Ceramah Master Cheng Yen: Mengenang Sumbangsih Penuh Cinta Kasih


“Saya baru bergabung dengan Tzu Chi tahun ini. Saya mengenal Tzu Chi pascagempa 921. Lewat siaran berita, saya melihat banyak insan Tzu Chi yang menyalurkan bantuan bencana. Saat itu, saya sangat tersentuh dan berharap suatu hari nanti, saya juga dapat menjadi relawan Tzu Chi untuk menolong orang yang membutuhkan,”
kata Lin Cheng-jun relawan muda.

Gempa 921 sungguh menunjukkan ketidakkekalan. Dalam sekejap, semuanya berubah. Betapa banyak rumah yang runtuh dan gunung yang longsor. Saya masih ingat pascagempa, saya datang ke Taichung. Selama beberapa waktu pascagempa 921, saya selalu keluar pagi-pagi. Saya juga pergi ke Nantou. Dalam perjalanan ke Nantou, saya melihat Puncak Jiujiu. Sebelum gempa bumi terjadi, saat berkunjung ke Nantou, saya selalu menikmati pemandangan Puncak Jiujiu dalam perjalanan. Namun, setelah terjadi Gempa 921 dan kembali melihatnya dari kejauhan, saya bisa membayangkan bagaimana permukaan gunung tersebut terkelupas dalam sekejap.

Dalam setiap perjalanan saya ke Nantou, saya selalu melihat betapa hijaunya gunung tersebut. Namun, semua itu lenyap seketika. Intinya, kehidupan tidaklah kekal. Kekuatan siapakah yang paling besar? Kekuatan alam. Tiada seorang pun yang dapat melawan kekuatan alam.

Pascagempa 921, Bodhisatwa bermunculan dari dalam bumi. Dengan hangat dan penuh perhatian, semua orang bersumbangsih bersama. Penyaluran bantuan pascagempa 921 sangatlah berat. Ada banyak relawan yang tetap bersumbangsih di tengah kesedihan mereka. Mereka telah meninggalkan sejarah. Saat itu, insan Tzu Chi dari wilayah selatan hingga utara Taiwan, semuanya berhimpun.


Pada pagi hari setelah terjadinya gempa, relawan kita langsung menyediakan makanan hangat agar semua orang, baik korban bencana maupun relawan yang membantu, dapat mengenyangkan perut mereka. Sesungguhnya, banyak orang yang telah bekerja keras. Namun, jika saya berkata bahwa mereka telah bersusah payah, mereka selalu menjawab ... (Kami berbahagia) Jadi, relawan kita merasa bahwa bersumbangsih membuat mereka berbahagia. Demikianlah insan Tzu Chi. Sebesar apa pun sumbangsih mereka, mereka selalu berbahagia. Benar, bersumbangsih membawa kebahagiaan.

Gempa 921 telah berlalu 24 tahun. Waktu terus bergulir. Meski gunung tersebut mulai terlihat hijau, tetapi jika diamati dengan saksama, kita akan mendapati bahwa kondisinya belum pulih total. Getaran alam yang terjadi seketika dapat membuat seluruh permukaan gunung terkelupas. Meski telah dilakukan pemulihan dalam jangka panjang, kondisi gunung tetap belum pulih total. Jadi, kekuatan alam sangatlah besar. Usia kehidupan manusia terbatas. Karena itu, kita harus menggenggam waktu yang ada.

Belakangan ini, saya sering mendengar dan melihat para insan Tzu Chi berhimpun untuk saling berbagi pengalaman. Saya selalu merasa bahwa saya sungguh dipenuhi berkah. Kita bisa melihat banyak orang yang berbagi tentang bagaimana mereka mengembangkan nilai kehidupan. Bukankah mengembangkan nilai kehidupan adalah hal yang paling saya pandang penting dan tidak bisa tidak dilakukan dalam hidup ini? Jadi, sangat penting untuk mengembangkan nilai kehidupan.

Kita juga melihat anak-anak yang kita bantu pascagempa, kini telah berusia 20-an atau 30-an tahun. Mereka yang saat itu masih duduk di bangku SD, kini telah lulus kuliah, berkeluarga, dan memperoleh pencapaian.


“Saya adalah alumnus SMP Dongshi, Taichung. Saat ini, saya tengah menempuh program doktor jurusan fisika di Universitas Nasional Taiwan. Pascagempa 921, pembangunan kembali SMP Dongshi sepenuhnya diemban oleh Tzu Chi. Saya sangat berterima kasih kepada Tzu Chi. Selain memberikan bantuan kepada kami secara nyata, bagi saya yang sangat penting ialah Tzu Chi juga membimbing batin kami. Saya menjadi tahu bahwa saat sekelompok orang berhimpun, kekuatan mereka akan sangat besar. Para relawan Tzu Chi telah menapaki jalan kebajikan dan menunjukkan pada kita bahwa dengan bekerja sama, kita bisa berjalan sangat jauh,”
kata Liu Yong-kun Alumnus SMP Dongshi.

“Saat itu, kami belajar di dalam tenda atau bangunan yang sederhana. Kondisi kami saat itu sangat sulit. Saya sangat berterima kasih kepada Kakek Guru dan para insan Tzu Chi yang membantu membangun kembali SD Ruicheng sehingga kami bisa belajar di lingkungan yang lebih baik. Sepanjang perjalanan hidup saya, saya bertemu dengan banyak penyelamat. Saya juga berharap dapat menjadi penyelamat dalam hidup orang lain,” kata Xiu Xiang-geng Alumnus SD Ruicheng.

Ini berkat para insan Tzu Chi yang bergerak untuk memberikan bantuan dengan cepat. Saat itu, insan Tzu Chi di belasan negara juga menggalang dana untuk memberikan dukungan. Ada pula insan Tzu Chi dari berbagai negara yang kembali untuk membantu pembangunan kembali. Jadi, Tzu Chi sangatlah bernilai bagi Taiwan. Nilai ini diciptakan oleh kalian semua.


Kita tidak boleh sombong, tetapi juga tidak boleh meremehkan diri sendiri. Kita harus memandang penting diri sendiri, tetapi jangan sombong. Bagaimanapun, kita hanya bagaikan seekor semut. Saya telah mengatakan bahwa saya membawa jam saya dari Hualien. Saya membawa jam ini untuk mengingatkan diri sendiri menghargai kehidupan sendiri. Sesungguhnya, berapa lama lagi hidup saya? Di atas jam ini, selalu ada seekor semut. Saya tidak membanggakan banyaknya hal yang telah saya lakukan, melainkan tetap bersungguh-sungguh, bagai semut di jam ini yang sungguh-sungguh mendaki. Saya berharap para insan Tzu Chi dapat memiliki semangat seperti ini.

Meski kekuatan kita sangat kecil, bagai seekor semut, tetapi dengan berusaha, semut juga bisa mencapai puncak Gunung Sumeru. Kita semua memiliki kekuatan seperti ini. Intinya, kita harus saling memotivasi. Saya sering berkata bahwa di kehidupan sekarang, saya sangat beruntung dapat melihat ketulusan semua orang terhadap saya. Demi membawa sukacita bagi saya, kalian terus bersumbangsih. Berkat sumbangsih kalian, barulah kita bisa meninggalkan sejarah Tzu Chi yang sempurna. 

Mengenang Gempa 921 yang menimbulkan dampak serius
Bodhisatwa bermunculan untuk menghibur para korban bencana
Mendedikasikan diri untuk bersumbangsih dengan cinta kasih
Menghargai waktu dan melangkah dengan mantap

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 21 September 2023
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Felicia
Ditayangkan Tanggal 23 September 2023
Sikap jujur dan berterus terang tidak bisa dijadikan alasan untuk dapat berbicara dan berperilaku seenaknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -