Ceramah Master Cheng Yen: Mengendalikan Nafsu Keinginan dan Menyucikan Hati untuk Melenyapkan Bencana

“Kami hanya makan sekali dalam sehari, yaitu makan malam. Kami tidak bisa memasak di siang hari karena harus mengambil air,” ucap seorang anak Sudan Selatan.

“Jika kita tidak memiliki air bersih, kita lebih mudah tertular penyakit melalui air atau terkena diare. Terkena diare dapat memicu malnutrisi dalam hitungan hari. Jika mengalami malnutrisi yang serius, anak-anak akan mati,” papar Perwakilan UNICEF di Sudan Selatan.

Kini sumber daya air telah menjadi masalah yang sangat serius. Di wilayah yang kekurangan, warga hidup dalam kondisi yang sulit, bahkan memperoleh air pun sulit. Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa memperoleh air dengan mudah sehingga banyak orang yang memboroskannya.

Kita juga melihat di Peru, terjadi banjir besar yang mengakibatkan akses jalan terputus dan tanah longsor. Akibat banjir besar ini, kini Peru juga dilanda krisis air. Sesungguhnya, ada banyak masalah yang timbul akibat noda dan kegelapan batin manusia.

Manusia telah menimbulkan polusi udara dan merusak bumi. Manusia menciptakan sampah-sampah yang menumpuk bagaikan gunung dan dapat mencemari bumi. Selain itu, proses penambangan untuk memperoleh bijih logam juga menimbulkan pencemaran. “Mereka tinggal di lahan yang tercemar. Sebagian orang bahkan menanam sayuran di atas lahan yang tercemar. Ada pula ancaman paparan gas radon yang bisa terhirup dan tertelan,” kata seorang warga. “Ibu saya meninggal dunia karena tempat ini. Beliau meninggal dunia pada tahun 2007. Beliau juga didiagnosis terkena tuberculosis,” imbuh yang lainnya.

Ceramah Master Cheng Yen

Banyak orang yang bekerja keras untuk menambang bijih logam. Ada yang menambang di pegunungan, ada pula yang menambang di dasar laut. Semua itu sangat berbahaya.

“Nama saya Marno, umur saya 18 tahun, pekerjaan saya penyelam timah. Kalau saya menyelam bisa tahan sampai 4 jam – 4 jam setengah. Kadang bisa sampai 5 jam, paling tahan 5 jam tanpa muncul. Sebenarnya ada rasa takut, apalagi kalau lihat orang meninggal karena terkubur pasir. Rasanya nggak pengen menyelam lagi. Kalaupun mau menyelam, tidak mau di tempat itu lagi. Cari tempat beda lagi,” ceritanya.

“Dapat berapa kilo itu? Cuma satu kilo?” / “Sudah menghabisakan tenaga, uang, bahan bakar, hanya dapat satu kilo. Pekerjaan ini sangat melelahkan dan sangat susah menghasilkan uang. Tidak banyak yang bisa kami lakukan,” keluh para pencari timah.

“Mengapa kamu hanya mendapatkan sedikit timah? Kalau tidak ada timah, tidak ada penghasilannya.”

Lihatlah sekelompok anak muda ini, di lingkungan yang begitu berbahaya, mereka bersusah payah dan bekerja keras. Dalam setahun, entah berapa banyak pekerja tambang yang tewas saat menambang di pegunungan dan dasar laut.

Setiap orang memiliki ponsel yang terbuat dari logam, tetapi tidak menghargainya dan sering menggantinya dengan model baru. Bayangkanlah, para pekerja tambang mempertaruhkan nyawa mereka untuk memperoleh bijih logam yang jumlahnya sangat sedikit demi bertahan hidup. Namun, akhirnya, bijih logam digunakan untuk membuat ponsel yang diganti dengan begitu cepat. Hanya dalam dua hingga tiga bulan, sudah muncul model baru. Lalu, orang-orang mengganti ponsel lamanya sehingga menimbulkan begitu banyak sampah.

Jika kita memikirkannya dari sumbernya, kita akan menyadari bahwa manusia telah menyia-nyiakan sumber daya yang sangat berharga dan mengubahnya menjadi sampah. Ini telah menimbulkan berbagai bencana bagi Bumi ini. Apakah ini tidak berkaitan dengan ketidakselarasan iklim? Berkaitan. Manusia juga merasakan akibatnya. Saya berharap setiap orang dapat meningkatkan kewaspadaan. Agar bencana batin tidak terjadi, kita harus menyucikan hati masing-masing.

Dalam acara penutup kamp pengusaha kemarin, saya melihat pengusaha dari 10 negara. Di atas panggung, setiap peserta berbagi tentang kisah yang sangat menyentuh. Setiap peserta merupakan pengusaha yang memiliki pengaruh besar di masyarakat.

Para ilmuwan dan professor juga berkumpul bersama. Mereka yang sebelumnya tak saling mengenal dapat mengenal satu sama lain dan berbagi pengalaman di sini. Dengan menginspirasi satu sama lain, mereka telah menciptakan lingkaran cinta kasih.

Kemarin di Griya Jing Si, beberapa pengusaha juga berbagi pengalaman. Pengusaha dari Tiongkok ada yang berasal dari Shenzhen, Shanghai, dan Sichuan. Mereka sudah pernah kembali ke sini dan mengalami perubahan besar dalam hidup mereka. Mereka menginspirasi karyawan mereka dan orang-orang di dunia industri. Saya sangat terhibur melihatnya. Selain itu, ada beberapa pengusaha yang mengimbau ribuan karyawannya untuk menerapkan pola makan vegetaris. Ya, bervegetaris sungguh sangat penting.

Sesungguhnya, bervegetaris bukan hanya welas asih keagamaan, tetapi juga welas asih terhadap bumi dan diri sendiri. Sama seperti manusia, hewan juga memiliki hakikat kebuddhaan. Saat teringat akan hal ini, masih sanggupkah kita mengonsumsi daging?

Dua hari yang lalu, seorang pengusaha dari Malaysia berkata, “Master, saya berikrar untuk bervegetaris, tetapi setelah bulan Juni tahun ini.” Saya berkata, “Mengapa?” Dia berkata, “Karena putra saya akan menikah. Saya baru akan bervegetaris setelah resepsi pernikahannya berakhir.”

Lalu, giliran pengusaha di sampingnya yang berbagi pengalaman. Dia berkata bahwa tahun lalu, saat putra sulungnya menikah, dia berkata pada putranya, “Nak, bagaimana jika kita menyediakan makanan vegetaris dalam resepsi pernikahanmu?” Putranya dengan gembira berkata, “Kebetulan, saya ingin membicarakannya dengan Ayah. Kita tidak seharusnya membunuh hewan untuk pernikahan.” Jadi, dia dipenuhi sukacita. Dengan penuh sukacita, dia dan putranya menyediakan bermeja-meja makanan vegetaris.  Berhubung dia merupakan pengusaha besar, tamu yang hadir hampir 100 meja. Jadi, setelah memahami kebenaran, kita bisa menjaga kebersihan batin.

Setelah menjaga kebersihan batin, kita baru bisa menjaga kelestarian lingkungan. Selain ketidakselarasan empat unsur alam, yang paling menakutkan adalah ketidakselarasan batin. Jika kebersihan batin tidak terjaga, maka sangat sulit untuk menjaga kelestarian lingkungan. Bencana batin lebih berbahaya daripada bencana alam. Karena itu, kita harus senantiasa bersungguh hati dan waspada.

Menerjang bahaya menambang logam demi memenuhi nafsu keinginan manusia

Menciptakan lingkaran kebajikan dengan menghargai sumber daya

Menyediakan makanan vegetaris dalam resepsi pernikahan untuk melindungi hewan

Menjaga kebersihan jiwa, raga, dan lingkungan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 27 Maret 2017

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 29 Maret 2017

Penyakit dalam diri manusia, 30 persen adalah rasa sakit pada fisiknya, 70 persen lainnya adalah penderitaan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -