Ceramah Master Cheng Yen: Mengembangkan Cinta Kasih Tak Terbatas di Tengah Penderitaan

Terhadap misi kesehatan kita, saya tidak bisa mengungkapkan semua rasa syukur saya. Lebih dari 2.000 insan Tzu Chi wilayah utara bergerak untuk membersihkan RS Tzu Chi Taipei. Para staf medis kita juga bergerak untuk melakukan pembersihan dengan saksama.

Para insan Tzu Chi menganggap rumah sakit kita sebagai rumah sendiri karena setiap potong bata dan genting rumah sakit kita berasal dari kekuatan cinta kasih mereka. Mereka membantu melindungi lingkungan rumah sakit dalam jangka panjang, tetapi tidak pernah ikut campur dalam urusan administrasi medis.

Setiap hari, mereka mengungkapkan rasa syukur terhadap para dokter dan perawat serta menyiapkan jus dan camilan bagi para staf medis kita yang sangat bersusah payah. Dalam keseharian, demikianlan relawan kita memperhatikan staf medis kita. Setiap tahun, banyak relawan yang berkumpul untuk membersihkan rumah sakit kita.


Dalam rangka memperingati Ulang Tahun Rumah Sakit Tzu Chi Dalin yang ke-19, para staf medis memanfaatkan hari Minggu untuk mencurahkan perhatian kepada masyarakat pedesaan. Mereka dibagi dalam belasan kelompok agar dapat menjangkau warga lebih banyak.

“Saya sangat bersyukur pada mereka. Baik cuaca hujan maupun panas, mereka tetap datang. Saya sungguh sangat bersyukur. Karena dia tidak bisa bangun, maka saya akan memberi tahu mereka saat saya butuh bantuan dan mereka akan membantu saya,” kata Ibu He, salah seorang penerima bantuan Tzu Chi.

“Dengan memahami penderitaan pasien yang sesungguhnya, kita baru bisa bersumbangsih dari lubuk hati kita. Saat memberikan pelayanan medis ke rumah, kita sering kali bisa melihat pasien yang paling menderita. Dengan melakukan kunjungan, kita bisa melihat lebih banyak dan terus mempertahankan motivasi kita,” kata Lai Ning-sheng, Kepala Rumah Sakit Tzu Chi Dalin.

 

“Staf medis kita melihat pasien di rumah sakit setiap hari. Dengan berkunjung ke rumah penerima bantuan dan pasien yang tidak bisa berobat ke rumah sakit, cinta kasih, dan welas asih staf medis kita akan terbangkitkan. Jadi, setelah kembali ke rumah sakit, mereka bisa berempati saat merawat pasien di rumah sakit,” kata dr. Chien Jui-teng, dokter di RS Tzu Chi Dalin.

Para tenaga medis berkunjung ke rumah orang yang menderita untuk memeriksa apakah mereka butuh mengganti obat ataupun pengobatan lainnya. Mereka memberikan pelayanan medis ke rumah warga dengan sangat tulus. Mereka menganggap orang yang membutuhkan sebagai keluarga. Mereka sering memanfaatkan hari libur untuk berkunjung ke rumah-rumah para penerima bantuan di pedesaan, membantu membersihkan rumah, mengganti obat mereka, dan lain-lain. Inilah yang dilakukan tenaga medis kita.


Saya sangat bersyukur mereka bersumbangsih dengan cinta kasih sesuai nilai budaya humanis Tzu Chi. Setiap hari, mereka bekerja sama menuju arah tujuan yang sama. Saya dipenuhi rasa syukur setiap hari. Rasa syukur saya tidak habis untuk diungkapkan.

Saat kita akan membangun Rumah Sakit Tzu Chi Hualien, Profesor Yang Sze-piao, Kepala RS Tu Shih-mien, dan Kepala RS Tseng Wen-ping baru berusia 60-an tahun. Saat saya meminta bantuan mereka, mereka masih sangat energik. Mereka bersungguh hati memberikan dukungan pada saya.

Kini Profesor Yang telah berusia 101 tahun dan kepala RS Tseng pun sudah berusia 90-an tahun. Kepala RS Tseng didampingi oleh banyak insan Tzu Chi. Beliau sangat dipenuhi berkah. Kapan pun orang mengunjunginya, beliau selalu berada dalam kondisi bersih. Ini karena insan Tzu Chi di sekitarnya selalu memperhatikannya. Semua orang bersyukur padanya. Yang disesalkan ialah meski memiliki materi yang berlimpah, hidup kita tetap tak lepas dari penderitaan.

Benar, seiring berlalunya waktu, stamina tubuh kita terus menurun dan segala fenomena di dunia ini terus mengalami perubahan. Hanya saja, kita tidak menyadarinya. Karena itulah, Buddha senantiasa mengingatkan kita bahwa hidup manusia penuh penderitaan karena bertambahnya usia dan perubahan yang tiada henti.


Kita harus menyadari bahwa tubuh ini tidak bersih, perasaan membawa derita, pikiran tidak kekal, dan segala fenomena bersifat tanpa inti. Kita harus mengerahkan segenap hati dan tenaga untuk bersumbangsih bagi dunia.

Kita akan membangun rumah bagi korban bencana di Afrika Timur. Berhubung tidak memiliki lahan, mereka hanya membangun rumah dengan material alami yang akan lapuk dan roboh dalam waktu singkat.

Menenteramkan Batin Para Korban Bencana
Terjangan Siklon Idai mendapat perhatian dari pemerintah setempat sehingga mereka memutuskan untuk membagikan tanah kepada korban bencana. Karena itu, kita menggenggam momen ini untuk membangun rumah di atas lahan yang disediakan pemerintah agar para korban bencana dapat hidup tenang. Kita juga akan merencanakan pembangunan permukiman bagi mereka.

Untuk membangun sekolah di sana, juga dibutuhkan perencanaan yang matang. Ada sekelompok besar insan Tzu Chi yang bertekad untuk bersumbangsih semampu mereka bagi korban bencana di Afrika Timur. Kita bersumbangsih untuk memperbaiki kehidupan korban bencana. Kita harus menghimpun cinta kasih orang-orang untuk menjalankan proyek pembangunan dan membawa harapan bagi masa depan mereka.

Menjangkau sudut-sudut gelap untuk melenyapkan penderitaan
Dokter humanis menangani pasien dengan empati dan welas asih
Menyadari bahwa segala sesuatu terus mengalami perubahan
Membangun harapan bagi korban bencana dengan cinta kasih tak terbatas
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 24 Juli 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 26 Juli 2019
Kita hendaknya bisa menyadari, menghargai, dan terus menanam berkah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -