Ceramah Master Cheng Yen: Mengenang Kembali Sejarah Tzu Chi dan Meneruskan Silsilah Dharma

“Di sini ialah Nsanje, sebuah kota yang terletak di bagian selatan Malawi. Pascabencana, di sini menjadi pusat pengungsian. Di sini tidak tampak satu tenda pun. Sebaliknya, warga menggunakan alang-alang, kayu, dan kantong plastik untuk membangun pondok sendiri. Ada beberapa orang yang tidak memiliki kemampuan, hanya bisa membangun pondok setengah jadi. Lihatlah, atapnya sangat tipis, bahkan tidak memiliki tembok. Namun, mereka tetap harus tinggal di sana,” Yang Jing-hui, seorang reporter melaporkan.

“Hari itu, turun hujan sangat deras dan banjirnya sangat tinggi, itu sungguh sangat menakutkan. Semua barang saya terbawa oleh banjir. Kini, saya kehilangan semua barang saya,” ujar Dolik, seorang korban.

“Bisakah Anda tunjukkan kepada kami apa yang Anda makan setiap hari?”

“Tidak ada yang bisa saya tunjukkan kepada Anda karena saya sudah kehilangan semuanya,” jawab Dolik, seorang korban.

 

“Saya tahu bahwa barang-barang ini masih tidak cukup. Namun, kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk membantu semua orang,” tutur Zhu Heng-min, Ketua Tzu Chi Afrika Selatan.

Saya sungguh sangat bersyukur atas kemajuan teknologi masa kini. Di zaman ini, berkat bantuan teknologi, kita dapat menyebarkan semangat kekuatan cinta kasih lewat sumbangsih relawan kita di seluruh dunia. Teknologi canggih masa kini memungkinkan kita menjadi saksi bagi zaman ini dan menulis sejarah bagi umat manusia. Sumbangsih kita telah menjadi bagian dari sejarah Tzu Chi. Inilah sejarah yang kita ukir.

Berbicara tentang sejarah, kata-kata yang saya ucapkan pada hampir 30 tahun lalu, masih ada dalam benak saya. Suatu kali, saya pergi ke Taipei dan bertemu dengan anggota komite senior, yaitu Chen Mei-zhu, Yang Yu-xue, dan Hu Yu-zhu. Mereka bertiga adalah teman baik yang bagaikan saudara sendiri. Melalui perkenalan dari Jing Ming, mereka bergabung dengan Tzu Chi pada saat yang sama.


Pada zaman itu, saya juga sungguh sangat berterima kasih kepada mereka. Pada saat itu, kita belum memiliki tempat pelatihan di Taipei. Suatu kali, saya pergi ke rumah Yang Yu-xue. Berhubung pada saat itu mereka sering pergi melakukan survei kasus dan telah melihat banyak penderitaan hidup, maka dia berkata, "Pada masa mendatang, saya tidak ingin datang ke dunia lagi karena dunia penuh penderitaan."

Kebetulan di rumahnya ada seekor kura-kura yang dibeli oleh anaknya untuk dilepaskan ke alam bebas. Mereka menaruhnya di dalam ember. Melihat kura-kura itu, saya berkata, "Sulit bagi kura-kura untuk dibebaskan dari karmanya sebagai kura-kura." Begitu pula kita sebagai manusia awam. Kita membawa karma ketika datang ke dunia ini. Apa yang kita tabur di dunia ini, buah itulah yang akan kita tuai. Inilah hukum sebab akibat yang dikatakan Buddha.

Kita jangan meremehkan hukum sebab akibat ini. Yang Yu-Xue lalu berkata, "Master, jika saya terjatuh ke neraka karena saya tidak meminta untuk lahir di Tanah Suci, saya harus bagaimana?" Saya berkata, "Saya malah berikrar untuk lahir di alam neraka." Dia bertanya, "Mengapa Master ingin lahir di alam neraka?" Saya menjawab, "Mengapa orang-orang menyebut Bodhisatwa Ksitigarbha sebagai Bodhisatwa Ikrar Agung?" "Itu karena Beliau secara khusus membangun ikrar agung." Dunia ini membutuhkan orang yang membangun ikrar agung guna membantu orang yang membutuhkan.

