Ceramah Master Cheng Yen: Mengembangkan Kebijaksanaan dan Mewariskan Semangat Tzu Chi

Melihat kalian semua mendengar Dharma, saya sangat gembira. Buddha membabarkan Dharma pada lebih dari 2.500 tahun yang lalu. Kini saya kembali membabarkan Dharma dan menyesuaikannya dengan kondisi zaman sekarang agar orang-orang lebih mudah memahaminya.

Insan Tzu Chi harus tulus, benar, yakin, dan sungguh-sungguh. Saya berharap kalian dapat membangun Empat Ikrar Agung dengan tulus, benar, yakin, dan sungguh-sungguh. Saya menggunakan kata-kata yang bisa dipahami semua orang untuk mengimbau orang-orang menerapkan semangat Tzu Chi dan menapaki Jalan Bodhisatwa sesuai ajaran Buddha.


Saat lahir sebagai manusia, Buddha merasa heran mengapa terdapat pembagian kasta; mengapa ada lahir, tua, sakit, dan mati; mengapa ada begitu banyak hal yang rumit di dunia ini; dari mana manusia datang dan ke mana mereka pergi? Ada banyak hal yang tidak diketahui jawabannya. Buddha merasa demikian sejak kecil.

Pada usia muda, Buddha memutuskan untuk mencari kebenaran. Buddha meninggalkan kemewahan istana dan terjun ke tengah masyarakat untuk melihat kondisi kehidupan di dunia ini. Buddha menghabiskan waktu 11 tahun untuk memahami kebenaran dan menyucikan hati-Nya sendiri sehingga bisa memiliki hati yang murni tanpa noda serta merangkul seluruh alam semesta. Semua prinsip kebenaran tersimpan di dalam kebijaksanaan Buddha yang seluas samudra. Tentu saja, dengan meneladani hati Buddha, kita baru bisa memahaminya.

Setelah mencapai pencerahan, Buddha menyadari bahwa setiap orang memiliki sifat hakiki yang murni Buddha menyadari bahwa setiap orang memiliki sifat hakiki yang murni dan setara dengan-Nya. Ini berulang kali disebutkan di dalam Sutra.


Setelah menemukan kebenaran dan arah yang benar, Buddha sepenuh hati melatih diri sehingga bisa memahami segala kebenaran di alam semesta dan mencapai pencerahan. Bukan hanya Buddha yang bisa mencapai pencerahan. Semua makhluk memiliki sifat hakiki yang murni dan setara dengan Buddha. Kita hanya tersesat. Kita bisa kembali ke jalan yang benar dan menapaki Jalan Bodhisatwa.

Zaman Buddha telah berlalu 2.500 hingga 2.600 tahun. Namun, ajaran Buddha terus diwariskan lewat tulisan, terjemahan, dan kompilasi. Berkat para guru Buddhis, ajaran Buddha dapat diwariskan dari generasi ke generasi.

Saya juga merasa bahwa saya sangat dipenuhi berkah karena bisa memilih arah yang benar. Saya juga sangat bersyukur memiliki tubuh ini. Dengan tubuh ini, saya bukan hanya membuka sebuah jalan, tetapi juga menjalin jodoh baik dengan kalian semua di kehidupan lampau. Saya sangat bersyukur atas hal ini. Saya juga bersyukur dari kehidupan ke kehidupan, saya tidak kehilangan kesadaran, terus mengubah kesadaran menjadi kebijaksanaan, dan menyimpan ajaran Buddha di dalam kesadaran saya. Jadi, kesadaran menyatu dengan kebijaksanaan.

Entah sudah berapa kehidupan kita menjalin jodoh baik sehingga kalian sangat gembira melihat saya. Begitu saya mengeluarkan imbauan, kalian langsung menurutinya. Begitu saya melambaikan tangan, kalian langsung mengikuti langkah saya. Benarkah kalian mengikuti langkah saya? (Benar) Arah kita tidak boleh menyimpang. Arah tujuan kita sangat jelas. Buddha telah menunjukkan arah pada kita. Jadi, kita harus menuju arah tersebut. Kita harus berjalan sebagai satu tim agar tidak tersesat. Jika terlepas dari tim, kita bisa tersesat. Jadi, kita harus memiliki kesatuan hati.


Bodhisatwa sekalian, kita harus memiliki kesatuan hati dan semangat tim. Insan Tzu Chi menapaki Jalan Buddha dan Bodhisatwa serta berinteraksi dengan masyarakat untuk bersumbangsih secara nyata.

Bagai Bodhisatwa, insan Tzu Chi menjangkau semua makhluk yang menderita. Saat bersumbangsih, relawan kita juga membimbing dan menginspirasi orang lain. Saya akan memberi tahu generasi penerus kalian bahwa relawan Tzu Chi generasi pertama bisa melakukannya. Jadi, mereka juga bisa melakukannya. Demikianlah kita mewariskan semangat Tzu Chi dari generasi ke generasi.

Pewarisan ini bagikan menyalakan lilin. Sebatang lilin yang menyala dapat menyalakan ribuan, bahkan puluhan ribu batang lilin lainnya dengan apinya. Dengan demikian, lilin yang menyala akan terus bertambah. Dengan membagi api ke lilin lain, apakah cahaya lilin ini meredup? (Tidak) Apakah lingkungan sekitarnya menjadi lebih terang? (Ya) Begitu pula dengan pewarisan semangat Tzu Chi.

Selain mendampingi relawan baru, kita juga tetap melakukan survei kasus, melakukan daur ulang, dan aktif dalam kegiatan Tzu Chi. Kita tidak melepas tanggung jawab kita. Inilah yang disebut membina insan berbakat. Kita harus berusaha untuk mewariskan lentera kebijaksanaan guna mencerahkan dunia. Saya berharap kalian bisa mendalami Sutra Bunga Teratai dan mempraktikkannya dalam keseharian. Kalian harus menyerapnya ke dalam hati dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan membawa ajaran yang menakjubkan dari Sutra Bunga Teratai ke kehidupan yang akan datang, tidak peduli kalian yang melambaikan tangan atau saya yang melambaikan tangan, kita akan segera berkumpul kembali. Kita akan selamanya menapaki Jalan Bodhisattwa. Guru dan murid saling membimbing. Kita harus mempertahankan jalinan jodoh kita.

Saya terus berkata bahwa setiap detik… (Tiada duanya) Setiap detik dalam hidup kita adalah satu detik yang tiada duanya. Jadi, kita harus memanfaatkannya dengan baik. Kisah-kisah yang kita dengar hari ini adalah contoh orang-orang yang memahami kebenaran. Mereka berbagi Dharma dengan hidup mereka. Semoga kalian menggenggam setiap detik untuk mendalami Dharma dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Saya mendoakan kalian. Terima kasih.

Membangun Empat Ikrar Agung dengan tulus, benar, yakin, dan sungguh-sungguh
Mengembangkan kebijaksanaan agar tidak tersesat
Bersungguh hati mendengar Dharma dan menghilangkan tabiat buruk
Mewariskan semangat Tzu Chi dari generasi ke generasi

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 10 Januari 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 12 Januari 2018

Editor: Metta Wulandari

Apa yang kita lakukan hari ini adalah sejarah untuk hari esok.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -