kasih dan welas asih untuk melindungi semua makhluk dan Bumi,” kata James Joelianto, Tzu Chi Next Generation.
Saya sangat senang melihat kalian terus membawa semangat Tzu Chi agar makin banyak orang mengenalnya. Kita harus membimbing anak-anak menuju pintu Tzu Chi agar kelak saat terjun ke masyarakat, mereka tahu bagaimana melangkah di Jalan Bodhisatwa. Kita harus menanamkan cinta kasih dan kebajikan di dalam diri setiap anak. Kehidupan yang penuh dengan cinta kasih adalah kehidupan yang benar-benar bernilai.

Saat ini, dengan teknologi yang berkembang pesat, pendidikan juga makin dalam. AI bisa menjelajahi berbagai ilmu pengetahuan hingga sangat tinggi. Belajar adalah hal yang tidak ada batasnya. Namun, yang paling penting ialah tetap belajar menjadi manusia yang baik. Belajar menjadi manusia yang baik dimulai dari mempelajari sejarah masa lalu. Misalnya, sekarang banyak dari kalian berasal dari keluarga relawan Tzu Chi. Kalian pun harus memahami bagaimana Tzu Chi bermula. Tzu Chi dimulai dengan penuh kesulitan dan sekarang sudah hampir mencapai 60 tahun.
Sepanjang jalan ini, Tzu Chi telah menggerakkan banyak orang baik yang penuh cinta kasih. Tzu Chi juga telah mengubah keluarga yang awalnya tidak bahagia menjadi penuh kebahagiaan. Ini semua adalah kekuatan dari batin dan pikiran. Hendaknya kita mendengarkan, mengucapkan, dan melakukan hal-hal yang baik. Hanya dengan satu sentuhan jari, seluruh dunia akan tahu apa yang dilakukan Tzu Chi. Saat ada yang berbagi kisah, semua orang akan melihat dan memuji.
“Saya bersekolah di Tzu Chi School. Tahun ini, saya naik ke kelas 4 SD. Sejak kecil, setiap ada waktu luang, saya ikut kakak perempuan, kakak laki-laki, dan ibu saya untuk berkegiatan di Tzu Chi, seperti membagikan makanan di panti jompo, belajar bersama anak-anak lainnya, mengunjungi anak-anak yang sakit, memilah sampah, dan mengikuti bazar amal,” kata Archie Chen, Tzu Chi Next Generation.
“Saya ingin berbagi sedikit pengalaman saat mengikuti kegiatan belakangan ini. Meski saya tidak bisa membantu terlalu banyak, tetapi es krim yang kami jual sangat laris dan semuanya habis terjual. Saya sangat suka seni bela diri wushu. Di kegiatan bazar itu, saya tampil di panggung untuk memperagakan wushu. Saya sangat senang bisa membawa kebahagiaan bagi semua orang,” pungkas Archie Chen.
“Saya sangat bahagia karena hari ini bisa berhasil membawa keempat anak saya untuk hadir dan berbagi dengan semua orang. Saya berharap anak-anak saya bisa terus ikut bersama saya berkegiatan di Tzu Chi,” kata Tety Wiguna, Ibu dari Archie Chen.

Keluarga Tzu Chi harus berlandaskan hati yang tulus. Semoga anak-anak di masa depan benar-benar dapat membawa manfaat bagi masyarakat. Arah yang diberikan ibu kepada anaknya adalah jalan kebajikan dan bakti. Apakah kalian mengerti? Baik. Saya mendoakan kalian.
Saat bertanya kepada anak-anak, "Mengapa kalian ikut kegiatan bazar amal?" Mereka pasti menjawab, "Untuk menolong orang lain." Berbuat baik untuk menolong sesama merupakan hal yang harus dibina sejak kecil. Kita perlu memberi mereka arah yang baik. Arah hidup yang penuh kebajikan ialah agama. Ajaran agama memberikan arah dan tujuan hidup.
Anak-anak sekalian, kalian bisa merasakan penderitaan dunia ini dan melihat begitu banyak pendidikan yang sebenarnya berakar pada cinta kasih, entah disebut rahmat, kasih, ataupun cinta kasih agung. Begitulah cinta kasih dan welas asih yang sering dikatakan dalam ajaran Buddha. Cinta kasih agung berarti tidak ada keegoisan dan selalu memberi kebahagiaan dan berkah bagi semua orang. Welas asih berarti tidak sampai hati melihat penderitaan. Jika kita hanya diam melihat orang menderita, artinya hati kita tidak tergerak oleh cinta kasih.
Pada dasarnya, semua orang memiliki cinta kasih. Jika tidak memiliki welas asih, kita tidak akan tergerak untuk membantu. Cinta kasih dan welas asih adalah bentuk dari kasih, rahmat, dan sikap saling peduli. Semuanya berasal dari satu kata "cinta". Ketika melihat wujud penderitaan, kita harus memiliki hati. Dengan hati yang baik, ketika melihat wujud penderitaan, kita akan tergerak untuk berbuat baik dan membantu.

Kita perlu adanya komunitas. Jika tidak, dengan dunia yang begitu luas ini, bagaimana kita bisa menjangkau seluruh dunia? Asalkan memiliki semangat Tzu Chi, semua orang adalah saya dan saya akan terus berada di sisi kalian. Kita semua adalah satu kesatuan yang memiliki cinta kasih agung.
Mendengar anak-anak berbicara, saya merasa sangat senang dan penuh harapan. Saya berterima kasih kepada insan Tzu Chi setempat, juga kepada orang tua yang menjadi teladan dan membimbing anak-anak menuju jalan kebajikan. Inilah yang disebut orang yang penuh berkah. Setelah memiliki berkah, kita harus ingat bahwa kebijaksanaan tidak boleh tertinggal.
Kebijaksanaan berarti merasakan kesakitan dan penderitaan orang lain. Inilah yang disebut dengan kebijaksanaan. Jika memiliki rasa iba, kita akan punya kekuatan untuk membantu. Inilah yang disebut dengan kebijaksanaan. Apakah kalian mengerti maksud saya? Baik. Mengerti, ya.
“Semoga Kakek Guru sehat selalu dan panjang umur. Kami juga ingin menjadi murid generasi pertama Kakek Guru. Kakek Guru harus menunggu kami, ya.”
Baik. Kalian harus terus tekun dan semangat. (Baik.) Ingatlah, ketika matahari terbit di pagi hari, saya ada di sisi kalian.
Mendidik anak-anak untuk mewarisi cinta kasih
Meneruskan semangat untuk belajar dengan sepenuh hati
Menyaksikan penderitaan di masyarakat dan memahami arah yang benar
Tekun dan bersemangat membina welas asih dan kebijaksanaan
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 25 Juli 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 27 Juli 2025