 

Saat mereka akan pergi mengunjungi penerima bantuan, saya berkata, "Adakah kasus yang meninggalkan kesan mendalam yang bisa Anda bagikan?" Setelah berpikir, dia berkata, "Ya, ada seorang laki-laki yang sangat menderita. Dia bagaikan hidup di neraka. Dia menderita penyakit dan sangat kekurangan. Hidup segan mati tak mau." Saya berkata, "Tanpa kalian di dunia ini, dia tidak akan mendapat bantuan. Kalian menangani kasusnya, membantu ekonominya, di saat yang sama juga berusaha mengantarnya ke rumah sakit." Bukankah inilah mirip seperti Bodhisatwa Ksitigarbha?"

Saya berkata, "Hari ini datang ke sini, saya merasa seperti berbicara dengan makhluk surgawi. Kehidupan kalian begitu baik. Kalian juga berhati baik. Bukankah saya berbicara dengan makhluk surgawi? Berbicara tentang orang yang menderita, kalian akan mendeskripsikan penderitaan mereka bagaikan hidup di neraka. Berapa banyak kasus seperti itu yang kita tangani? Kalian telah membangun ikrar Bodhisatwa. Kalian tak hanya mengejar kenikmatan. Sebaliknya, kalian mempelajari ajaran Buddha dan berjalan di Jalan Bodhisatwa. Kalian sudah berjalan di Jalan Bodhisatwa."

 

Untuk berjalan di Jalan Bodhisatwa, kita harus berikrar untuk tidak takut akan penderitaan di dunia. Saya juga berkata bahwa kita jangan melupakan tahun-tahun itu. Hari ini saya ingin menceritakan kenangan pada tahun itu. Saya tidak ingat tepatnya tahun berapa, tetapi kenangan itu masih ada dalam benak saya. Kenangan itu sangat berharga untuk dikenang dan sangat penting.

Jadi, saya berharap Bodhisatwa sekalian bisa lebih sering mengenang kembali masa yang pernah kalian lalui di Tzu Chi. Kita harus mengenangnya dengan akurat. Nilai sejarah terletak pada keakuratannya. Kenangan itu adalah peristiwa nyata. Setiap relawan Tzu Chi merupakan bagian dari sejarah Tzu Chi. Semua orang harus melakukan tindakan nyata.

Bodhisatwa sekalian, kita harus berusaha sebisa mungkin untuk menghimpun kekuatan cinta kasih. Kita harus mempraktikkan ajaran silsilah Dharma Jing Si dan mazhab Tzu Chi dengan tekun. Kita harus membentangkan jalan dan membuka jalan secara luas. Kita memiliki silsilah Dharma yang sama dan bersama-sama  berjalan di mazhab Tzu Chi. Kita harus menerapkan semangat dan filosofi silsilah Dharma Jing Si.

 

Sebagai Buddhis, kita harus menerima ajaran Buddha dan tidak percaya takhayul. Kita harus membangkitkan kebijaksanaan serta menciptakan berkah bagi dunia. Tujuan kita semua ialah membantu semua makhluk yang menderita. Kita semua harus menggenggam waktu untuk bersama-sama melatih diri dengan sungguh-sungguh.

Tzu Chi dimulai dari Hualien. Saya memberi ceramah pagi saya di Griya Jing Si, tempat asal mula Tzu Chi, agar kita semua bisa menyerap Dharma. Semua orang berharap bahwa saya panjang umur dan selalu memutar roda Dharma. Jika semua orang memutar roda Dharma di dalam hati kalian, maka saya akan selalu berada di dalam hati kalian dari generasi ke generasi. Saya berharap semua orang lebih bersungguh hati setiap saat.

 

Ketika melihat penderitaan, welas asih dan kebijaksanaan terbangkitkan

Bodhisatwa berikrar untuk berjalan di mazhab Tzu Chi

Menjadi saksi zaman dan menulis sejarah Tzu Chi

Mengenang kembali sejarah Tzu Chi dan meneruskan silsilah Dharma

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 15 April 2019

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 17 April 2019

Jika menjalani kehidupan dengan penuh welas asih, maka hasil pelatihan diri akan segera berbuah dengan sendirinya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -