Ceramah Master Cheng Yen: Mengembangkan Potensi Kebajikan dan Mengenang Guru Zhuang Nu

Relawan Cai Kuan baru mengenal Tzu Chi pada usia 70-an tahun. Kehidupannya pada usia lanjut lebih menarik dari sebelumnya karena dia telah menemukan arah tujuan dalam hidupnya. Berhubung dia telah lanjut usia dan anak-anaknya telah berkeluarga, dia pun mengejar kebahagiaannya sendiri dengan melakukan hal yang menurutnya bermakna.

Dia menjalani hidup di dunia ini dengan membawa manfaat bagi sesama manusia. Dia bersumbangsih dengan bahagia. Kini dia telah berusia 98 tahun, tetapi tubuhnya masih sangat tegak. Belakangan ini, dia sering berbagi pengalaman dengan orang lain. Lihatlah, meski penampilannya menua, tetapi tubuhnya masih sangat sehat dan pikirannya masih sangat jelas. Dia sungguh mengagumkan.

Meski telah pensiun, dia menggenggam setiap waktu untuk bersumbangsih demi menumbuhkan jiwa kebijaksanaannya. Dahulu, dia mendedikasikan hidupnya untuk pekerjaan dan keluarganya. Setelah pensiun, dia bersumbangsih untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaannya.

Kemarin, di Griya Jing Si, ada yang berbagi tentang almarhum Bapak Zhuang Nu. Dua hari yang lalu, para relawan kita menggelar acara musikal untuk mengenang beliau. Beliau telah menjalin jodoh dengan Tzu Chi dalam jangka panjang. Beliau sangat menghargai jalinan jodoh ini. Beliau berkata bahwa setelah menjalin jodoh dengan Tzu Chi, kehidupannya menjadi lebih cemerlang. Saya juga ingat bahwa saat beliau berusia 70-an tahun, dalam rangka memperingati 30 tahun Tzu Chi, beliau menulis sebuah lagu yang liriknya berbunyi, “Melangkahlah dengan lembut agar tidak menyakiti bumi.” Saat itu, saya sering mengingatkan setiap orang untuk memperhatikan tata krama dalam berjalan. Untuk bersyukur dan mengasihi bumi, kita harus melangkah dengan lembut agar tidak menyakiti bumi.

Saat itu, berhubung ruang kita terbatas, maka pertemuan pagi relawan diadakan di taman dengan tenda-tenda beratapkan seng. Sebelum pergi ke rumah sakit, relawan kita berkumpul di sana untuk menghadiri pertemuan. Saat itulah Bapak Zhuang bergabung dengan Tzu Chi.

Sebelum relawan kita pergi ke rumah sakit, saya selalu memberi pesan pada mereka dan mendengar mereka berbagi pengalaman. Saat itu, beliau selalu duduk di sisi sebuah meja panjang dan mencatat perkataan saya dengan sepenuh hati. Dengan catatan tersebut, beliau menulis lagu Masa Celengan Bambu dalam rangka 30 tahun Tzu Chi. Lagu Rangkulan Kasih bagi Semua Makhluk dan Membentangkan Jalan dengan Cinta Kasih juga merupakan lirik lagu ciptaannya pada tahun yang sama.

Dalam ingatan saya, selama bertahun-tahun, beliau selalu kembali untuk makan bersama di malam Tahun Baru Imlek. Awal tahun ini, beliau juga kembali ke Griya Jing Si. Beliau mulai mengikuti pelatihan relawan pada usia 88 tahun. Beliau bergabung dengan Tzu Chi pada usia 70-an tahun, tetapi pada tahun 2009, beliau baru bertekad dan berikrar untuk mengikuti pelatihan relawan.

Pada usianya yang ke-90 tahun, beliau dilantik menjadi relawan dan menyatakan berguru kepada saya. Kemarin, saya mendengar bahwa seluruh anggota keluarganya datang ke Taiwan guna menghadiri upacara untuk mengenang beliau di Shuanghe yang dihadiri oleh lebih dari 1.500 orang. Dari sini bisa diketahui bahwa beliau sungguh menjalin jodoh baik dengan banyak orang. Sungguh, lagu ciptaannya bisa memengaruhi dan menyucikan hati manusia. Kekuatan cinta kasih seperti ini juga bisa menginspirasi banyak benih cinta kasih.

Dengan membangun tekad, setiap orang bisa berbuat baik tanpa dibatasi oleh usia. Setiap orang hendaknya memanfaatkan waktu dengan baik. Jika tidak, perubahan iklim yang ekstrem akan memicu terjadinya berbagai bencana di muka bumi ini.

Kita bisa melihat Italia kembali diguncang gempa dahsyat kemarin. Akibat ketidakselarasan unsur tanah, Italia telah berulang kali diguncang gempa. Terjangan Badai Matthew juga menimbulkan kerusakan di Haiti. Insan Tzu Chi telah menjangkau Haiti. Dalam dua hingga tiga hari ini, relawan kita setiap hari menyediakan nasi Jing Si rasa kacang merah yang hangat dan lezat bagi para korban bencana. Inilah kekuatan cinta kasih. Filipina juga diterjang angin topan. Insan Tzu Chi segera menyurvei lokasi bencana dan mulai memberikan bantuan. Sungguh, di setiap tempat yang dijangkau oleh insan Tzu Chi, orang-orang yang menderita telah terselamatkan. Saya sangat bersyukur melihatnya.

Hal yang saya syukuri sangatlah banyak. Di Taiwan, kita bisa melihat pencapaian penerima beasiswa kita. Anak-anak tahu untuk berbuat baik, berbakti kepada orang tua, dan bersumbangsih bagi keluarga. Semua itu sangat menyentuh.

Hal yang menyentuh hati sangatlah banyak. Kalian harus lebih sering menonton Da Ai TV dan berbagi kisah yang menyentuh, positif, dan inspiratif di tengah masyarakat. Kita harus menggunakan kisah-kisah ini untuk menginspirasi orang lain. Karena itulah, kita harus mempelajari sejarah Tzu Chi dan berbagi dengan orang-orang tentang hal-hal yang kita lakukan sekarang agar orang-orang dapat memahaminya. Kita harus menyucikan hati manusia karena kita sudah tidak punya cukup waktu lagi.

 

Mengembangkan potensi kebajikan setelah pensiun

Menumbuhkan jiwa kebijaksanaan diri sendiri dengan bersumbangsih bagi orang lain

Membentangkan Jalan Tzu Chi dengan cinta kasih

Insan Tzu Chi merangkul semua makhluk dan mengenang Guru Zhuang Nu

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 31 Oktober 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 2 November 2016

Menghadapi kata-kata buruk yang ditujukan pada diri kita, juga merupakan pelatihan diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -