Ceramah Master Cheng Yen: Mengenal Rasa Puas dan Menumbuhkan Rasa Syukur di Hati


“Berikutnya, yang akan bercerita ialah Kakak Hao-jie. Setelah ayahnya meninggal, dia menjadi tulang punggung keluarga serta masih harus merawat ibunya yang menderita skizofrenia dan adik laki-lakinya yang menderita ADHD,”
kata Zhan Wen-qian relawan Tzu Chi.

“Pada tahun 2019, kami menerima kasus ini. Kami segera membantu keluarga ini dengan membersihkan rumah mereka. Tim kami juga mengutus relawan untuk mendampingi ibunya menjalani pemeriksaan. Kami sangat berterima kasih kepada para dokter kita. Dokter mengatakan bahwa ibunya harus segera dirawat di rumah sakit. Ibunya dirawat di RS Tzu Chi selama satu bulan lebih,” kata Hu Mei-ling relawan Tzu Chi.

“Sementara itu, kami juga meminta bantuan kepada pihak sekolah untuk membantu menjaga adik laki-lakinya. Jadi, kami bekerja sama dengan badan misi kesehatan. Pendidikan dan tempat tinggal adik laki-lakinya juga telah diatur dengan baik,” pungkas Hu Mei-ling.

“Saya benar-benar berterima kasih atas pendampingan sepenuh hati dari para bibi relawan. Saya juga sangat berterima kasih kepada para dokter dan perawat yang ada di dalam video karena telah datang membantu membersihkan rumah saya. Mereka tidak hanya membersihkan rumah saya, melainkan juga mengangkat beban berat yang ada di dalam hati saya,” kata Liang Hao-jie penerima bantuan Tzu Chi.

“Sebuah celengan bambu kecil yang pertama kali diberikan oleh para bibi relawan kepada saya membuat saya mengerti untuk menjadi seseorang dengan telapak tangan yang menghadap ke bawah. Bersumbangsih merupakan suatu hal yang sangat menakjubkan. Melalui Sup Empat Bahan Tzu Chi yang berisikan berpuas diri, bersyukur, berpengertian, dan bertoleransi, saya diingatkan untuk belajar mengenal rasa puas,” pungkas Liang Hao-jie.

Orang-orang yang saya temui setiap hari adalah Bodhisatwa. Setiap hari, saya berkumpul dengan orang-orang yang berkebajikan unggul. Kita semua benar-benar dipenuhi berkah. Karena itu, kita hendaknya menumbuhkan rasa syukur di hati setiap hari. Kita selalu bersyukur atas budi luhur Buddha, budi luhur Bodhisatwa, dan budi luhur semua makhluk. Setiap orang hendaknya senantiasa merasa bersyukur.


Saya selalu merasa bersyukur setiap hari. Jadi, ketika makanan disajikan, saya selalu mengucap syukur. Kita hendaknya mengingat dari mana makanan kita berasal. Entah berapa banyak orang telah bekerja keras untuk semangkuk nasi ini sehingga kita dapat menikmatinya. Kita bisa duduk di ruangan ini berkat entah berapa banyak orang yang telah bekerja keras memanjat naik dan turun untuk membangun ruangan setinggi ini dan membersihkan ruangan ini. Jadi, baik saat berjalan, berdiri, duduk, maupun berbaring, kita harus selalu bersyukur.

Janganlah kita mengeluh bahwa kehidupan penuh penderitaan. Kita merasa menderita karena kita tidak mengenal rasa puas dan tidak menumbuhkan rasa syukur di hati. Ketidakpuasan batin membuat kita selalu merasa tidak cukup dan selalu merasa kekurangan. Inilah penyebab kita tidak pernah merasa bahagia. Jadi, harap semua orang dapat benar-benar menumbuhkan rasa syukur di hati dan pikiran kita. Dengan memiliki kepuasan batin, kita akan selalu merasa bahagia.

Ketidaksempurnaan tidak dapat dihindari. Bumi kita ini memiliki musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin. Manusia mengalami fase lahir, tua, sakit, dan mati. Segala materi di dunia ini juga mengalami fase terbentuk, berlangsung, rusak, dan hancur. Begitu pun dengan pikiran kita yang mengalami fase timbul, berlangsung, berubah, dan lenyap. Batin kita selamanya tidak akan merasa puas. Ketika melihat suatu barang, kita akan berkata, "Bagus sekali, saya mau." Keinginan kita makin lama makin banyak. Dengan demikian, kita selamanya tidak akan merasa puas.

Pikiran mengalami fase timbul, berlangsung, berubah, dan lenyap dan kita tidak menyadarinya. Ketika kita telah mendapatkan apa yang kita inginkan, kita akan berkata, "Benar, ini yang saya inginkan. Benar, saya mau yang ini." Kita selamanya tidak akan merasa puas. Demikianlah kehidupan. Kehidupan penuh dengan penderitaan. Ketakutan, kecemasan, serta banyaknya keinginan juga mendatangkan penderitaan dan membuat hati kita tidak tenteram. Orang-orang hendaknya menyelaraskan pola pikir mereka.


Setiap hari, para insan Tzu Chi mendengarkan Dharma yang saya ajarkan secara daring. Sesungguhnya, apa yang saya katakan setiap hari, bukankah semuanya sama? Ketika melantunkan Sutra, kita melihat semua Sutra diawali kata-kata, "Demikianlah yang telah kudengar." Jadi, saya berharap semua orang dapat menyebarkan Dharma dan membawa manfaat bagi semua makhluk. Untuk melakukan ini, kita harus menyebarkan Dharma yang kita dengar.

"Master memberi tahu kita bahwa kita harus senantiasa menciptakan berkah di masyarakat. Agar dunia ini dipenuhi energi berkah, kita harus menciptakan berkah terlebih dahulu." Tentu saja, kehidupan tidak selalu sempurna dan pasti ada kekurangan di dalamnya. Baik dalam hal perasaan maupun keinginan, akan selalu ada kekurangan dalam berbagai hal. Jadi, kita tidak dapat mengharapkan segalanya sempurna. Yang terbaik ialah mengharapkan keselamatan dan ketenteraman. Keselamatan dan ketenteraman adalah berkah. Inilah yang dikatakan oleh orang-orang zaman dahulu.

Ketika batin kita mengenal rasa puas, kita akan bersumbangsih secara sukarela. Contohnya Tzu Chi. Dalam setahun, entah berapa banyak hal yang telah kita lakukan untuk menolong orang-orang di seluruh dunia. Dahulu, saya selalu membuat seruan untuk menolong orang-orang di seluruh dunia. Jadi, ketika suatu negara dilanda bencana, kita akan memberikan pertolongan. Kalian mungkin masih ingat pada saat itu, banyak orang berkata, "Daripada membantu orang-orang di negara lain, mengapa kalian tidak membantu orang-orang di Taiwan?" Saya sangat khawatir ketika mendengar hal ini. Orang-orang seharusnya tidak boleh mengutuk Taiwan.

Saya selalu mengatakan kepada para relawan kita bahwa jika orang-orang mengatakan hal seperti ini, kita dapat berkata, "Kita harus mendoakan diri sendiri dan janganlah mengutuk diri sendiri." Ini disebut mengutuk diri sendiri dan kita tidak boleh melakukannya. Ada orang bertanya, "Ke mana pertolongan itu diberikan? Mengapa kamu tidak menolong saya saja?" Ini berarti kita mengutuk diri sendiri supaya selalu perlu ditolong oleh orang lain. Janganlah berpikir demikian.

Kita justru harus mendoakan diri sendiri dengan berkata, "Saya berharap saya memiliki kekuatan untuk menolong lebih banyak orang." Kita tidak hanya mendoakan diri sendiri, tetapi juga mendoakan orang lain, "Anda juga memiliki kekuatan." Tidak peduli seberapa besar kekuatannya, meski hanya mendonasikan sekeping uang logam, sebersit niat baik ini juga dapat menciptakan berkah.


Sungguh, menolong orang adalah cara untuk mengakumulasi berkah. Berkah ini juga disebut sebagai energi berkah atau hoki. Energi ini dapat meredam bencana secara alami. Jika ditanya, "Bagaimana cuaca hari ini?" kita mungkin menjawab, "Berawan." Namun, ada suatu energi yang dapat mengubah cuaca. Baik cuaca berawan maupun cerah, siaran berita pagi akan melaporkan prakiraan cuaca untuk siang hari. Kemajuan teknologi zaman sekarang membuat prakiraan cuaca menjadi sangat akurat. Kita harus memiliki pola pikir yang sama tentang Dharma.

Kini, ajaran Buddha telah tersebar luas. Kita dapat membacanya dengan sungguh-sungguh. Kita dapat mempelajari ajaran Buddha secara daring setiap hari. Orang-orang dapat mendengar perkataan saya dan mempelajari ajaran Buddha hanya dengan satu ketukan jari. Lalu, setelah memahaminya, apa yang harus kita lakukan? Kita harus mempraktikkannya. Mari kita melakukan lebih banyak hal baik.  Inilah yang disebut menciptakan energi berkah.

Harap semua orang dapat saling menyebarkan Dharma. Inilah yang disebut menyebarkan Dharma. Kita menyebarkan Dharma di dunia dan mendorong orang-orang untuk berbuat baik. Inilah yang disebut menciptakan energi berkah. Energi berkah dapat melenyapkan bencana. Jadi, kita hendaknya berjuang serta lebih tekun dan bersemangat.

Lihatlah jam ini. Ada seekor semut di sini. Saya selalu membawa jam ini bersama saya. Ini untuk mengingatkan diri saya bahwa saya seperti semut ini yang selalu berlomba dengan waktu. Namun, bagaimanapun ia berjuang, ia tetap hanya berada di sudut dan tidak bisa pindah ke sini. Ia selalu berada di sini. Jadi, saya memotivasi diri sendiri untuk lebih bersemangat. 

Mengenal rasa puas dan menumbuhkan rasa syukur di hati
Menyadari ketidakkekalan serta menghargai keselamatan dan ketenteraman
Senantiasa berbuat baik tanpa kenal lelah
Menyebarkan Dharma dan membawa manfaat demi menghimpun berkah

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 15 April 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet
Ditayangkan Tanggal 17 April 2024
Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -