Ceramah Master Cheng Yen: Mengembangkan Potensi Kebajikan dan Mengubah Pengetahuan Menjadi Kebijaksanaan


“Saya sangat ingin membantu anak-anak untuk dapat belajar dengan baik. Mereka membuat saya menjadi guru yang lebih baik. Saat mengajar di sini, saya menjadi lebih memiliki belas kasih dan empati terhadap orang lain. Pendidikan dapat membantu mereka membentuk pola pikir dan mengubah mereka menjadi orang yang baik. Saya berharap ke mana pun pergi, mereka akan menjadi orang yang sukses,”
kata Amira Guru Pusat Pembelajaran Pengungsi Tzu Chi.

Dunia saat ini membutuhkan pendidikan. Meski dunia memiliki negara yang berbeda-beda, pendidikan tidak boleh membeda-bedakan objeknya. Baik kaya maupun miskin, kita harus memberikan bantuan yang sesuai sehingga mereka dapat menerima pendidikan.

“Saya bertanya padanya, ‘Di sekolah mana kamu belajar?’ Dia berkata Pusat Pendidikan Tzu Chi Selayang yang mengajarinya,” kata Hussein Ahmad Ayah Bibi

“Kami mengajarkan sopan santun. Saat ada yang kesusahan, kita harus saling menolong. Budaya seperti inilah yang diajarkan. Kami bersyukur Tzu Chi selalu menjaga kami selama kami ada kesulitan,” kata Sofinah Ibu Bibi.

“Pendidikan budaya humanis yang dirancang sangatlah bagus. Sesungguhnya, ini sangat diperlukan oleh siswa untuk membina karakter diri mereka. Para orang tua lebih banyak berfokus pada pekerjaan untuk menghidupi keluarga sehingga tidak memiliki banyak waktu untuk mengajarkan keterampilan hidup pada anak-anak. Pendidikan budaya humanis juga dapat membantu siswa mengembangkan rasa syukur atas apa yang mereka miliki, belajar membantu orang tua, dan menghormati orang yang lebih tua. Semua ini dapat membentuk mereka menjadi individu yang lebih baik di masa depan,” kata Deborah Guru Pusat Pembelajaran Pengungsi Tzu Chi.


Tidak hanya mengikuti kurikulum pelajaran, kita juga harus menghidupkan jiwa kebijaksanaan mereka. Jangan hanya mengajarkan pengetahuan dari buku. Pengetahuan dari buku dapat dipelajari di sekolah mana pun. Anak-anak ini telah memiliki jalinan jodoh dengan kita. Selain mengajarkan pengetahuan, kita harus mengajarkan kepada mereka untuk mengubah pengetahuan menjadi kebijaksanaan. Dengan demikian, mereka akan memiliki kebijaksanaan dan kebajikan. Bagaimana cara mengajarkan keterampilan pada mereka? Itulah tanggung jawab kita.

“Saat pertama kali datang ke Malaysia, saya tidak melanjutkan pendidikan. Saya hanya tidur, makan, dan membantu ayah saya. Sebelum bersekolah, saya tidak bisa apa-apa. Bahkan, saya tidak mengenal alfabet. Namun, setelah bersekolah, saya bisa berbicara dalam bahasa Inggris dan bahasa Melayu. Ini adalah kemajuan yang sangat besar. Di klinik, saya membantu menjadi penerjemah dan membantu dokter menyiapkan obat. Saya akan membantu orang lain semampu saya. Saya memiliki rencana untuk melanjutkan pendidikan karena saya ingin menjadi seorang insinyur. Di masa depan, masih banyak hal yang ingin saya capai,” kata Taher Pengungsi Myanmar.

“Tanggung jawab utama dia berada di apotek untuk menyiapkan obat. Dia telah berkembang pesat dan berperilaku baik. Sesungguhnya, bekerja di Tzu Chi bukan hanya sekadar bekerja, tetapi juga melayani sesama warganya,” Fu Zhi-liang Kepala Klinik Pengobatan Tzu Chi

Ketika bisa memberikan bantuan, hendaknya kita mengusahakan yang terbaik. Tentu saja, dalam memberikan cinta kasih, kita harus menggunakan kebijaksanaan. Cinta kasih yang kita berikan hendaknya seperti sumsum tulang. Tidak hanya memberikan darah, kita memberikan sumsumnya. Hendaknya kita memiliki ketulusan dan kemurnian. Jika kita hanya terus memberikan bantuan materi, itu seperti terus menerus mendonorkan darah kepada pasien, tetapi pasien tetap kekurangan sumsum tulang yang mampu memproduksi sel darah sendiri. Tubuh seperti itu bukanlah tubuh yang sehat.


Kita jangan hanya memberikan pendidikan formal tanpa mengajarkan inti sari cinta kasih kepada mereka. Hal yang terpenting, bisakah kita membuat para siswa memahami semangat dan nilai-nilai Tzu Chi melalui pengajaran dengan cinta kasih yang tulus? Jika kita melakukan hal itu, mereka dapat menjadi benih di negara asal mereka ketika semuanya telah aman dan damai.

Saya berharap selama kurun waktu mereka belajar di sini, negara mereka pun akan kembali harmonis. Ketika kembali ke negara mereka, mereka adalah benih yang dapat menerapkan pendidikan di sana. Jika inti sari pendidikan ini dapat diterapkan, ini adalah hal yang sangat baik. Kita harus mendidik mereka dengan ketulusan. Ini semua dimungkinkan dengan cinta kasih yang murni tanpa noda.

Ketika melihat anak-anak kembali ke Griya Jing Si, mereka semua sangat rapi. Saya berharap mereka semua dapat menjadi benih Tzu Chi. Setelah menerima pendidikan Tzu Chi, kita berharap mereka memiliki sumsum tulang, bukan hanya darah. Darah di dalam tubuh diberikan oleh orang tua, tetapi sumsum diberikan oleh pendidikan yang mereka terima. Orang tua memberikan darah kepada mereka, sedangkan kita memberikan sumsum jiwa kebijaksanaan. Sumsum adalah intinya.

Kita sering berbicara tentang transplantasi sumsum tulang. Sumsum tulang mempunyai fungsi memproduksi sel darah. Jadi, kita ingin mereka memiliki tubuh yang sehat dan pikiran yang benar. Kita harus memiliki arah yang benar dan mendidik para siswa dengan hati yang tulus. Ini adalah hal yang benar untuk dilakukan.

“Saya mengajukan beasiswa ini bukan hanya untuk melanjutkan pendidikan, melainkan juga untuk dapat membantu orang lain,” kata Kaishan Siswa kelas perawatan jangka panjang.


Zaman telah berbeda. Bagaimana kita mengumpulkan orang-orang di era keberagaman ini? Kita menghimpun mereka sama seperti memegang simpul ikatan bacang. Saya memulai dengan kisah 50 sen yang berawal dari daerah kecil di Hualien, Taiwan. Saat ini, kita memiliki selembar peta besar dan kita dapat melihat bahwa Tzu Chi telah menyalurkan bantuan ke banyak negara. Inilah perkembangan Tzu Chi.

Kita mengemban tanggung jawab atas pendidikan di seluruh dunia. Semua yang tergabung dalam badan misi Tzu Chi sangat bersatu hati. Saya sungguh bersyukur. Semua orang bekerja sama untuk memberikan pendidikan dan menjadi teladan dalam bidang pendidikan. Saya sungguh berharap kita dapat memperkuat silsilah Dharma. Sama seperti simpul ikatan bacang yang diikat dengan baik, begitulah kita harus mewariskan nilai dan semangat Tzu Chi.

Saya berharap generasi saya, generasi Anda, dan generasi berikutnya terus mewariskan silsilah Dharma ini. Untuk saat ini dan masa depan, kita harus memikirkan dengan baik bagaimana cara mendidik para siswa agar mereka menumbuhkan jiwa kebijaksanaan mereka. Kita yang tinggal di Taiwan sebenarnya memiliki alat pemenuh kebutuhan yang cukup dan menjalani kehidupan yang sangat baik.

Hendaklah kita berkontribusi bagi dunia. Jadi, kita harus berusaha mendidik anak dan cucu kita di masa depan. Hendaklah kita memikirkan dengan baik bagaimana mengintegrasikan semangat dan nilai-nilai Tzu Chi dalam empat misi secara keseluruhan.

Budaya humanis membangkitkan jiwa kebijaksanaan
Mengembangkan potensi kebajikan dan mengubah pengetahuan menjadi kebijaksanaan
Memupuk benih kebajikan dengan ketulusan dan kebenaran
Mewariskan silsilah Dharma hingga masa depan

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 28 September 2023
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Felicia
Ditayangkan Tanggal 30 September 2023
Orang yang berjiwa besar akan merasakan luasnya dunia dan ia dapat diterima oleh siapa saja!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -